- Sabar tidak identik dengan kepasrahan dan menyerah pada kondisi yang ada, atau identik dengan keterdzaliman. Justru sabar adalah sebuah sikap aktif, untuk merubah kondisi yang ada, sehingga dapat menjadi lebih baik dan baik lagi.
- “Wahai orang-orang yang beriman! Mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat. Sungguh Allah beserta orang-orang yang sabar." [QS Al-Baqarah 2:153]
Pendahuluan
S
|
abar Itu Membuat Kita Terhormat. Demikian
tema dari judul uraian ini. Boleh jadi kesan dan pendapat tentang ‘sabar’ ini kurang
begitu ‘wah’, karena terlalu sering mendengarnya. Jadi maknanya tidak menggigit
lagi. Terlebih lagi sering diartikan dalam kaitan adanya suatu musibah yang
tidak akan berubah lagi, melainkan mendapat kemalangan yang merugikan atau
terasa terdzalimi. Dengan itu makna yang dimengertinya secara umum adalah
“terima saja” atau “nrimo”. Seolah tak ada daya. Sementara itu Nabi Allah
Ya’kub as mengatakan bahwa sebuah kesabaran itu adalah, “Fashabrun Jamīl” artinya kesabaran yang baik. Karena Nabi Ya’kub as ‘menderita’ selama
lebih seperempat abad menahan ‘rasa sakit’ karena mendapat berita ‘kematian’
anaknya Yusuf as dari anak-anaknya, sepulang dari berpergian bersama Yusuf.
Kematiannya disebabkan diterkam dan dimakan oleh binatang buas yang diberitakan
anak-anaknya. Ini dibuktikan dengan pakaiannya yang berlumuran darah. Nabi
Ya’kub as dalam hatinya tidak percaya mutlak, karena yang melaporkan berita
duka cita itu anak-anaknya sendiri percaya tidak percaya Yusuf as yang
diharapkan menjadi orang tidak kembali, itu “mengganjal perasaannya”. Tapi ia ganti
perasaan itu dengan sabar (teguh keyakinanan bahwa Yusuf as akan selamat)
seperti dikisahkan di dalam Al-Qur’an bagaimana hatinya berkata sebagai
berikut:
قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًا فَصَبْرٌ
جَمِيلٌ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَنِي بِهِمْ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ
الْحَكِيمُ
Dia (Ya'qub
as) berkata: “Sebenarnya hanya dirimu sendirilah [wahai anak-anakku] 1
yang memandang baik urusan (yang buruk) itu [mencelakakan Yusuf dengan
memasukkan ke dalam air sumur], 1 Maka (kesabaranku) adalah
kesabaran yang baik (fashabrun jamīl). Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku [ternyata
kemudiannya semua anak-anaknya selamat dan bersilaturahim kembali]; 1
Sungguh, Dia-lah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. [QS
Yūsuf 12:83].
Singkat ceritanya, perbuatan buruk saudara-saudaranya itu yang dipandang
baik oleh saudara-saudara Yusuf as, karena iri akan masa depan Yusuf as yang
baik (kelak lebih baik dari mereka - menjadi penguasa di Mesir). Anak bungsunya Bunjamin yang disayang Ya’kub as
yang kedua kalinya dikecewakan oleh saudara-saudaranya tidak kembali karena
dituduh mencuri dan ditahan oleh penguasa Mesir seketika anak-anaknya ingin kembali
dari kepergiannya untuk mendapatkan bahan-makanan disana selagi musim paceklik
diseentero daerah Mesir dan sekitarnya. Kemudiannya anaknya Bunjamin kembali
lagi ke keluarganya sementara Yusuf as menjadi Pembesar di Mesir.
Keoptimisan Ya’kub as dari kesabarannya menghadapi perjalanan hidupnya
berakhir dengan “happy ending”
sebagaimana akhir dari penggal terakhir ayat 83 surat Yusuf, “Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku” yaitu Yusuf as masih hidup,
Bunjamin kembali dan saudara-saudaranya bersatu dengan orang tuanya, malah
Yusuf as bernasib baik sebagaimana “mimpinya”. Juga Ya’kub as sembuh dari
kebutaannya semenjak “kehilangan” Yusuf as. 2 Dari tarich kisah Ya’kub as Yusuf as
terkuaklah lebar-lebar pengertian positif dari kata sabar itu bagi kita. Sabar
membangunkan kesadaran hidup, bagaimana menyikapi “musibah” yang dihadapinya
dengan optimis.
Ada kesetaraan kata sabar (bahasa
Indonesia terambil dari kosa kata Arab) setara dengan bahasa Inggris seperti “patience”
kata sifat yang artinya “persistence” yang artinya “refusing to
relent” yaitu pantang kalah, pantang menyerah dalam menghadapi lawan atau
keadaan serta kondisi buruk. “Continuing to exist” or “endure” yaitu
tetap tegak berdiri, hidup, tangguh, tanpa kehilangan harapan. “Persist”
artinya “to refuse to give up from opposition and difficulty” yaitu
pantang menyerah terhadap lawan dan kesulitan yang terjadi. “Endure” artinya
“to harden the heart” yaitu perkuat kemauan atau tekad hati yang keras untuk
menyelesaikannya dan “durable” tahan banting dari ancaman-ancama atau
hambatan-hambatan yang ada. Semua berkaitan dengan suatu tekad dan ada suatu
keinginan keras dan serius untuk mengatasi dan menyelesaikan kesulitan, masalah, kegagalan yang dihadapi
menjadi berhasil walaupun berat tapi dengan usaha tertentu dapat diatasi dan
dimenangkan.
Kemudian
pengertian diatas tidaklah berbeda dari bahasa Arabnya. Sabar
berarti al-hasbu (menahan) dan al-man’u (mencegah). Lawan kata dari
keduanya adalah al-jaz’u (hanya keluh
kesah saja, tidak berbuat nyata dalam mengatasinya). Jika dikatakan: shabara-shabran, maka maksudnya adalah,
tegar dalam mengatasinya dan tidak berkeluh kesah. Shabara berarti, menunggu (hasil yang baik). Contoh lain, jika
disebut, shabara nafsahu, dapat
berarti, menahan diri dan mengekangnya (dari berbuat yang kontra produktif,
negatif). Kata shabartu shabran dapat
diartikan, aku menahan diriku dalam berkeluh kesah yang sering dilakukan ketika
keadaan sulit atau musibah datang. “Puasa”, atau “shaum” dalam Bahasa Arab, disebut juga dengan “sabar” karena di
dalamnya mengandung makna menahan diri dari apa yang tadi biasa dilakukan sebagai
kebutuhan hidup, kemudiannya harus berpuasa di siang harinya seperti tidak
boleh makan, minim dan melakukan hubungan suami istri. Maknanya “puasa” dalam
hal ini adalah supaya (akan) terlatih “menghadapi keadaan darurat yang
sebenarnya” jika terjadi di kemudian harinya tidak canggung dan tidak berkeluh
kesah saja, melainkan mencoba sabar dalam mengatasinya.
Aplikasi Sabar dalam kehidupan
sehari-hari
Dalam diri kita terkadang begitu sulit untuk menerima keadaan yang tidak
diharapkan tapi datang kepada kita. Seperti dalam menghadapi musibah,
kegagalan, berita buruk, dan ganguan-gangguan lainnya. Dalam kedaan seperti itu
mudah kita berkeluh kesah, dan panik atau agresif yang membabibuta dengan cara
marah, bertengkar dan mau memukulnya (menciderai lawannya), atau sebaliknya menjadi
pasif (menyendiri dalam kekecewaan hidup yang amat dalam). Sebenarnya kalau
kita mau ber-”sabar” saja menghadapi keadaan daripada berkeluh kesah, marah,
bertengkar dan mau memukul seseorang, maka sabar itulah jalan yang terbaik. Hadits
Rasulullah SAW menjelaskan tentang manfaat dari sabar adalah sebagai berikut:
Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW
bersabda, “Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala
urusannya (dan masalah yang dihadapinya) adalah baik baginya. Dan hal yang
demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu’min (orang percaya
kepada-Nya dan melaksanakan perintah-Nya), yaitu jika ia mendapatkan
kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan
yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia
mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya (untuk mawas
diri).” [HR Muslim]
Makna hadits diatas secara umum. Hadits singkat ini memiliki makna yang
luas sekaligus memberikan definisi mengenai sifat dan karakter orang yang
beriman. Setiap orang yang beriman digambarkan oleh Rasulullah SAW sebagai
orang yang memiliki pesona, yang digambarkan dengan istilah 'ajaban' ( عجبا ). Karena sifat dan
karakter ini akan mempesona siapa saja (karena keterhormatannya).
Kemudian Rasulullah SAW menggambarkan bahwa pesona tersebut berpangkal
dari adanya positif thinking setiap
mu’min. Dimana ia memandang segala persoalannya dari sudut pandang positif, dan
bukan dari sudut nagatifnya.
Sebagai contoh, ketika ia mendapatkan
kebaikan, kebahagian, rasa bahagia, kesenangan dan lain sebagainya, ia akan
refleksikan dalam bentuk pensyukuran terhadap Allah SWT. Karena ia tahu dan
faham bahwa hal tersebut merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada
dirinya. Dan tidaklah Allah memberikan sesuatu kepadanya melainkan pasti
sesuatu tersebut adalah positif baginya.
Sebaliknya, jika ia mendapatkan suatu
musibah, bencana, rasa duka, sedih, kemalangan dan hal-hal yang tidak
dingininya - berkonotasi negatif, ia akan bersabar. Karena ia meyakini bahwa
hal tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi dirinya yang pasti
memiliki rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga refleksinya adalah dengan
bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah SWT, sebagaimana harapan Ya’kub
as terhadap musibah anaknya, Yusuf as dapat terselesaikan dengan baik dan
gemilang.
Urgensi
Kesabaran
Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada
Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan
setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari
keimanan. Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan
jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga
tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Oleh karena itulah Rasulullah SAW
menggambarkan tentang ciri dan keutamaan orang yang beriman sebagaimana hadits
di atas.
Namun kesabaran adalah bukan
semata-mata memiliki pengertian "nrimo", ketidak mampuan dan identik
dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya memiliki dimensi yang lebih pada
pengalahan “hawa nafsu” yang terdapat dalam jiwa insan. Dalam berjihad (perang
melawan hawa nafsu negatif), sabar diimplementasikan dengan melawan hawa nafsu
yang menginginkan agar dirinya berkeluh kesah dan marah serta condong untuk
melakukan agresifitas “pengrusakan” atau menyerah dengan putus asa dan
menyendiri. Justru dengan usaha “membabi
buta” seperti tersebut diatas itu berarti ia belum dapat bersabar dalam melawan
tantangan negatif dengan jalan yang diridhai-Nya.
Sabar sebenarnya memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik
yang bersifat pribadi maupun sosial, menuju perbaikan. Bahkan seseorang
dikatakan dapat dikatakan tidak sabar, jika ia menerima kondisi buruk, pasrah
dan menyerah begitu saja. Sabar dalam ibadah diimplementasikan dalam
bentuk melawan dan memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur, kemudian berwudhu
lalu berjalan menuju masjid dan malaksanakan shalat secara berjamaah. Sehingga
sabar tidak tepat jika hanya diartikan dengan sebuah sifat pasif, namun mesti
bersifat aktif yang positif.
Makna
Sabar
Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah
menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah “Shobaro”, yang membentuk infinitif (masdar) menjadi “shabran”. Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah.
Menguatkan makna seperti ini adalah firman Allah dalam Al-Qur'an:
Dan bersabarlah kamu bersama-sama
dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan
mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka
(karena) mengharapkan perhiasan (perdayaan) kehidupan dunia ini; dan janganlah
kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami,
serta menuruti hawa nafsunya (negatif) dan adalah keadaannya itu melewati
batas. [QS Al-Kahfi 18:28]
Perintah untuk bersabar pada ayat di
atas, adalah untuk menahan diri dari keingingan “keluar” dari komunitas orang-orang
yang menyeru Rabb-nya serta selalu mengharap keridhaan-Nya. Perintah sabar di
atas sekaligus juga sebagai pencegahan dari keinginan manusia yang ingin
bersama dengan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah SWT.
Sedangkan arti dari segi istilahnya,
sabar adalah, “Menahan diri dari sifat kegundahan dan rasa emosi, kemudian
menahan lisan dari keluh kesah dan marah-marah serta menahan anggota tubuh dari
perbuatan yang tidak terarah”.
Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah,
menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang. Hal senada juga dikemukakan
oleh Imam al- Khowas, bahwa sabar adalah refleksi keteguhan untuk
merealisasikan al-Qur'an dan sunnah. Sehingga sesungguhnya sabar tidak identik dengan kepasrahan
(tanpa makna) dan ketidak mampuan. Justru orang yang seperti ini memiliki
indikasi adanya ketidak sabaran untuk merubah kondisi yang ada, ketidak sabaran
untuk berusaha, ketidak sabaran untuk berjuang.
Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad melawan
hawa nafsu diri sendiri. Dan jihad dalam membela diri dari serangan (diperangi)
musuh. Artinya untuk berbuat seperti itu perlu kesabaran dalam mengabaikan
ancaman musuh melainkan aktif mempertahankan eksistensi hidupnya dari serangan
musuh, tidak pasif seperti membiarkannya dalam keadaan hidup santai, bermalas-malasan
dan lain sebagainya. Sabar dalam jihad juga berarti keteguhan untuk menghadapi
musuh, serta tidak lari dari medan juang. Orang yang lari dari medan juang
karena rasa takut, adalah salah satu indikasi tidak sabar (tidak tangguh).
Sabar
Sebagaimana Digambarkan Dalam Al-Qur'an
Dalam al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang berbicara mengenai
kesabaran. Jika ditelusuri secara keseluruhan, terdapat 103 kali disebut dalam
al-Qur'an, kata-kata yang menggunakan kata dasar sabar; baik berbentuk isim (kata sifat) maupun fi'il (kata kerja). Hal ini menunjukkan
betapa kesabaran menjadi perhatian Allah SWT, yang Allah tekankan kepada
hamba-hamba-Nya. Dari ayat-ayat yang ada, para ulama mengklasifikasikan sabar
dalam al-Qur'an menjadi beberapa macam:
1. Sabar merupakan “perintah” Allah
SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-Baqarah, “Wahai
orang-orang yang beriman! Mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan
shalat. Sungguh Allah beserta orang-orang yang sabar." [QS Al-Baqarah
2:153]
Ayat-ayat lainnya yang serupa mengenai
perintah untuk bersabar sangat banyak terdapat dalam Al-Qur'an. Diantaranya
adalah dalam surat-surat 3:17; 8:46; 10:109; 11:115; 16:127.
2. Larangan “isti'jal” (bekerja tergesa-gesa, tidak sabar, tidak tekun, tidak
teguh), sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat Al-Ahqaf, "Maka
bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari
rasul-rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka..." [QS
Al-Ahqaf 46:35]
3. Pujian Allah bagi orang-orang yang
sabar, sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-Baqarah, "...dan
orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan.
Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang
bertaqwa." [QS Al-Baqarah 2:177]
4. Allah SWT akan mencintai orang-orang
yang sabar. Dalam surat Ali Imran Allah SWT berfirman : "Dan Allah
mencintai orang-orang yang sabar." [QS Ali Imran 3:146]
5. Kebersamaan Allah dengan orang-orang
yang sabar. Allah SWT senantiasa akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. Dalam
surat Al-Anfāl Allah berfirman, "Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya
Allah itu beserta orang-orang yang sabar." [QS Al-Anfāl 8:46]
6. Mendapatkan pahala surga dari Allah.
Allah mengatakan dalam surat Ar-Ra’d, "(yaitu) Surga `Adn yang mereka
masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang shaleh dari
bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat
masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun `alaikum bima shabartum"
(keselamatan bagi kalian, atas kesabaran yang kalian lakukan). Maka alangkah
baiknya tempat kesudahan itu." [QS Ar-Ra’d 13:23-24]
Inilah antara lain gambaran-gambaran
Al-Qur'an mengenai kesabaran. Gambaran-gambaran lain mengenai hal yang sama,
masih sangat banyak lagi.
Kesabaran
Sebagaimana Digambarkan Dalam Hadits.
Sebagaimana dalam al-Qur'an, dalam hadits juga banyak sekali sabda-sabda
Rasulullah SAW yang menggambarkan mengenai kesabaran. Dalam kitab Riyadhus
Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 29 hadits yang bertemakan sabar. Secara
garis besar, hadits-hadits tersebut menggambarkan kesabaran sebagai berikut:
1. Kesabaran merupakan “dhiya' “(cahaya yang amat terang). Karena dengan
kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah SAW mengungkapkan,
"...dan kesabaran merupakan cahaya yang terang..." [HR Muslim]
2. Kesabaran merupakan sesuatu yang
perlu diusahakan dan dilatih secara optimal. Rasulullah SAW pernah
menggambarkan: "...barang siapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha
untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya seorang yang sabar..." [HR
Bukhari]
3. Kesabaran merupakan anugrah Allah
yang paling baik. Rasulullah SAW mengatakan, "...dan tidaklah seseorang
itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran." [Muttafaqun
Alaih]
4. Kesabaran merupakan salah satu sifat
sekaligus ciri orang mu'min, sebagaimana hadits yang terdapat pada muqadimah, “Sungguh
menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik.
Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal
tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau
kesulitan, ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik
baginya.” [HR Muslim]
5. Seseorang yang sabar akan
mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits digambarkan, dari Anas bin Malik
ra berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah
berfirman, “Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian dia bersabar,
maka aku gantikan surga baginya.” [HR Bukhari]
6. Sabar merupakan sifat para Nabi.
Ibnu Mas’ud dalam sebuah riwayat pernah mengatakan, dari Abdullan bin Mas'ud
berkata, “Seakan-akan aku memandang Rasulullah SAW menceritakan salah seorang Nabi,
yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudian ia mengusap darah dari
wajahnya” seraya berkata, “Ya Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya
mereka tidak mengetahui.” [HR Bukhari]
7. Kesabaran merupakan ciri orang yang
kuat. Rasulullah SAW pernah menggambarkan dalam sebuah hadits, dari Abu
Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang kuat bukanlah
yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki (dapat
mengendalikan diri) jiwanya ketika marah.” [HR Bukhari]
8. Kesabaran dapat menghapuskan dosa.
Rasulullah SAW menggambarkan dalam sebuah haditsnya, dari Abu Hurairah ra bahwa
Rasulullan SAW bersabda, “Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit,
kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang
menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut.”
[HR Bukhari, Muslim]
9. Kesabaran merupakan suatu keharusan,
dimana seseorang tidak boleh putus asa hingga ia menginginkan kematian. Sekiranya
memang sudah sangat terpaksa hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah
memberikan hal yang terbaik baginya; apakah dalam hal kehidupan atau kematiannya.
Rasulullah SAW mengatakan, dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah SAW
bersabda, “Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya
kematian karena musibah yang menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus
mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, “Ya Allah, teruskanlah hidupku ini
sekiranya hidup itu lebih baik untukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya
itu lebih baik bagiku.” [HR Bukhari, Muslim]
Bentuk-Bentuk
Kesabaran
Para ulama membagi kesabaran menjadi tiga hal; ● Sabar dalam ketaatan kepada Allah, ● Sabar untuk meninggalkan kemaksiatan
dan ● Sabar menghadapi ujian dari Allah:
1. Sabar
(tetap istiqomah) dalam ketaatan kepada Allah. Merealisasikan ketaatan
kepada Allah, membutuhkan kesabaran, karena secara tabiatnya, jiwa manusia
enggan (berat untuk tetap beristiqomah – selalu atau tetap melakukannya) untuk
beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal
yang menyebabkan insan sulit untuk sabar. ● Pertama karena malas, seperti dalam
melakukan ibadah shalat. ●
Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat dan infaq. ● Ketiga karena keduanya, (malas dan
kikir), seperti melakukan ibadah haji dan berjihad.
Kemudian untuk dapat merealisasikan kesabaran
dalam ketaatan kepada Allah diperlukan beberapa hal sebagai berikut:
(1) Dalam kondisi sebelum melakukan
ibadah berupa memperbaiki niat, yaitu keikhlasan. Ikhlas merupakan kesabaran
menghadapi duri-duri riya'.
(2) Kondisi ketika melaksanakan ibadah,
agar jangan sampai melupakan Allah di tengah melaksanakan ibadah tersebut,
tidak malas dalam merealisasikan adab dan sunah-sunahnya.
(3) Kondisi ketika telah selesai
melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak membicarakan ibadah yang telah
dilakukannya supaya diketahui atau dipuji orang lain.
2. Sabar
(kemaun dan usaha yang teguh) dalam meninggalkan kemaksiatan.
Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan
kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk
dilakukan, seperti ghibah (ngerumpi,
membicarakan aib seseorang), dusta, memandang sesuatu yang haram dsb. Karena
kecendrungan jiwa insan, suka pada hal-hal yang buruk dan perbuatan buruk itu "menyenangkan"-nya.
Dan perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang "menyenangkan"
kepada hal yang tercela dimata Allah SWT.
3. Sabar
(tawakal) dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan
musibah, baik yang bersifat materi ataupun non-materi; misalnya kehilangan
harta, kehilangan orang yang dicintai dsb.
Aspek-Aspek
Kesabaran sebagaimana yang Digambarkan dalam Hadits
Dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, terdapat beberapa hadits yang secara
spesifik menggambarkan aspek-aspek ataupun kondisi-kondisi seseroang diharuskan
untuk bersabar. Meskipun aspek-aspek tersebut bukan merupakan 'pembatasan' pada
bidang- bidang kesabaran, melainkan hanya sebagai contoh dan penekanan yang
memiliki nilai motivasi untuk lebih bersabar dalam menghadapi berbagai
permasalahan lainnya. Diantara kondisi-kondisi yang ditekankan agar kita
bersabar adalah:
1. Sabar
terhadap musibah.
Sabar terhadap musibah merupakan aspek
kesabaran yang paling sering dinasehatkan banyak orang. Karena sabar dalam
aspek ini merupakan bentuk sabar yang Dalam sebuah hadits diriwayatkan:
Dari Anas bin Malik ra, bahwa suatu
ketika Rasulullah SAW melewati seorang wanita yang sedang menangis di dekat
sebuah kuburan. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Bertakwalah kepada Allah,
dan bersabarlah”. Wanita tersebut menjawab, “Menjauhlah dariku, karena
sesungguhnya engkau tidak mengetahui dan tidak bisa merasakan musibah yang
menimpaku.” Kemudian diberitahukan kepada wanita tersebut, bahwa orang yang
menegurnya tadi adalah Rasulullah SAW. Lalu ia mendatangi pintu Rasulullah SAW
dan ia tidak mendapatkan penjaganya. Kemudian ia berkata kepada Rasulullah SAW,
”(Maaf) Aku tadi tidak mengetahui engkau wahai Rasulullah SAW”.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya sabar itu terdapat pada hentakan pertama
(yang selanjutnya tidak sabar)”. [HR Bukhari, Muslim]
2. Sabar
ketika menghadapi musuh (dalam berjihad).
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah
bersabda, Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah
kalian berangan-angan untuk menghadapi musuh. Namun jika kalian sudah
menghadapinya maka bersabarlah (untuk menghadapinya – teguh, kokoh, berani,
kuat).” [HR. Muslim]
3. Sabar
berjamaah, terhadap Amir (Pemimpin) yang tidak disukai.
Dalam sebuah riwayat digambarkan, dari
Ibnu Abbas ra beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa
yang melihat pada Amir (Pemimpinnya) sesuatu yang tidak disukainya, maka
hendaklah ia bersabar. Karena siapa yang memisahkan diri dari jamaah satu jengkal,
kemudian ia mati. Maka ia mati dalam kondisi kematian jahiliyah”. [HR Muslim]
4. Sabar
terhadap jabatan & kedudukan.
Dalam sebuah riwayat digambarkan, dari
Usaid bin Hudhair bahwa seseorang dari kaum Anshar berkata kepada Rasulullah
SAW, “Wahai Rasulullah, engkau mengangkat (memberi kedudukan) si Fulan, namun
tidak mengangkat (memberi kedudukan kepadaku)”. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya
kalian akan melihat setelahku “atsaratan”
(yaitu setiap orang menganggap lebih baik dari yang lainnya), maka bersabarlah
kalian hingga kalian menemuiku pada telagaku (kelak)”. [HR Turmudzi]
5. Sabar
dalam kehidupan sosial dan interaksi dengan masyarakat.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan,
Rasulullah SAW bersabda, “Seorang muslim apabila ia berinteraksi dengan
masyarakat serta bersabar terhadap dampak negatif mereka adalah lebih baik dari
pada seorang muslim yang tidak berinteraksi dengan masyarakat serta tidak
bersabar atas kenegatifan mereka. [HR Turmudzi]
6. Sabar
dalam kerasnya kehidupan dan himpitan ekonomi
Dalam sebuah riwayat digambarkan, dari
Abdullah bin Umar ra berkata, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Barang
siapa yang bersabar atas kesulitan dan himpitan kehidupannya, maka aku akan
menjadi saksi atau pemberi syafaat baginya pada hari kiamat”. [HR Turmudzi]
Kiat-kiat
Untuk Meningkatkan Kesabaran
Ketidaksabaran (isti'jal)
merupakan salah satu penyakit hati, yang seyogyanya diantisipasi dan diterapi
sejak dini. Karena hal ini memilki dampak negatif dari amalan yang dilakukan
seorang insan. Seperti hasil yang tidak maksimal, terjerumus kedalam
kemaksiatan, enggan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah dsb. Oleh karena
itulah, diperlukan beberapa kiat, guna meningkatkan kesabaran.
Diantara kiat-kiat tersebut adalah:
1. Mengkikhlaskan niat kepada Allah
SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya untuk-Nya. Dengan adanya niatan seperti
ini, akan sangat menunjang munculnya kesabaran kepada Allah SWT.
2. Memperbanyak tilawah (membaca)
al-Qur'an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Akan lebih optimal
lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan makna-makna
yang dikandungnya. Karena al- Qur'an merupakan obat bagi hati insan. Masuk
dalam kategori ini juga dzikir kepada Allah.
3. Memperbanyak puasa sunnah. Karena
puasa merupakan hal yang dapat mengurangi hawa nafsu terutama yang bersifat
syahwati dengan lawan jenisnya. Puasa juga merupakan ibadah yang memang secara
khusus dapat melatih kesabaran.
4. Mujahadatun Nafs, yaitu sebuah usaha
yang dilakukan insan untuk berusaha secara giat dan maksimal guna mengalahkan
keinginan-keinginan jiwa yang cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti
malas, marah, kikir, dsb.
5 . Mengingat-ingat kembali tujuan
hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu insan untuk beramal secara sempurna.
Sedangkan ketidaksabaran (isti'jal),
memiliki prosentase yang cukup besar untuk menjadikan amalan seseorang tidak
optimal. Apalagi jika merenungkan bahwa sesungguhnya Allah akan melihat “amalan”
seseorang yang dilakukannya, dan bukan melihat pada hasilnya. [QS At-Taubah
9:105)
6. Perlu mengadakan latihan- latihan
untuk sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang sendiri dalam rumah,
hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada menyaksikan televisi yang
acaranya misalnya tidak bermanfaat. Kemudian melatih diri untuk menyisihkan
sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah, dsb.
7. Membaca-baca kisah-kisah kesabaran
para sahabat, tabi’in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya. Karena hal ini juga
akan menanamkan keteladanan yang patut dicontoh dalam kehidupan nyata di dunia.
Penutup
Inilah sekelumit sketsa mengenai kesabaran. Pada intinya, bahwa sabar
merupakan salah satu sifat dan karakter orang mu’min yang sesungguhnya yang
mesti dimilikinya. Sifat ini dapat dimiliki juga oleh setiap individu manusia,
siapa saja. Karena pada dasarnya manusia memiliki potensi untuk mengembangkan
sikap sabar ini dalam hidupnya. Oleh karena itu, marilah secara bersama kita
berusaha untuk menanamkan “paket sikap sabar yang komplit” seperti uraian
diatas pada diri kita masing-masing. Bukan hanya terbatas bagi setiap individu
secara sendiri-sendiri saja, tapi juga terutama dalam berinteraksinya
individu-individu dalam satu organisasi dan kepengurusannya bersama anggotanya.
Dan selanjutnya diperluas dalam bentuk bernegara dan berantar negara. Insya
Allah, Allah akan memberikan jalan bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha di
jalan-Nya dengan keteraturan hidup dalam keselamatan, kesejahteraan, dan
kedamaian dalam kerjasama yang aktif dan membangun menuju kemajuan yang berarti
dan diridhai-Nya. □ AFM
Sumber Bacaan:
Al-Qur’an Tafsir Perkata ALHIDAYAH, Penerbit Kalim
Tarich Nabi-Nabi I, Marzoeki Jatim, Penerbit Pustaka Antara
N.V., Djakarta, 1954
Catatan Kaki:
1 Dari penulis sebagai tambahan untuk menekankan
makna yang dimaksud.
2 Tarich Nabi-Nabi I, Marzoeki Jatim,
Penerbit Pustaka Antara N.V., Djakarta, 1954, Bab 11, Tarich Jusuf a.s., hal
52-67. □□□