Banyak kisah-kisah tentang kucing, karena
kucing memang binatang yang banyak berkeliaran di sekitar manusia. Bahkan Nabi Muhammad
Shalallahu ‘Alayhi Wasallam juga
memiliki kucing peliharaan, dan berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan
layaknya menyayangi keluarga sendiri.
Dalam
perkembangan Peradaban Islam, kucing hadir sebagai teman sejati dalam setiap
nafas dan gerak geliat perkembangan Islam. Dalam buku yang berjudul Cats of
Cairo, pada masa Dinasti Mamluk, Baybars Al-Zahir, seorang Sultan yang juga pahlawan
garis depan dalam perang salib sengaja membangun taman-taman khusus bagi kucing
dan menyediakan berbagai jenis makanan didalamnya. Tradisi ini telah menjadi
adat istiadat di berbagai kota-kota besar negara Islam. Hingga saat ini, mulai
dari Damaskus, Istanbul hingga Kairo, masih bisa kita jumpai kucing-kucing yang
berkeliaran di pojok-pojok Masjid Tua dengan berbagai macam makanan yang
disediakan oleh penduduk setempat.
D
|
iceritakan
dalam suatu kisah, Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alayhi Wasallam memiliki seekor kucing yang diberi
nama Mueeza. Suatu saat, dikala nabi hendak mengambil jubahnya, di temuinya
Mueeza sedang terlelap tidur dengan santai diatas jubahnya. Tak ingin
mengganggu hewan kesayangannya itu, nabi pun memotong belahan lengan yang
ditiduri Mueeza dari jubahnya. Ketika Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam kembali ke rumah, Muezza terbangun
dan merunduk sujud kepada majikannya. Sebagai balasan, Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam menyatakan kasih
sayangnya dengan mengelus lembut ke badan mungil kucing itu sebanyak tiga kali.
Dalam
aktivitas lain, setiap kali Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam menerima tamu di rumahnya, Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam selalu menggendong Mueeza dan di taruh dipahanya. Salah
satu sifat Mueeza yang Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam sukai ialah ia selalu mengeong ketika
mendengar azan, dan seolah-olah suaranya terdengar seperti mengikuti lantunan
suara adzan. Kepada para sahabatnya, Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam berpesan untuk menyayangi kucing
peliharaan, layaknya menyanyangi keluarga sendiri.
Hukuman
bagi mereka yang menyakiti hewan lucu ini sangatlah serius, dalam sebuah hadits
shahih Al-Bukhori, dikisahkan tentang seorang wanita yang tidak pernah memberi
makan kucingnya, dan tidak pula melepas kucingnya untuk mencari makan sendiri,
Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam pun menjelaskan bahwa hukuman bagi wanita ini adalah siksa
neraka.
Dari
Ibnu Umar Radhiyullahu Anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alayhi Wasallam bersabda, ”Seorang wanita dimasukkan kedalam
neraka karena seekor kucing yang dia ikat dan tidak diberikan makan bahkan
tidak diperkenankan makan binatang-binatang kecil yang ada dilantai.” [HR
Bukhori]
Tak
hanya Nabi Shalallahu 'Alayhi Wasallam, istri Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam sendiri, Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq pun amat
menyukai kucing, dan merasa amat kehilangan dikala ditinggal pergi oleh si
kucing. Seorang sahabat yang juga ahli hadits, Abdurrahman bin Sakhr Al-Azdi
diberi julukan Abu Hurairah “sebagai bapak para kucing jantan”, karena kegemarannya
dalam merawat dan memelihara berbagai kucing jantan dirumahnya.
●●●
Nabi Shalallahu
‘Alayhi Wasallam menekankan di beberapa haditsnya bahwa kucing itu tidaklah
najis. Bahkan diperbolehkan untuk berwudhu menggunakan air bekas minum kucing
karena dianggap suci. Lantas kenapa Rasulullah Shalallahu ‘Alayhi Wasallam yang buta baca-tulis, berani mengatakan
bahwa kucing suci, tidak najis? Lalu, bagaimana Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam mengetahui kalau pada
badan kucing tidak terdapat najis?
Mari kita lihat fakta-fakta ilmiah pada Kucing:
FAKTA 1, Pada kulit kucing terdapat otot
yang berfungsi untuk menolak telur bakteri. Otot kucing itu juga dapat
menyesuaikan dengan sentuhan otot manusia. Permukaan lidah kucing tertutupi
oleh berbagai benjolan kecil yang runcing, benjolan ini bengkok mengerucut
seperti kikir atau gergaji. Bentuk ini sangat berguna untuk membersihkan kulit.
Ketika kucing minum, tidak ada setetes pun cairan yang jatuh dari lidahnya.
Sedangkan lidah kucing sendiri merupakan alat
pembersih yang paling canggih, permukaannya yang kasar bisa membuang bulu-bulu
mati dan membersihkan bulu-bulu yang tersisa di badannya.
FAKTA 2, Telah dilakukan berbagai
penelitian terhadap kucing dan berbagai perbedaan usia, perbedaan posisi kulit,
punggung, bagian dalam telapak kaki, pelindung mulut, dan ekor. Pada
bagian-bagian tersebut dilakukan pengambilan sample dengan usapan. Di
samping itu, dilakukan juga penanaman kuman pada bagian-bagian khusus. Selanjutnya diambil juga cairan khusus
yang ada pada dinding dalam mulut dan lidahnya.
Hasil yang didapatkan adalah:
1. Hasil yang diambil dari kulit luar ternyata
negatif dari adanya kuman, walaupun dilakukan berulang-ulang.
2. Perbandingan yang ditanamkan kuman
memberikan hasil negatif sekitar 80% jika dilihat dari cairan yang diambil dari
dinding mulut.
3. Cairan yang diambil dari permukaan lidah
juga memberikan hasil negatif berkuman.
4. Sekalinya ada kuman yang ditemukan saat
proses penelitian, kuman itu masuk kelompok kuman yang dianggap sebagai kuman
biasa yang berkembang pada tubuh manusia dalam jumlah yang terbatas seperti, enterobacter, streptococcus, dan taphylococcus.
Jumlahnya kurang dan 50 ribu pertumbuhan.
5. Tidak ditemukan kelompok kuman yang
beragam.
Kesimpulannya, dari berbagai sumber yang dapat dipercaya dari
hasil penelitian laboratorium menyimpulkan bahwa kucing tidak memiliki kuman
dan mikroba. Liurnya bersih dan membersihkan.
Komentar Para Dokter yang Bergelut dalam
Bidang Kuman:
Menurut Dr. George Maqshud, ketua
laboratorium di Rumah Sakit Hewan Baitharah, jarang sekali ditemukan adanya
kuman pada lidah kucing. Jika kuman itu ada, maka kucing itu akan sakit.
Dr. Gen Gustafsirl menemukan bahwa kuman yang
paling banyak terdapat pada anjing. Sedang pada manusia terdapat kuman sebanyak
seperempat yang terdapat pada anjing. Pada kucing terdapat kuman sebanyak setengah
yang terdapat pada manusia.
Dokter hewan di rumah sakit hewan Damaskus,
Sa’id Rafah menegaskan bahwa kucing memiliki perangkat pembersih yang benama lysozyme.
Kucing tidak suka air karena air
merupakan tempat yang sangat subur untuk pertumbuhan bakteri, terlebih pada
genangan air seperti pada lumpur, genangan hujan, dan lain lainnya. Kucing juga
sangat menjaga kestabilan kehangatan tubuhnya, dengan itu ia tidak banyak
berjemur dan tidak dekat-dekat dengan air. Tujuannya agar bakteri tidak
berpindah kepadanya. Inilah yang menjadi faktor tidak adanya kuman pada tubuh
kucing.
FAKTA 3, Dan hasil penelitian kedokteran
dan percobaan yang telah di lakukan di laboratorium hewan, ditemukan bahwa
badan kucing bersih secara keseluruhan. Ia lebih bersih dari manusia. Sisa
makanan kucing hukumnya suci.
Hadis Kabsyah binti Ka’b bin Malik
menceritakan bahwa Abu Qatadah, mertua Kabsyah, masuk ke rumahnya lalu ia
menuangkan air untuk wudhu. Pada saat itu, datang seekor kucing yang ingin
minum. Lantas ia menuangkan air di bejana sampai kucing itu minum.
Kabsyah berkata, “Perhatikanlah.” Abu Qatadah
berkata, “Apakah kamu heran?” Ia menjawab, “Ya.” Lalu, Abu Qatadah berkata
bahwa Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam pernah
bersabda, “Kucing itu tidak najis. Ia binatang yang suka berkeliling di rumah (binatang
rumahan).” [HR At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Abu Dawud, dan Ibnu Majah].
Diriwayatkan dari Ali bin Al-Hasan, dan Anas
yang menceritakan bahwa Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam pergi ke Bathhan suatu daerah di Madinah. Lalu, Beliau Shalallahu ‘Alayhi Wasallam berkata, “Ya Anas, tuangkan air wudhu untukku ke dalam
bejana.” Lalu, Anas menuangkan air. Ketika sudah selesai, Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam menuju
bejana. Namun, seekor kucing datang dan menjilati bejana. Melihat itu, Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam berhenti
sampai kucing tersebut berhenti minum, lalu berwudhu. Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam ditanya mengenai
kejadian tersebut, beliau menjawab, “Ya Anas, kucing termasuk perhiasan rumah
tangga, ia tidak dikotori sesuatu, bahkan tidak ada najis.”
Diriwayatkan dari Dawud bin Shalih At-Tammar
dan ibunya yang menerangkan bahwa budaknya memberikan Aisyah Radhiyallahu Anha semangkuk bubur. Namun,
ketika ia sampai di rumah Aisyah Radhiyallahu Anha , tenyata Aisyah Radhiyallahu Anha sedang shalat. Lalu, ia
memberikan isyarat untuk menaruhnya. Sayangnya, setelah Aisyah Radhiyallahu Anha menyelesaikan
shalat, ia lupa ada bubur. Datanglah seekor kucing, lalu memakan sedikit bubur
tersebut. Ketika ia melihat bubur tersebut dimakan kucing, Aisyah Radhiyallahu Anha lalu
membersihkan bagian yang disentuh kucing, dan Aisyah Radhiyallahu Anha memakannya.
Rasulullah Shalallahu ‘Alayhi Wasallam bersabda, “Ia tidak najis. Ia binatang yang
berkeliling.” Aisyah Radhiyallahu Anha pernah melihat Rasulullah Shalallahu ‘Alayhi Wasallam berwudhu dari sisa jilatan kucing. [HR Al-Baihaqi,
Abd Al-Razzaq, dan Al-Daruquthni].
Hadis ini diriwayatkan dari Malik, Ahmad, dan
imam hadits yang lain. Oleh karena itu, kucing adalah binatang, yang badan,
keringat, bekas dari sisa makanannya suci.
Lihat begitu luar biasanya kucing itu, bahkan
sampai jadi hewan peliharaan kesayangan Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam. Namun
sayangnya banyak sekali dari kita yang berpandangan negatif seputar binatang
ini, ada yang mengatakan kucing dapat menyebabkan asma karena bulu-bulunya, ada
juga yang bilang kucing terinfeksi toxoplasma.
Padahal kalau teliti lebih lanjut, toxoplasma
itu adalah sejenis bakteri yang dapat hidup pada binatang apa saja. Catatan
dalam penelitian ilmiah para peneliti Anjing dan Babi adalah rekor terbanyak
hewan yang mengandung penyakit ini. Tapi kenapa, justru kucinglah yang
dijadikan kambing hitamnya?
Toxoplasmosis
Kalau ada yang paling trauma dengan toxoplasmosis tentulah dia dari kalangan
ibu atau para wanita. Betapa tidak, konon toxoplasma
adalah penyebab kemandulan wanita atau hidrocephalus
pada bayi yang dilahirkannya.
Toxoplasma juga erat
dihubung-hubungkan dengan kucing yang biasa berkeliaran di sekitar rumah kita.
Maka tak heran jika akibatnya si kucing lucu yang tak berdosa itu menjadi “kambing
hitam” bahkan lebih parah, menjadi “monster” yang dibenci dan ditakuti oleh
sebagian orang, terutama ibu-ibu atau para wanita tadi. Sebenarnya apa sih toxoplasmosis itu? Dan benarkah tuduhan
yang ditujukan pada kucing sebagai penyebab timbulnya toxoplasmosis pada manusia? Tulisan ini mencoba menjawab keresahan
yang ditimbulkan akibat kurangnya pengetahuan kita tentang seluk beluk toxoplasmosis dan cara penularannya.
Penyakit Toxoplasmosis
berasal dari infeksi parasit toxoplasma
gondii, perlu digarisbawahi “parasit” bukan virus seperti yang sering salah
kaprah ditudingkan oleh orang-orang yang “emoh” dengan kucing. Parasit toxoplasma ini berukuran sangat kecil
dan hanya bisa dilihat dengan bantuan mikroskop elektron. Toxo artinya lengkung dan plasma
artinya bentuk karena memang parasit ini berbentuk seperti bulan sabit jika
dilihat dengan mikroskop. Sedangkan gondii
diambil dari nama hewan sejenis tikus yang diketahui pertama kali mengandung
organisme ini yaitu pada tahun 1908 di Tunisia, sedangkan pada manusia baru
ditemukan pada tahun 1923 di Cekoslowakia.
Bagaimana penularannya pada manusia?
Pemahaman yang sering berkembang di
masyarakat awam adalah bahwa toxoplasma
adalah virus yang terdapat pada bulu atau kotoran kucing dan dapat menimbulkan
kemandulan wanita atau cacat (hydrocephalus)
pada bayi yang dilahirkannya. Pemahaman ini harus segera diluruskan. Bahwa toxoplasma bukanlah virus telah
dijelaskan di atas. Adapun penularannya pada manusia melalui empat cara yaitu: Pertama, secara tidak sengaja memakan
makanan yang tercemari parasit ini. Misalnya kita makan sayuran yang tidak
dicuci bersih dan ternyata parasit toxo
telah mencemarinya. Kedua, memakan
daging sapi, kambing, babi, ayam, atau anjing yang mengandung parasit toxo yang tidak dimasak dengan sempurna
(matang). Ketiga, infeksi melalui placenta bayi dalam kandungan. Seorang
ibu hamil yang terinfeksi toxoplasma
bisa menularkan parasit ini pada janin yang dikandungnya, penularan ini disebut
penularan secara congenital. Keempat, melalui transfusi darah,
transplantasi organ dari seorang donor yang kebetulan menderita toxoplasmosis. Itu saja!
Satu hal yang juga perlu dicermati adalah
bahwa penyakit ini tidak mengenal gender, artinya ia tidak saja menginfeksi
wanita tapi kaum pria pun tidak sedikit yang terinfeksi. Penyakit ini pada
umumnya tergolong penyakit yang asimptomatis,
maksudnya tidak menampakkan tanda-tanda klinis pada korban yang terinfeksi.
Penderita toxoplasmosis juga tidak
selalu menyebabkan kemandulan atau keguguran si jabang bayi, tapi bisa juga
menyebabkan radang paru-paru, hydrocephalus,
gangguan penglihatan sampai kebutaan. Tapi sering pula tidak menimbulkan
gangguan apa-apa. Biasanya toxoplasmosis
akan menampakkan gejala klinis jika ada interkurensi infeksi misalnya dengan
virus atau protozoa lain atau pada
kondisi stress dan immunosupresi
(penurunan daya tahan tubuh, seperti pada penderita kanker dan AIDS).
Lantas, hubungannya dengan kucing?
Kucing dan juga hewan-hewan lain dari famili fellidae seperti harimau Cheetah, harimau
Leopard dan lain-lain merupakan induk semang defenitif dari toxoplasma gondii, penyebab toxoplasmosis. Jadi seandainya di dunia
ini tidak ada kucing dan hewan sebangsanya itu maka parasit toxo pun tak dapat menyempurnakan siklus
hidupnya. Tapi lantas bukan berarti kita harus “menghabisi” hewan yang disayang
Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam ini.
Tidak semua kucing harus dituduh sebagai penyebab toxoplasmosis, sangat kasihan jika ternyata mereka harus
ditelantarkan. Pun sesungguhnya tak hanya kucing yang bisa terinfeksi parasit toxoplasma, karena pada hakekatnya semua
hewan berdarah panas termasuk burung dan mamalia bisa terinfeksi parasit ini,
yaitu sebagai induk semang perantaranya (intermediate
host). Hanyasaja hewan-hewan intermediated
host ini tidak bisa menulari manusia selama kita tidak mengkonsumsinya.
Beda dengan kucing. Karena pada usus halus kucinglah toxoplasma menyelesaikan keseluruhan siklus hidupnya, dan akan
dikeluarkan bersamaan dengan feces -
buang kotorannya. Mungkin karena alasan inilah maka kucing menjadi “sangat
berdosa” bagi sebagian kita sementara sapi, kambing, ayam, anjing dan hewan
lainnya tidak, meski sama-sama punya “bibit” toxoplasma di tubuhnya. Ini tidak
adil, bukan? Lantas, perlakuan “adil” bagaimana yang seharusnya kita tempuh
agar kucing tak lagi tertuduh dan kita juga terhindar dari bahaya?
Berikut adalah tipsnya:
1. Sediakan pasir/tempat kotoran untuk kucing
dan sebaiknya dibersihkan setiap hari.
2. Cegahlah kucing agar tidak berburu tikus,
burung, lalat dan kecoa.
3. Jangan memberi makan hewan peliharaan
dengan daging, jeroan, tulang dan susu mentah, tapi masaklah terlebih dahulu.
4. Setelah mencuci daging mentah sebaiknya
cuci tangan dengan sabun agar tak ada parasit yang tertinggal di tangan.
5. Cucilah tangan dengan sabun setiap kali
hendak makan.
6. Hindari memakan daging mentah atau setengah
matang. Makanlah daging yang benar-benar telah dimasak sampai matang.
7. Cuci bersih sayur-mayur dan buah-buahan
yang hendak dikonsumsi mentah sebelum dimakan (dilalap).
8. Untuk ibu-ibu hamil, sebaiknya tidak
membersihkan tempat kotoran kucing ataupun mencuci daging dan jeroan selama
masa kehamilan. Mintalah bantuan orang lain untuk mengerjakannya.
9. Untuk ibu-ibu yang berencana untuk hamil
sebaiknya melakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui ada tidaknya infeksi toxoplasma.
10. Jika anda memelihara kucing, latihlah
dari kecil kucing tersebut dengan membiasakannya buang kotoran tidak
sembarangan yaitu di kamar mandi sehingga mudah dibersihkan.
Terakhir, sesungguhnya bukan sebab seseorang
memelihara kucing atau tidak, juga bukan karena seseorang “akrab” dengan kucing
atau tidak yang membuka peluang terkena penyakit toxoplasmosis ini, melainkan bagaimana cara orang tersebut menjaga
kebersihan diri dan lingkungannya. Karena seorang yang teramat “anti” dengan
kucing pun bisa saja terinfeksi toxoplasma
jika tidak peduli dengan kebersihan. Misalnya malas mencuci tangan saat hendak
makan atau gemar memakan daging mentah atau setengah matang. Dan sebaliknya,
seorang yang hidup dengan banyak kucing disekelilingnya bisa tetap aman dari toxoplasmosis selama dia peduli dan
menjaga kebersihan. Mudah-mudahan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan
sekitar rumah kita terhindar dari ancaman toxoplasma
yang selama ini menakutkan. Wallahu ‘alam bish shawab. □AFM
Bagaimana sayangnya manusia zaman
kini lihat saja seperti dibawah ini, untuk melihatnya klik pada tanda httpsnya:
Sumber:
●nurazizah29.wordpress.com ● islamislogic.wordpress.com. □□□