Saturday, August 1, 2015

Mueeza Kucing Kesayangan




Banyak kisah-kisah tentang kucing, karena kucing memang binatang yang banyak berkeliaran di sekitar manusia. Bahkan Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alayhi Wasallam juga memiliki kucing peliharaan, dan berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan layaknya menyayangi keluarga sendiri.



   Dalam perkembangan Peradaban Islam, kucing hadir sebagai teman sejati dalam setiap nafas dan gerak geliat perkembangan Islam. Dalam buku yang berjudul Cats of Cairo, pada masa Dinasti Mamluk, Baybars Al-Zahir, seorang Sultan yang juga pahlawan garis depan dalam perang salib sengaja membangun taman-taman khusus bagi kucing dan menyediakan berbagai jenis makanan didalamnya. Tradisi ini telah menjadi adat istiadat di berbagai kota-kota besar negara Islam. Hingga saat ini, mulai dari Damaskus, Istanbul hingga Kairo, masih bisa kita jumpai kucing-kucing yang berkeliaran di pojok-pojok Masjid Tua dengan berbagai macam makanan yang disediakan oleh penduduk setempat.

D
iceritakan dalam suatu kisah, Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alayhi Wasallam memiliki seekor kucing yang diberi nama Mueeza. Suatu saat, dikala nabi hendak mengambil jubahnya, di temuinya Mueeza sedang terlelap tidur dengan santai diatas jubahnya. Tak ingin mengganggu hewan kesayangannya itu, nabi pun memotong belahan lengan yang ditiduri Mueeza dari jubahnya. Ketika Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam kembali ke rumah, Muezza terbangun dan merunduk sujud kepada majikannya. Sebagai balasan, Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam menyatakan kasih sayangnya dengan mengelus lembut ke badan mungil kucing itu sebanyak tiga kali.

   Dalam aktivitas lain, setiap kali Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam menerima tamu di rumahnya, Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam selalu menggendong Mueeza dan di taruh dipahanya. Salah satu sifat Mueeza yang Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam sukai ialah ia selalu mengeong ketika mendengar azan, dan seolah-olah suaranya terdengar seperti mengikuti lantunan suara adzan. Kepada para sahabatnya, Nabi  Shalallahu ‘Alayhi Wasallam berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan, layaknya menyanyangi keluarga sendiri.





   Hukuman bagi mereka yang menyakiti hewan lucu ini sangatlah serius, dalam sebuah hadits shahih Al-Bukhori, dikisahkan tentang seorang wanita yang tidak pernah memberi makan kucingnya, dan tidak pula melepas kucingnya untuk mencari makan sendiri, Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam pun menjelaskan bahwa hukuman bagi wanita ini adalah siksa neraka.

Dari Ibnu Umar Radhiyullahu Anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alayhi Wasallam bersabda, ”Seorang wanita dimasukkan kedalam neraka karena seekor kucing yang dia ikat dan tidak diberikan makan bahkan tidak diperkenankan makan binatang-binatang kecil yang ada dilantai.” [HR Bukhori]

Tak hanya Nabi Shalallahu 'Alayhi Wasallam, istri Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam sendiri, Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq pun amat menyukai kucing, dan merasa amat kehilangan dikala ditinggal pergi oleh si kucing. Seorang sahabat yang juga ahli hadits, Abdurrahman bin Sakhr Al-Azdi diberi julukan Abu Hurairah “sebagai bapak para kucing jantan”, karena kegemarannya dalam merawat dan memelihara berbagai kucing jantan dirumahnya.


●●●


   Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam menekankan di beberapa haditsnya bahwa kucing itu tidaklah najis. Bahkan diperbolehkan untuk berwudhu menggunakan air bekas minum kucing karena dianggap suci. Lantas kenapa Rasulullah Shalallahu ‘Alayhi Wasallam yang buta baca-tulis, berani mengatakan bahwa kucing suci, tidak najis? Lalu, bagaimana Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam mengetahui kalau pada badan kucing tidak terdapat najis?

Mari kita lihat fakta-fakta ilmiah pada Kucing:

FAKTA 1, Pada kulit kucing terdapat otot yang berfungsi untuk menolak telur bakteri. Otot kucing itu juga dapat menyesuaikan dengan sentuhan otot manusia. Permukaan lidah kucing tertutupi oleh berbagai benjolan kecil yang runcing, benjolan ini bengkok mengerucut seperti kikir atau gergaji. Bentuk ini sangat berguna untuk membersihkan kulit. Ketika kucing minum, tidak ada setetes pun cairan yang jatuh dari lidahnya.

Sedangkan lidah kucing sendiri merupakan alat pembersih yang paling canggih, permukaannya yang kasar bisa membuang bulu-bulu mati dan membersihkan bulu-bulu yang tersisa di badannya.

FAKTA 2, Telah dilakukan berbagai penelitian terhadap kucing dan berbagai perbedaan usia, perbedaan posisi kulit, punggung, bagian dalam telapak kaki, pelindung mulut, dan ekor. Pada bagian-bagian tersebut dilakukan pengambilan sample dengan usapan. Di samping itu, dilakukan juga penanaman kuman pada bagian-bagian khusus. Selanjutnya diambil juga cairan khusus yang ada pada dinding dalam mulut dan lidahnya.

Hasil yang didapatkan adalah:

1. Hasil yang diambil dari kulit luar ternyata negatif dari adanya kuman, walaupun dilakukan berulang-ulang.

2. Perbandingan yang ditanamkan kuman memberikan hasil negatif sekitar 80% jika dilihat dari cairan yang diambil dari dinding mulut.

3. Cairan yang diambil dari permukaan lidah juga memberikan hasil negatif berkuman.

4. Sekalinya ada kuman yang ditemukan saat proses penelitian, kuman itu masuk kelompok kuman yang dianggap sebagai kuman biasa yang berkembang pada tubuh manusia dalam jumlah yang terbatas seperti, enterobacter, streptococcus, dan taphylococcus. Jumlahnya kurang dan 50 ribu pertumbuhan.

5. Tidak ditemukan kelompok kuman yang beragam.


Kesimpulannya, dari berbagai sumber yang dapat dipercaya dari hasil penelitian laboratorium menyimpulkan bahwa kucing tidak memiliki kuman dan mikroba. Liurnya bersih dan membersihkan.


Komentar Para Dokter yang Bergelut dalam Bidang Kuman:

Menurut Dr. George Maqshud, ketua laboratorium di Rumah Sakit Hewan Baitharah, jarang sekali ditemukan adanya kuman pada lidah kucing. Jika kuman itu ada, maka kucing itu akan sakit.

Dr. Gen Gustafsirl menemukan bahwa kuman yang paling banyak terdapat pada anjing. Sedang pada manusia terdapat kuman sebanyak seperempat yang terdapat pada anjing. Pada kucing terdapat kuman sebanyak setengah yang terdapat pada manusia.

Dokter hewan di rumah sakit hewan Damaskus, Sa’id Rafah menegaskan bahwa kucing memiliki perangkat pembersih yang benama lysozyme.

Kucing tidak suka air karena air merupakan tempat yang sangat subur untuk pertumbuhan bakteri, terlebih pada genangan air seperti pada lumpur, genangan hujan, dan lain lainnya. Kucing juga sangat menjaga kestabilan kehangatan tubuhnya, dengan itu ia tidak banyak berjemur dan tidak dekat-dekat dengan air. Tujuannya agar bakteri tidak berpindah kepadanya. Inilah yang menjadi faktor tidak adanya kuman pada tubuh kucing.

FAKTA 3, Dan hasil penelitian kedokteran dan percobaan yang telah di lakukan di laboratorium hewan, ditemukan bahwa badan kucing bersih secara keseluruhan. Ia lebih bersih dari manusia. Sisa makanan kucing hukumnya suci.

Hadis Kabsyah binti Ka’b bin Malik menceritakan bahwa Abu Qatadah, mertua Kabsyah, masuk ke rumahnya lalu ia menuangkan air untuk wudhu. Pada saat itu, datang seekor kucing yang ingin minum. Lantas ia menuangkan air di bejana sampai kucing itu minum.

Kabsyah berkata, “Perhatikanlah.” Abu Qatadah berkata, “Apakah kamu heran?” Ia menjawab, “Ya.” Lalu, Abu Qatadah berkata bahwa Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam  pernah bersabda, “Kucing itu tidak najis. Ia binatang yang suka berkeliling di rumah (binatang rumahan).” [HR At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Abu Dawud, dan Ibnu Majah].

Diriwayatkan dari Ali bin Al-Hasan, dan Anas yang menceritakan bahwa Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam  pergi ke Bathhan suatu daerah di Madinah. Lalu, Beliau Shalallahu ‘Alayhi Wasallam berkata, “Ya Anas, tuangkan air wudhu untukku ke dalam bejana.” Lalu, Anas menuangkan air. Ketika sudah selesai, Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam menuju bejana. Namun, seekor kucing datang dan menjilati bejana. Melihat itu, Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam berhenti sampai kucing tersebut berhenti minum, lalu berwudhu. Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam ditanya mengenai kejadian tersebut, beliau menjawab, “Ya Anas, kucing termasuk perhiasan rumah tangga, ia tidak dikotori sesuatu, bahkan tidak ada najis.”

Diriwayatkan dari Dawud bin Shalih At-Tammar dan ibunya yang menerangkan bahwa budaknya memberikan Aisyah Radhiyallahu Anha semangkuk bubur. Namun, ketika ia sampai di rumah Aisyah Radhiyallahu Anha , tenyata Aisyah Radhiyallahu Anha sedang shalat. Lalu, ia memberikan isyarat untuk menaruhnya. Sayangnya, setelah Aisyah Radhiyallahu Anha menyelesaikan shalat, ia lupa ada bubur. Datanglah seekor kucing, lalu memakan sedikit bubur tersebut. Ketika ia melihat bubur tersebut dimakan kucing, Aisyah Radhiyallahu Anha lalu membersihkan bagian yang disentuh kucing, dan Aisyah Radhiyallahu Anha memakannya.

   Rasulullah Shalallahu ‘Alayhi Wasallam  bersabda, “Ia tidak najis. Ia binatang yang berkeliling.” Aisyah Radhiyallahu Anha pernah melihat Rasulullah Shalallahu ‘Alayhi Wasallam  berwudhu dari sisa jilatan kucing. [HR Al-Baihaqi, Abd Al-Razzaq, dan Al-Daruquthni].

Hadis ini diriwayatkan dari Malik, Ahmad, dan imam hadits yang lain. Oleh karena itu, kucing adalah binatang, yang badan, keringat, bekas dari sisa makanannya suci.

Lihat begitu luar biasanya kucing itu, bahkan sampai jadi hewan peliharaan kesayangan Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam. Namun sayangnya banyak sekali dari kita yang berpandangan negatif seputar binatang ini, ada yang mengatakan kucing dapat menyebabkan asma karena bulu-bulunya, ada juga yang bilang kucing terinfeksi toxoplasma. Padahal kalau teliti lebih lanjut, toxoplasma itu adalah sejenis bakteri yang dapat hidup pada binatang apa saja. Catatan dalam penelitian ilmiah para peneliti Anjing dan Babi adalah rekor terbanyak hewan yang mengandung penyakit ini. Tapi kenapa, justru kucinglah yang dijadikan kambing hitamnya?


Toxoplasmosis

   Kalau ada yang paling trauma dengan toxoplasmosis tentulah dia dari kalangan ibu atau para wanita. Betapa tidak, konon toxoplasma adalah penyebab kemandulan wanita atau hidrocephalus pada bayi yang dilahirkannya.

Toxoplasma juga erat dihubung-hubungkan dengan kucing yang biasa berkeliaran di sekitar rumah kita. Maka tak heran jika akibatnya si kucing lucu yang tak berdosa itu menjadi “kambing hitam” bahkan lebih parah, menjadi “monster” yang dibenci dan ditakuti oleh sebagian orang, terutama ibu-ibu atau para wanita tadi. Sebenarnya apa sih toxoplasmosis itu? Dan benarkah tuduhan yang ditujukan pada kucing sebagai penyebab timbulnya toxoplasmosis pada manusia? Tulisan ini mencoba menjawab keresahan yang ditimbulkan akibat kurangnya pengetahuan kita tentang seluk beluk toxoplasmosis dan cara penularannya.

   Penyakit Toxoplasmosis berasal dari infeksi parasit toxoplasma gondii, perlu digarisbawahi “parasit” bukan virus seperti yang sering salah kaprah ditudingkan oleh orang-orang yang “emoh” dengan kucing. Parasit toxoplasma ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan bantuan mikroskop elektron. Toxo artinya lengkung dan plasma artinya bentuk karena memang parasit ini berbentuk seperti bulan sabit jika dilihat dengan mikroskop. Sedangkan gondii diambil dari nama hewan sejenis tikus yang diketahui pertama kali mengandung organisme ini yaitu pada tahun 1908 di Tunisia, sedangkan pada manusia baru ditemukan pada tahun 1923 di Cekoslowakia.


Bagaimana penularannya pada manusia?

   Pemahaman yang sering berkembang di masyarakat awam adalah bahwa toxoplasma adalah virus yang terdapat pada bulu atau kotoran kucing dan dapat menimbulkan kemandulan wanita atau cacat (hydrocephalus) pada bayi yang dilahirkannya. Pemahaman ini harus segera diluruskan. Bahwa toxoplasma bukanlah virus telah dijelaskan di atas. Adapun penularannya pada manusia melalui empat cara yaitu: Pertama, secara tidak sengaja memakan makanan yang tercemari parasit ini. Misalnya kita makan sayuran yang tidak dicuci bersih dan ternyata parasit toxo telah mencemarinya. Kedua, memakan daging sapi, kambing, babi, ayam, atau anjing yang mengandung parasit toxo yang tidak dimasak dengan sempurna (matang). Ketiga, infeksi melalui placenta bayi dalam kandungan. Seorang ibu hamil yang terinfeksi toxoplasma bisa menularkan parasit ini pada janin yang dikandungnya, penularan ini disebut penularan secara congenital. Keempat, melalui transfusi darah, transplantasi organ dari seorang donor yang kebetulan menderita toxoplasmosis. Itu saja!

   Satu hal yang juga perlu dicermati adalah bahwa penyakit ini tidak mengenal gender, artinya ia tidak saja menginfeksi wanita tapi kaum pria pun tidak sedikit yang terinfeksi. Penyakit ini pada umumnya tergolong penyakit yang asimptomatis, maksudnya tidak menampakkan tanda-tanda klinis pada korban yang terinfeksi. Penderita toxoplasmosis juga tidak selalu menyebabkan kemandulan atau keguguran si jabang bayi, tapi bisa juga menyebabkan radang paru-paru, hydrocephalus, gangguan penglihatan sampai kebutaan. Tapi sering pula tidak menimbulkan gangguan apa-apa. Biasanya toxoplasmosis akan menampakkan gejala klinis jika ada interkurensi infeksi misalnya dengan virus atau protozoa lain atau pada kondisi stress dan immunosupresi (penurunan daya tahan tubuh, seperti pada penderita kanker dan AIDS).


Lantas, hubungannya dengan kucing?

   Kucing dan juga hewan-hewan lain dari famili fellidae seperti harimau Cheetah, harimau Leopard dan lain-lain merupakan induk semang defenitif dari toxoplasma gondii, penyebab toxoplasmosis. Jadi seandainya di dunia ini tidak ada kucing dan hewan sebangsanya itu maka parasit toxo pun tak dapat menyempurnakan siklus hidupnya. Tapi lantas bukan berarti kita harus “menghabisi” hewan yang disayang Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam ini. Tidak semua kucing harus dituduh sebagai penyebab toxoplasmosis, sangat kasihan jika ternyata mereka harus ditelantarkan. Pun sesungguhnya tak hanya kucing yang bisa terinfeksi parasit toxoplasma, karena pada hakekatnya semua hewan berdarah panas termasuk burung dan mamalia bisa terinfeksi parasit ini, yaitu sebagai induk semang perantaranya (intermediate host). Hanyasaja hewan-hewan intermediated host ini tidak bisa menulari manusia selama kita tidak mengkonsumsinya. Beda dengan kucing. Karena pada usus halus kucinglah toxoplasma menyelesaikan keseluruhan siklus hidupnya, dan akan dikeluarkan bersamaan dengan feces - buang kotorannya. Mungkin karena alasan inilah maka kucing menjadi “sangat berdosa” bagi sebagian kita sementara sapi, kambing, ayam, anjing dan hewan lainnya tidak, meski sama-sama punya “bibit” toxoplasma di tubuhnya. Ini tidak adil, bukan? Lantas, perlakuan “adil” bagaimana yang seharusnya kita tempuh agar kucing tak lagi tertuduh dan kita juga terhindar dari bahaya?

 Berikut adalah tipsnya:

1. Sediakan pasir/tempat kotoran untuk kucing dan sebaiknya dibersihkan setiap hari.
2. Cegahlah kucing agar tidak berburu tikus, burung, lalat dan kecoa.
3. Jangan memberi makan hewan peliharaan dengan daging, jeroan, tulang dan susu mentah, tapi masaklah terlebih dahulu.
4. Setelah mencuci daging mentah sebaiknya cuci tangan dengan sabun agar tak ada parasit yang tertinggal di tangan.
5. Cucilah tangan dengan sabun setiap kali hendak makan.
6. Hindari memakan daging mentah atau setengah matang. Makanlah daging yang benar-benar telah dimasak sampai matang.
7. Cuci bersih sayur-mayur dan buah-buahan yang hendak dikonsumsi mentah sebelum dimakan (dilalap).
8. Untuk ibu-ibu hamil, sebaiknya tidak membersihkan tempat kotoran kucing ataupun mencuci daging dan jeroan selama masa kehamilan. Mintalah bantuan orang lain untuk mengerjakannya.
9. Untuk ibu-ibu yang berencana untuk hamil sebaiknya melakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui ada tidaknya infeksi toxoplasma.
10. Jika anda memelihara kucing, latihlah dari kecil kucing tersebut dengan membiasakannya buang kotoran tidak sembarangan yaitu di kamar mandi sehingga mudah dibersihkan.

   Terakhir, sesungguhnya bukan sebab seseorang memelihara kucing atau tidak, juga bukan karena seseorang “akrab” dengan kucing atau tidak yang membuka peluang terkena penyakit toxoplasmosis ini, melainkan bagaimana cara orang tersebut menjaga kebersihan diri dan lingkungannya. Karena seorang yang teramat “anti” dengan kucing pun bisa saja terinfeksi toxoplasma jika tidak peduli dengan kebersihan. Misalnya malas mencuci tangan saat hendak makan atau gemar memakan daging mentah atau setengah matang. Dan sebaliknya, seorang yang hidup dengan banyak kucing disekelilingnya bisa tetap aman dari toxoplasmosis selama dia peduli dan menjaga kebersihan. Mudah-mudahan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar rumah kita terhindar dari ancaman toxoplasma yang selama ini menakutkan. Wallahu ‘alam bish shawab. □AFM

 Bagaimana sayangnya manusia zaman kini lihat saja seperti dibawah ini, untuk melihatnya klik pada tanda httpsnya:


 Sumber:
nurazizah29.wordpress.com islamislogic.wordpress.com. □□□

Blog Archive