Oleh: Mahrida Wati
PENGANTAR
R
|
untuhnya Menara Kembar World Trade
Center (WTC) New York dan diserangnya Markas Pertahanan Pentagon,
Washington, 11 September 2001, telah menggeser berbagai isu global seperti
perdagangan bebas, hak asasi manusia (HAM), dan lingkungan hidup ke isu
terorisme. Multplier effect dari isu terorisme tersebut menempatkan
Islam sebagai tertuduh. [1]
Islam adalah agama yang berisi ajaran
yang luhur yang membawa misi rahmat bagi alam semesta ini. Sehingga saya
pribadi menolak jika Islam selalu saja dikaitkan dengan tindak terorisme.
Meskipun, telah kita ketahui bersama bahwa pelaku pemboman di sejumlah kota di
Indonesia sebagai negara penganut muslim terbesar didunia, semua pelakunya
adalah Muslim. Seperti Amrozi dkk.
Dalam suatu perkuliahan yang di ampu
oleh Moh. Wildan [2], ada cerita yang disampaikan tentang Afghani yang hijrah
ke Perancis, dan setelah kembalinya ke Mesir, Afghani pun ditanya oleh
temannya, “Apa yang kau peroleh dari sana wahai Afghani?” dan jawabnya “Sesungguhnya aku banyak menemukan Islam disana namun sedikit Muslim”.
Pengetahuan ini membuka pikiran saya tentang bagaimana Islam sesungguhnya, dan
siapa muslim.
Karen Armstrong, hadir lewat
pemikirannya tentang Islam dengan karya-karyanya yang dibukukan. Salah satunya
berjudul Sejarah Tuhan (History of God) dimana dalam buku tersebut tertulis
berbagai agama yang dibahas satu persatu mengenai Tuhannya. Dalam membahas
setiap episode manusia dalam memahami dan meyakini kepercayaan terhadap Tuhan,
entah itu dari pihak Yahudi, Nasrani atau Islam, bahkan kaum Ateis, Karen
selalu saja berusaha secara empatik untuk masuk kedalam perasaan dan jiwa para
pemuja Tuhan tersebut kemudian berusaha menjelaskan dan mengelaborasi serta
memberikan suatu pencerahan, dengan bahasanya sendiri, kenapa kepercayaan itu
bisa timbul. Tidak salah jika setiap pembahasan mengenai Tuhan, ia selalu
mengedepankan rasa dibandingkan aspek intelektualitas atau kritik. Inilah
alasan saya kenapa memilih tokoh Karen Armstrong pada bahasan makalah ini.
Makalah ini hadir dengan maksud untuk
memaparkan ajaran Islam yang sebenarnya tanpa ada ajaran terorisme di dalamnya.
Sehingga harapan penulis agar ke depannya tidak ada lagi anggapan yang miring
tentang agama suci ini, khususnya keterkaitannya dengan terorisme yang
meresahkan warga dunia.
Penelitian dalam makalah ini
menggunakan pendekatan Normatif-Empiris. Obyek material dari bahasan dalam
makalah ini adalah agama yaitu Islam, dan formalnya atau pisau yang akan
mengupas bahasan ini adalah pemikiran Karen Armstrong tentang Islam dengan
keterkaitannya dengan terorisme.
Sistematika bahasan terdiri atas
biografi Karen Armstrong, dan Islam menurut Karen Armstrong, lalu kesimpulan.
PEMBAHASAN
Biografi Karen Armstrong
Karen Armstrong is
one of the world’s foremost scholars on religious affairs. She is the author of
several bestselling books, including The Battle for God, Jerusalem, The History
of God, and through the Narrow Gate, a memoir of her seven years as a nun. She
lives in London.[3]
[Karen Armstrong merupakan salah satu sarjana terkemuka di dunia dalam hal
yang menyangkut dengan keagamaan. Dia adalah penulis
beberapa buku laris, termasuk Berjuang untuk Tuhan (The Battle for God), Yerusalem,
Sejarah Tuhan, dan melalui SecuilPintu, sebuah memoar dari tujuh tahun sebagai seorang
biarawati. Dia tinggal di London].
Karen Armstrong lahir pada 14 November
1944 di Wildmoor, Worcestershire, Inggris. Adalah seorang pengarang, feminis,
dan penulis tentang agama-agama Yudaisme, Kristen, Islam, dan Buddhisme. Ia
dilahirkan dalam sebuah keluarga Irlandia yang setelah kelahiran Karen pindah
ke Bromsgrove dan kemudian ke Birmingham. [4]
Pada tahun 1962 ia disuruh masuk biara.
Namun dalam biara ia merasa seperti dalam penjara. Badan dan jiwanya merasa
terkungkung, kaku, harus mengikuti aturan yang monoton, dan banyak pengalaman
yang menekan hidupnya. Setiap hari pekerjaannya selalu begitu saja. Selama
tujuh tahun ia mengikuti tradisi yang berlaku di biara. Tujuh tahun itu pula ia
merasa di “penjara”, memberikan trauma yang sangat dalam sekali, yang sulit
dihilangkan hingga beberapa tahun setelah ia keluar dari biara tersebut. [5
Setelah memutuskan keluar ia kemudian
masuk ke perguruan tinggi di Universitas Oxford, jurusan sastra Inggris. Ia
tengah memulai kehidupan baru yang sekuler. Namun, ia merasa tak bisa bebas
juga hidupnya. Ia merasa terasing di dunia luar. Banyak hal yang tidak ia
ketahui. Ia menjadi manusia kuper (kurang pergaulan), dan menjadi bahan ejekan
teman-temannya. Dan ia masih saja dibayang-bayangi kehidupan biaranya, yang
begitu melekat akan pengalaman pedihnya. Perlakuaan-perlakuan di biara dulu
masih terbayang jelas di matanya. Dengan kata lain, ia tengah mengalami trauma
yang berkepanjangan dan sangat akut sampai-sampai ia menderita epilepsi serta
gangguan lainnya.[6]
Pengalaman tragisnya dialami juga
setelah keluar dari biara, gara-gara penyakit yang dideritanya. Suatu ketika ia
telah menjadi guru tetap di SMA khusus perempuan. Namun karena penyakit yang
dideritanya ia diberhentikan oleh pihak sekolah. Inilah penderitaan klimaks
yang dialaminya. Gara-gara diberhentikan dan sering kambuh traumanya, ia sering
berhalusinasi, kadang-kadang ketakutan dan kadang-kadang ia panik. Ia merasa
tak berguna hidupnya. Karena penyakit yang sangat akut itu ia pernah mencoba
bunuh diri, berharap penderitaannya berakhir.[7]
Namun, sedikit demi sedikit ia mulai
sembuh setelah sering berkonsultasi ke psikiater, dan akhirnya sang dokter bisa
mendeteksi penyakitnya tersebut. Setelah sembuh walau belum seratus persen, ia
mencoba kembali menggeluti dunia spiritualnya yang telah hilang. Ia lalu
menulis buku keagamaan sebagai representasi pencarian dan pengalamannya. A
History of God, begitu ia namakan bukunya. Dan dengan secepat kilat
kehidupannya berubah. Ia telah menemukan kembali ruh hidupnya lantaran
menuliskan segala pencarian serta pengalaman spiritualnya. Tulisan-tulisan yang
bertemakan keagamaan terus ia tekuni, dan menjadi pembicaraan banyak kalangan.
Karya-karyanya seperti Sejarah Tuhan, Berperang Demi Tuhan, Perang Suci, Islam,
dan Buddha, dan yang lainnya mendapat apresiasi di sebagian negara di dunia
ini. Buku-bukunya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa yang kurang lebih
berjumlah 40 bahasa di seluruh dunia. [8]
Penulis yang tinggal di London ini juga
membuat acara-acara yang bertemakan keagamaan, di antaranya bersama Bill Moyers
[9] dalam seri Genesis. Ia sering mendapat undangan-undangan untuk menjadi
pembicara tentang keagamaan lantaran tulisannya. Dan bahkan banyak orang Barat
menanyakan pada dia tentang Islam, dan sekali lagi, lantaran bukunya, yang
banyak membahas tentang Islam.
Islam
menurut Karen Armstrong
Penulis terkenal Inggris Karen
Armstrong menyatakan, Islam tidak selayaknya diasosiasikan dengan serangan
teroris yang dilakukan oleh orang-orang yang menyebut diri mereka muslim.
Karena tindakan orang-orang itu justru sudah melanggar prinsip-prinsip esensial
Islam. [10]
Dalam artikelnya yang dimuat harian
Inggris terkemuka The Guardian, Armstrong menulis “Kita membutuhkan satu kata
yang lebih pas dari sekedar kata ‘teroris Islam’. Al-Qur’an melarang peperangan
yang bersifat menyerang, perang dibolehkan hanya untuk kepentingan
mempertahankan diri dan nilai-nilai Islam yang benar mengajarkan perdamaian,
rekonsiliasi, dan pemberian maaf. [11]
Armstrong juga mengatakan bahwa orang
yang melakukan tindakan yang mengerikan, tidak memiliki agama, apakah mereka
menyebutnya sebagai Muslim, Kristen, atau Yahudi yang melakukan kejahatan atas
nama agama mereka. [12]
Maka, meskipun Muslim, seperti juga
Kristiani atau Yahudi, seringkali gagal untuk mengedepankan idealismenya, hal
itu bukan karena agamanya. “Kata Armstrong yang dengan menyatakan bahwa Islam
adalah agama yang mengajarkan perdamaian, cinta, dan toleransi serta tidak
pernah melakukan paksaan yang berkaitan dengan agama. [13]
Hukum Islam tidak membenarkan perang
terhadap Negara yang memberikan kebebasan bagi warga muslimnya untuk beribadah,
Islam melarang pembakaran, perusakan bangunan-bangunan dan pembunuhan terhadap
warga sipil tak berdosa dalam sebuah kampanye militer. Hal ini sangat kontras
jika dilihat dari kenyataan yang ada. Apa yang dilarang oleh Islam justru
dilakukan oleh orang-orang yang mengatasnamakan dirinya sebagai Muslim.
Armstrong pun mengungkapkan keheranannya, mengapa pemboman berdarah yang
dilakukan oleh tentara Republik Irlandia (IRA) tidak membuat orang serta merta
menyamakan Kristen dengan terorisme seperti mereka mengaitkan kasus serupa
dengan Islam. Kita jarang, bahkan tidak pernah menyebut pemboman yang dilakukan
kelompok ‘Katolik’ IRA sebagai terorisme, karena kita cukup tahu dan menyadari
bahwa persoalan ini secara esensi bukan sebuah kampanye keagamaan. [14]
Armstrong, penulis buku ‘Islam, a Short
History juga mengkritik stereotype kata ‘Jihad’ yang berasal dari bahasa Arab,
semata-mata diartikan dengan perang suci. “Para ekstrimis dan politikus yang
tidak bermoral sudah mencuri kata itu untuk tujuan-tujuan mereka sendiri, makna
sebenarnya dari jihad bukan hanya ‘perang suci’ tapi ‘perjuangan’ atau
‘ikhtiar’. Umat Islam diperintahkan untuk berjuang sekuat tenaga di berbagai
aspek-sosial, ekonomi, intelektualitas, etika, dan spiritual untuk melaksanakan
perintah Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. [15]
Armstrong mengatakan, jihad merupakan
nilai-nilai spiritual yang baik yang bagi kebanyakan umat Islam tidak ada
kaitannya dengan kekerasan. Ia menilai sejumlah orang sudah melakukan kesalahan
dengan lebih suka menyebut teroris dengan istilah ‘para pelaku jihad’. Ia
menekankan kembali bahwa teroris sama sekali tidak mewakili Islam yang
sebenarnya.[16]
KESIMPULAN
Agama yang berisikan dogma (axiomatic) yang harus
ditaati dari apa yang diperintahkan di dalamnya, dan menjauhi dari apa yang
dilarang adalah kebaikan untuk semua umat manusia dari agama apapun. Baik,
Yahudi, Nasrani, Kristen, Islam, dan sebagainya. Adapun tindakan-tindakan keji
yang bersifat mengganggu, menyakiti, dan merugikan umat lain itu bukanlah
ajaran yang patut untuk dilakukan dari sebuah agama. Maka, jelaslah tindakan
berupa terorisme yang kerap kali melanda dunia adalah tindakan non
agamis. Tidak ada agama yang menyeru umatnya untuk saling mencelakakan
antara satu dengan yang lainnya. Sehingga sangat salah diri seseorang tersebut
yang melakukan tindakan tercela itu dengan mengatasnamakan agama. □
Daftar
Pustaka
Maulani, Z.A. Islam dan Terorisme, Dari
Minyak Hingga Hegemoni Amerika, Yogyakarta: UCY Press Yogyakarta, 2005
Armstrong, Karen, Islam: A Short
History, New York: A Modern Library Chronicles Book New York, 2002
Dawami, M. Iqbal, Menulis dengan
‘Kelopak Mata’, Jakarta: Evolitera Jakarta, 2010
Catatan
Kaki:
[1] Maulani, Z.A. Islam dan Terorisme,
Dari Minyak Hingga Hegemoni Amerika, UCY Press, , Yogyakarta, 2005, 7
[2] Staff pengajar Sejarah
Peradaban Islam dan Barat, di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
[3] Armstrong, Karen, Islam: A Short
History, A Modern Library Chronicles Book (New York, 2002), 271
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Karen_Armstrong,
dikutip pada 11.13, 9 Desember 2011
[5] Dawami, M. Iqbal, Menulis
dengan ‘Kelopak Mata’, Evolitera ( Jakarta, 2010) , 5
[6] Ibid,
6.
[7] Ibid, 7
[8] Ibid, 7
[9] Bill Moyers (born June 5,
1934) is an American journalist and public comentator. He served as White
House Press Secretary in The United States President Lyndon B. Johnson
Administration from 1965 to 1967. He worked as a news commentator on
television for ten years. Moyers has had an extensive involvement with public
television, producing documentaries and news journal programs. He has won
numerous awards and honorary degrees. He has become well known as a trenchant
critic of the U.S. media. Since 1990, Moyers has been President of the Schuman
Center for Media and Democracy. He lives in New York City, United States.
[10] http://bangyanyanberkarya.multiply.com/reviews/item/52, dikutip pada 15.02, 09 Desember 2011.
[11] ibid
[12] ibid
[13] ibid
[14] ibid
[15] ibid
[16] ibid
Sumber:
https://itsmemahrida.wordpress.com/2013/04/23/islam-dalam-pemikiran-karen-armstrong/□□□