Oleh: A. Faisal Marzuki
ebiasaan makhluk hidup adalah
perlu makan dan minum. Dengan itu jasad dari manusia bashar ini menjadi tumbuh
dan hidup. Demikian sunatullahnya manusia ini. Jadi makan dan minum sudah
menjadi kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Sejak dari adanya manusia pertama (nenek moyang
kita) Adam alaihis sallam melakukan seperti itu. Malah dengan itu banyak
manusia kemudiannya makan dan minumnya berlebih-lebihan. Makan yang berlebih-lebihan
ini sebenarnya tidak baik bagi kesehatan manusia. Manusia modern atau paska modern
ini menyadari betul.
Allah Arsitek Alam Semesta dan
Manusia telah menurunkan perintah kepada manusia untuk melakukan
kewajiban berpuasa pada bulan Ramadhan. Berpuasa dari makan dan minum dan lainnya,
sebagaimana yang disebutkan firman-Nya dalam surat Al-Baqarah ayat 183,
“Wahai orang beriman! Diwajibkan
atasmu berpuasa, sebagaimana diwajibkan pada umat-umat sebelummu, agar kamu
menjadi orang yang bertakwa.”
Macam apa perintah
dari puasa itu? Secara lahiriah yang umum adalah tidak boleh ‘makan dan minum’
dalam waktu tertentu. Mari kita pelajari ‘dibalik perintah itu’ ada apa, maknanya adalah menggali hikmah-hikmah yang terkandung
di dalam melakukan ibadah puasa Ramadhan. Tentunya hikmah dari puasa itu
ada manfaat ‘yang tersembunyi’ didalamnya yang perlu kita gali.
Hikmah berpuasa yang kita
akan kita dapatkan itu tentunya berkaitan erat dengan amalan puasa yang kita jalani. Tentunya
amalan pada puasa ramadhan bukanlah hanya menahan makan dan minum saja,
melainkan juga menjalankan amalan-amalan ibadah Ramadhan lainnya, seperti bersedekah; i’tikaf; silaturahmi; menghindari diri dari yang haram dan tentunya
banyak lagi yang pada dasarnya adalah larangan dan perintah sehubungan dengan
puasa itu. Hikmah-hikmah puasa itu adalah sebagai berikut:
|
- Melatih Disiplin Waktu – Dengan berpuasa kita dengan sendirinya mendapatkan kebiasaan disiplin waktu yang baik. Karena daftar jam kegiatannya cukup ketat. Semua waktu yang ada itu adalah untuk melaksanakan kebutuhan hidup jasmani dan rohani bagi diri, lingkungan keluarga, kerja dan masyarakat. Satu dari rangkain waktu itu diusahakan dapat mengisinya dalam waktu yang tersedia. Dengan puasa kapan saat berbuka, waktu shalat magrib, isya dan taraweh; kapan saat bersahur dan shalat subuh; kapan saat kerja; kapan saat waktu untuk keluarga dan masyarakat menjadikan kita terbiasa dalam disiplin waktu. Pepatah Arab menyebutkan 'waktu itu adalah pedang'. Maksudnya adalah kalau kesempatan hilang, maka sulit untuk mendapatkannya lagi. Jadi pekerjaan sia-sia kalau waktu itu kita tidak gunakan dengan baik. Jadi 'time' management ini 'dilatihkan' kepada kita dalam bulan Ramadhan itu.
- Keseimbangan dalam Hidup – Pada hakikatnya kita adalah hamba Allah yang diperintahkan untuk beribadah dan bermuamalah. Sering kali dalam bermuamalahnya dapat meneledorkan diri. Bahkan bisa terjerumus kedalam kubangan duniawi seperti dalam bekerja, bergaul dan lain-lain berdasarkan ‘hawa nafsu’ saja yang sering melupakan dan terlupakan adanya kewajiban ibadah kepada-Nya. Pada bulan puasa ini kita dilatih dan akan terlatih untuk kembali mengingat dan melaksanakan seluruh kewajiban tersebut dengan imbalannya pahala yang dilipatgandakan.
- Mempererat Silaturahim – Dalam Islam ada persaudaraan sesama muslim, akan tampak jelas jika berada di bulan Ramadhan. Orang memberikan tajil perbukaan puasa. Sholat bersama di masjid, menghadiri majelis ilmu-ilmu Islam dari setiap ceramah dan tanya jawab keagamaan yang dilaksanakan di Masjid.Semuanya itu adalah suatu kesempatan untuk mempererat tali silaturahim.
- Lebih Perduli Pada Sesama – Orang memberikan tajil perbukaan puasa dan ‘pot luck' makanan berbuka puasa; sholat bersama di masjid; mendengar ceramah dan tanya jawab keagamaan yang dilaksanakan di Masjid; bahkan bersadaqah, infak dan zakat banyak dilakukan pada bulan Ramadhan (yang maknanya adalah berbagi kepada yang belum beruntung dalam ekonomi dan sebagian lagi untuk lembaga kemashlahatan untuk umum), semuanya itu menandakan adanya kepedulian sesama dalam bulan Ramadhan. Lepas Ramadhan tentunya semangat ini tetap dilakukan.
- Tahu Bahwa Ibadah Memiliki Tujuan – Tujuan puasa meningkatkan ibadah melalui kegiatan-kegiatan sholat berjamaah dalam sholat wajib; sholat-shalat sunah; tilawah Qur’an; mempelajari pengetauan keislaman; dan tidak melakukan pekerjaan yang membatalkan puasa; serta latihan mengendalikan diri dan menghindari dosa-dosa; selalu berusaha melakukakan perbuatan-perbuatan yang berorientasi kepada kebajikan. Kalau amalan-amalan Ramadhan seperti itu dikerjakan, maka tujuan puasa berhasil. Sebaliknya, jika amalan-amalan kebajikan yang semestinya dilakukan tapi tidak dilakukan, maka tujuan puasanya gagal. Jadi dengan adanya kesadaran yang berorientasi kepada tujuan dalam melakukan segala macam amal ibadah tersebut, lepas Ramadhan menjadikan kita orang yang berhasil.
- Tiap Kegiatan Mulia Merupakan Ibadah – Setiap langkah kaki menuju masjid, ibadah. Menolong orang, ibadah. Berbuat adil pada manusia, ibadah. Tersenyum pada orang dalam jamaah atau lingkungan sekerja dan masyarakat, ibadah. Membuang ‘duri’ (dalam kebersihan dan yang membahayakan orang lain) di jalan, ibadah. Sampai tidurnya orang puasa, ibadah. Sebenarnya segala sesuatu dapat dijadikan ibadah, karena hidup di Dunia ini hakekatnya adalah ladang ibadah. Dengan itu kita terbiasa hidup dalam ibadah. Artinya semua dapat bernilai ibadah. Inilah yang disebut ber-Islam-Kaffah.
- Berhati-hati Dalam Berbuat – Puasa Ramadhan akan sempurna dan tidak sia-sia apabila selain menahan lapar dan haus juga kita menghindari keharaman mata, telinga, perkataan dan perbuatan lainya yang tidak baik. Ibadah ini mengandung latihan yang bermanfaat bagi kebiasaan-kebiasaan positif dan membangun serta memajukan. Kelak diluar bulan Ramadhan kita akan terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan kebajikan dan terhindar dari perbuatan-perbuatan dosa seperti dari apa yang dilarang agama seperti bergunjing, berkata kotor, fitnah, iri, dengki, khianat. Dan perbuatan dosa dalam akhlak-integritas yang tidak baik seperti berbohong, tidak adil dan tidak jujur, korupsi serta tidak bertanggung-jawab serta menyalahi janji.
- Berlatih Lebih Tabah – Dalam Puasa di bulan Ramadhan kita dibiasakan menahan perbuatan yang tidak baik. Misalnya marah-marah, berburuk sangka, berbohong, curang. Untuk itu dianjurkan bersabar, yaitu mengendalikan diri dari perbuatan tercela. Begitu pula sebaliknya, yaitu yang dilakukan orang lain kepada kita. Kita tidak membalasnya, melainkan sabar seperti menahan diri dari tidak membalas. Jadi dalam berpuasa kontrol diri menjadi lebih kuat. Ingat bahwa faktor pemicunya perbuatan yang tidak baik itu bisa datangnya karena dari diri sendiri, atau dari yang disebabkan orang lain. Perbuatan disebabkan oleh kita atau reaksi dari yang disebabkan orang lain kita mesti tetap mampu mengendalikan diri. Artinya selalu terkontrol positif, karena kita berpuasa. Lepas puasa kita telah terlatih untuk mengendalikan diri.
- Melatih Hidup Sederhana – Ketika waktu berbuka puasa tiba, saat minum dan makan sedikit saja kita telah merasakan nikmatnya makanan yang sedikit tersebut. Dari pengalaman ini menjadi pelajaran buat kita bahwa pikiran kita untuk makan banyak dan bermacam-macam keinginan lainnya sebetulnya hanya dorongan hawa nafsu yang berlebihan saja. Bahkan dari segi ilmu kesehatan makan yang berlebih tidak baik, karena dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.
- Melatih Untuk Bersyukur – Dengan memakan hanya dalam saat berbuka puasa saja, kita menjadi lebih terasa nikmat. Dengan itu artinya kita telah dapat mensyukuri nikmat yang kita dapati saat itu. Memang makan berbuka puasa dibanding dengan makan malam tidak berpuasa di hari-hari luar bulan Ramadhan beda, lebih nikmat dalam bulan puasa. Sehingga lepas puasa Ramadhan tentunya kita dapat menjadi pribadi yang lebih mensyukuri nikmat Allah subhana wa ta’ala betapapun baru dari hal yang sederhana seperti yang disebutkan sebelumnya, apalagi lebih dari itu. Kalau lebih jangan lupa melaksanakan ZIS (Zakat, Infak dan Sadakah) dari mereka yang hartanya lebih dari cukup sesuai dengan aturan syariat.
Demikianlah
uraian hikmah dari melakukan ibadah puasa Ramadhan bagi kita. Mudah-mudahan
muslim hari ini lebih baik dari hari kemarinnya. Dan hari esok lebih baik lagi
dari hari ini. Itulah salah satu manfaat
dari puasa bulan Ramadhan itu sebagai “medan training” - ibadah dalam
mempersiapkan diri agar siap berpartisipasi aktif-positif dalam jamaah selepas
puasa Ramadhan. Insya Allah kedepan umat muslim sedunia sebagai khalifah pemakmur bumi akan senantiasa berpartisipasi dalam usaha menciptakan masa depan mellinium ke-3 yang lebih
baik dari mellinium sebelumnya. Amīn
Yā Rabbul ‘Ālamīn. □ AFM