Thursday, June 26, 2014

Hikmah & Manfaat Puasa Ramadhan





HIKMAH DAN MANFAAT
PUASA RAMADHAN
Oleh: A. Faisal Marzuki.



Yā ayyuhal ladzīna āmanu kutiba ‘alaykumush shiyāmu kamā kutiba ‘alal ladzīna min qablikum la’allakum tattaqūn. - Artinya: “Wahai orang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa, sebagaimana diwajibkan pada umat umat sebelummu, agar kamu menjadi orang yang bertaqwa.” [QS Al-Baqarah 2:183]


B
ulan Ramadhan sudah diambang pintu. Bulan Ramadhan dikenal juga dengan ‘Saum’, karena selama bulan itu ummat Islam melakukan salah satu dari Rukun Islam yang lima. Rukun mana disebut dalam bahasa Inggris: ‘The Five Pillars of Islam’ atau dalam bahasa Arabnya disebut sebagai  Ārkān al-Islām (Rukun atau Tiang Islam) atau Ārkān al-Dīn (Rukun atau Tiang Agama) yang keempat. Puasa (Saum) yaitu “Fasting and self-control during the blessed month of Ramadhan”- Puasa sebagai (latihan) kontrol (pengendalian) diri selama bulan Puasa yang penuh berkah. Dengan melakukan Puasa umat muslim berarti telah menegakkan salah satu tiang (pilar) keber-Islam-annya seperti yang dimaksud dalam Arkān al-Islām atau Arkān al-Dīn. (Hadits Jibril).

Puasa (Saum) yang artinya menahan diri dari tidak makan dan tidak minum atau hal-hal lain yang dapat membatalkan dan merusak puasa dari waktu sebelum fajar (imsak) sampai waktu maghrib tiba, dengan niat karena Allah Subhāna Wa Ta’ālā. Dilakukan pada bulan Ramadhan. Hukumnya adalah wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam (Muslim dan Muslimah) sebagaimana firman-Nya:

Yā ayyuhal ladzīna āmanu kutiba ‘alaykumush shiyāmu kamā kutiba ‘alal ladzīna min qablikum la’allakum tattaqūn.

Artinya:

“Wahai orang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa, sebagaimana diwajibkan pada umat umat sebelummu, agar kamu menjadi orang yang bertaqwa.” (QS Al-Baqarah 2: 183)


APA ARTI “TAQWA” atau “BERTAQWA”

Apa arti agar kamu menjadi orang yang “bertaqwa” pada umumnya, khususnya dengan melakukan ibadah puasa di bulan Ramadhan ini?

Taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara. “Memelihara diri dalam menjalani hidup sesuai petunjuk (tuntunan) Allah.” Adapun dari asal bahasa yang dipahami oleh Arab Quraish taqwa lebih dekat dengan kata waqa. Sedang kata waqa bermakna: Melindungi sesuatu. Maksud kata ‘melindungi sesuatu’ itu adalah: Memelihara dan melindunginya dari berbagai hal yang membahayakan dan merugikan. Dengan itu kata waqa ini adalah taqwa yang bisa di artikan berusaha memelihara diri dengan mengikuti ketentuan (peraturan) Allah, dan melindungi diri dari dosa larangan-Nya. Sebagaimana halnya mengikuti petunjuk atau ‘manual operating’ dari booklet yang dilampirkan di kotak karton dari mesin atau alat yang dibeli. Dengan itu kita bisa secara baik dan benar menggunakan mesin atau alat itu.

Dalam kehidupan manusia artinya adalah: Berhati hati dalam menjalani hidup, agar sesuai petunjuk dan aturan dari-Nya sebagaimana layaknya mengemudi kendaraan. Yaitu mengikuti aturan lalu lintas di jalan raya, baca: (klik)  Rambu Rambu Ramadhan. Kalau tidak maka bukan hanya akan terjadi kekacau balauan lalu lintas tetapi lebih dari itu ‘merusak’ segala apa saja yang dilanggar oleh kendaraan yang dikemudikannya itu.

Demikianlah makna kata taqwa. Taqwa tidak cukup diartikan dengan ‘takut’ saja, sebagaimana sering orang menyebutkannya dalam kesempatan dalam khutbah Jum’at. Adapun arti praksis dari kata taqwa adalah: (1). Melaksanakan segala perintah-Nya;  (2). Menjauhkan diri dari segala yang dilarang-Nya; (3). Ridho (menerima dan ikhlas) dengan hukum-hukum dan ketentuan Allah. Dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, berarti kita (dan orang lainpun) akan selamat dan bahagia karena sampai ketujuan yang dimaksud.

Demikianlah halnya bagi Muslimin yang melaksanakan kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan akan mendapatkan ‘manfaat’ dari bertaqwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla seperti yang dimaksudkan dengan kata ‘taqwa’ yang diuraikan seperti diatas.


APA HIKMAH DIBALIK PUASA RAMADHAN ITU?

Ajaran Islam tidak pernah mensyariatkan sesuatu kecuali pasti ada hikmah (dan manfaatnya) di belakangnya, baik itu berbentuk perintah (do it, untuk dilakukan) ataupun larangan (don’t do it, untuk tidak dilakukan). Begitu juga halnya dengan puasa Ramadhan yang akan kita laksanakan. Berdasarkan firman Allah Subhana wa Ta’ala dan hadits Nabi Shalallāhu ‘Alaihi Wasallām mengandung banyak sekali hikmahnya, di antaranya:

Pertama, Puasa Ramadhan sarana untuk menyiapkan manusia menjadi orang yang bertakwa dalam arti yang sesungguhnya, sebagaimana dimaksudkan Firman-Nya dalam Surah Al-Baqarah yang artinya:

Wahai orang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa, sebagaimana diwajibkan pada umat umat sebelummu, agar kamu menjadi orang yang bertaqwa.” (QS Al-Baqarah 2:183)


Menjadi orang yang bertaqwa disini yaitu,  mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya berarti kita (dan orang lainpun) akan selamat dan bahagia karena sampai ketujuan yang dimaksud.

Kedua, Mensucikan jiwa dengan menaati perintah Allah Subhāna Wa Ta’ālā dan meninggalkan larangan-Nya, serta melatih jiwa untuk kesempurnaan dengan mengendalikan diri dari kejahatan dan kebiasaan-kebiasaan yang tidak terpuji semata-mata karena mengharapkan keridhaan Allah Subhāna Wa Ta’ālā.

Rasulullah Shalallāhu ‘Alaihi Wasallām bersabda yang artinya: “Demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada wanginya misk (kasturi), ia meninggalkan makan, minum dan nafsu hanya karena Aku. Setiap amalan anak cucu Adam adalah untuknya sendiri, kecuali puasa, sesungguhnya ia adalah untuk-Ku dan Aku akan memberikan ganjaran (pahala)nya.” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

Ketiga: Memperoleh kebahagian berganda sesuai sabda Nabi Shalallāhu ‘Alaihi Wasallām yang artinya: “Orang yang berpuasa mempunyai dua kebahagiaan yang menyenangkan, yaitu ketika berbuka puasa, ia bahagia dengan buka puasanya, dan ketika berjumpa dengan Tuhan, ia bahagia karena (pahala) puasanya.” (HR Bukahri dan Muslim dari Abu Hurairah)

Keempat, Menguatkan kesabaran. Puasa adalah satu cara yang paling efektif untuk itu, sehingga Rasulullah Shalallāhu ‘Alaihi Wasallām sendiri menamakan bulan Ramadhan dengan bulan kesabaran seperti tersebut dalam sabdanya yang artinya: “Berpuasa pada bulan kesabaran dan tiga hari dari setiap bulan menghilangkan kegundahan di dalam dada.” (HR Al Bazzar dari Ali dan Ibnu Abbas)

Kelima, Menjadi perisai dari api neraka, sesuai sabda Rasulullah Shalallāhu ‘Alaihi Wasallām yang artinya: “Puasa adalah perisai dari api neraka seperti perisai dalam peperangan” (HR Ahmad dll dari Usman bin Abul’Ash).

Keenam, Cara terbaik untuk mengendalikan gejolak hawa nafsu seksualitas, sesuai sabda Rasulullah Shalallāhu ‘Alaihi Wasallām yang artinya: “Wahai para pemuda, siapa di antara kamu yang telah memiliki ba’ah (nafkah nikah) maka hendaklah segera menikah, karena nikah dapat menjaga mata dan memelihara nama baik. Dan siapa-siapa yang belum mampu maka hendaklah ia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah perisai baginya.” (HR Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud)

Ketujuh, Untuk mendapat ampunan dosa, sabda Nabi Shalallāhu ‘Alaihi Wasallām : yang artinya “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan perhitungan maka akan diampunkan dosa-dosanya yang terdahulu... dan barang siapa yang menegakkan Ramadhan dengan penuh keimanan dan perhitungan maka akan diampunkan dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

Kedelapan, Menumbuhkan rasa cinta sesama (kemanusiaan) dan sosial yang tinggi, sehingga Nabi Shalallāhu ‘Alaihi Wasallām menyebutnya sebagai bulan tolong menolong. Seperti dalam riwayat Ibnu Khuzaimah yang artinya: “Nabi menyebutkan bulan Ramadhan sebagai bulan tolong menolong”. (Hadits Shahih dari Salman Al-Farisi).

Dalam hadis lain Nabi Shalallāhu ‘Alaihi Wasallām bersabda yang artinya: “Siapa-siapa yang memberikan makanan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti pahala orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun.” (HR Ahmad, Turmizi dll)


Kesembilan, Bulan puasa adalah bulan di turunkannya Al-Qur’an, sebagaimana sebuah buku ‘manual operating’ kehidupan manusia sesama makhluk secara horizontal, dan dengan Khaliq yang menciptanya secara vertical. Pada bulan ini Al-Qur’an sering dibaca. Bahkan dikhatamkan 30 juz selama bulan Ramadhan. Baru membacanya saja telah mendapat pahala yang berlipat ganda (apalagi menghafalnya, mentadaburinya, dan mengamalkan ajarannya) sebagaimana Rasulullah Shalallāhu ‘Alaihi Wasallām bersabda yang artinya: “Barang siapa yang membaca satu huruf dari KitabulLah (Al-Qur’an) maka baginya satu kebaikan, dan kebaikan itu akan dilipatkan sepuluh kali pahala. Tidak aku katakana bahwa ‘Alif Lam Mim’ itu satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, Mim satu huruf.” [HR At-Tirmidzi]

Kesepuluh, Bulan puasa adalah bulan shalat. Dimana pada bulan itu dikerjakan pula shalat Tarawih dan Witir, bahkan dikerjakan pula shalat Qiyamul Lail. Makna praksis dari shalat itu adalah mencegah berbuat kejahatan dan selalu mengingat Allah (dekat dengan-Nya) sebagaimana firman Allah Subhana wa Ta’ala menyebutkan yang artinya: “…Laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (dalam keutamaanya).” (QS Al-‘Ankabūt 29:45)

Dengan mengetahui gambaran manfaat dan hikmah puasa Ramadhan ini, tentu hendaknya kita akan lebih khusyuk dan tawadhu’ dalam melaksanakan ibadah puasa dalam bulan Ramadhan ini. Seandainya tidak diwajibkan, kita pun akan mengajukan permohonan do’a agar Allah ‘Azza wa Jalla mewajibkannya ke atas kita, karena pasti dan sungguh tergiur atas kemanfaatannya. Lagi pula hati kita telah benar-benar terpaut kepada-Nya, Dia Yang Mahabesar lagi Mahamulia. Janji Allah Mahabenar.


PENUTUP

Semoga bermanfaatlah hendaknya uraian tulisan ini bagi kita umat Muslimin terutama dalam menghadapi abad ke-21 yang serba kompleks ini. Yang menjadi ‘krusial’ dalam melaksanakan ajaran Islam (sekarang ini) dalam kehidupan manusia yaitu ada saat-saatnya kebenaran dan kebathilan berbedanya seperti sebatas tipis rambut dibelah tujuh. Umat bingung, mana yang benar yang akan dipilih itu. Untuk itu perlu kejelian ‘ilmu’ iman dan keteguhan ‘iman’ hati dan cara pandang yang ‘kaffah’ (tidak setengah-setengah, diambil yang enak menurut hawanafsu manusia saja, dan pandangan Islam sebagai ajaran 'way of life' - dunia <-> akhirat.

Tapi yang sangat disayangkan ada sebagian yang tergolong ‘cukup tahu masalah agama Islam’ yang semestinya membimbing ummat, malah berada di ‘jalur tangan kiri’. Padahal kita tahu ‘jalur tangan kanan’ itu adalah lebih baik. Oleh karena bulan Ramadhan adalah Bulan ‘barokah’ (the blessing month), maka yang berpandangan dan memilih yang ‘keliru’ itu di tunjuki-Nya jalan yang lurus jualah hendaknya. Sebelum ‘ketuk palu Allah’ terjadi sebagaimana firman-Nya yanga artinya:

Kami turunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk: menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (QS An-Nahl 16:89)

Inilah (Al-Qur’an) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS Āli ‘Imrān 3:138)

Allah menganugrahkan al-hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al-Qur’an dan As-Sunah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi al-hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)” [QS Al-Baqarah 2:269]

Dia yang mengadakan pendengaran, penglihatan dan hati untuk kamu”. [QS Al-Mu’minūn 23:78]

Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki HATI, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka memiliki MATA  (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai TELINGA (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.” [QS Al-A’rāf 7:179]

Mari kita tutup uraian ini dengan berdo'a:

Rabbanā lā tuzigh qulūbanna ba'da idz-hadaitanna wahab lanā mil ladunka rahmatan, innaka antal wahhāb.

Artinya:

Ya Tuhan kami! Jangan Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami. Karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia).

Teriring dari penulis permohonan maaf lahir dan bathin kepada sidang pembaca blog ini kalau-kalau ada terselip dari kata hati penulis yang maksudnya baik tapi terasa tidak pada tempatnya (menyinggung). Kalau itu ada adalah kesalahan penulis sendiri. Kalau itu benar datangnya dari Dia Yang Mahakasih lagi Mahasayang serta Mahapengampun bagi hamba-Nya yang hina dina ini.

Selamat Berpuasa!

Semoga amalan-amalan yang kita kerjakan selama bulan Ramadhan ini diterima-Nya, Āmīn Allāhumma Āmīn. Billāhit Taufiq wal-Hidāyah. Gaithersburg, MD, USA 06/26/2014. □ AFM


Referensi:
Dari berbagai sumber.
Arti dalam menerjemahkan ayat-ayat Al-Qur’an berpedoman kepada buku ALFATIH, Al-Qur’an Tafsir Per Kata Di Sarikan Dari Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka ALFATIH. □□

Blog Archive