Friday, January 11, 2019

Siapa Kita? Telaah Qur’anik 1




Greek Civilisation end in failure, not because of the lack of intelligence. But because of the lack of morality, of character.” [Dr. George Sarton]

“Berakhirnya peradaban Yunani karena suatu kesalahan yang bukan karena tidak adanya akal dari orang-orang pandainya, akal-otak. Tetapi karena tidak adanya moral integritas, akal-rohani. [Dr. George Sarton]


Kata Pengantar

J
udul tulisan “Siapa Kita?” boleh dibilang tidak baru lagi. Namun soalnya bukan baru atau tidak. Mana kala manusia ada dalam ‘situasi perbatasan’ seperti mengalami peristiwa tragis atas kematian dari orang yang kita cintai. Atau menghadapi kegagalan dalam hidup. Atau menghadapi musibah yang tak terperikan akibat bencana alam, perang atau kecelakaan pesawat terbang atau kendaraan lainnya, maka disitulah mulai dihujani pertanyaan-pertanyaan yang mendasar.

Maka kehadiran tulisan ini dibuat lebih kurang mencoba menjawab pertanyaan tentang kehadiran manusia di muka bumi ini berdasarkan telaah Qur’anik yang tersimpul dalam kalimat “Siapakah Kita?

Tulisan ini dibuat oleh penulis bulan April tahun 1998 dalam bentuk booklet yang masih relevan untuk ditelaah sampai hari ini. Tentunya diperlukan editing dan tambahan deskripsi seperlunya. Mari kita baca dan simak, mudah-mudahan ada manfaatnya bagi kita, āmīn. Billahit Taufiq wal-Hidayah. □ AFM



SIAPA KITA?

Oleh: A. Faisal Marzuki


Fadhdhalnāhum ‘alā katsīri-m-mimman khalaqnā tafdhīlān

Kami lebihkan mereka (manusia) dari kebanyakan makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna (QS Al-Isrā’ 17:70)


Homo Homini Lupus

A
pakah persepsi kita tentang ‘kita’, manusia. Apakah senyum, sebagai tanda senang. Atau tertawa, tanda gembira. Atau menangis, karena sedih. Atau berwajah masam, karena kecewa. Atau berwajah ‘Dracula’ yang siap memangsa sesama, demi kepuasan dirinya. Atau kini kita telah tidak mengenal diri kita lagi, “siapa kita?”

Ketika pertanyaan-pertanyaan itu timbul, berarti kita ingin mencari maknanya. Atau pula mungkin kita sedang bingung menghadapi hingar-bingar kehidupan zaman kini. Tidak ada pegangan yang pasti yang mana sebenarnya yang baik. Mana sebenarnya yang benar. Menemui kebenaran itu adalah penting, karena dengan itu kita berpegang kepada tali yang kuat, [1] sehingga pada suatu ketika tali inilah [2][3] yang dapat menolong kita, dari lubang sangat dalam. Menganga lebar, siap menelan habis siapa saja yang terjerembab kelubang itu.

Informasi yang bebas hambatan. Simpang siur dilingkungan kita, telah memenuhi otak kita. Ini menjadikan kita bingung. Apakah itu bersumber dari tivi, radio, majalah, surat kabar, buku dan media-media lainnya. Berita-berita tentang kejadian di Bosnia santer diberitakan. Peristiwa ‘holocaust’, yaitu pembantaian satu golongan etnik. Peristiwa ini dikutuk oleh manusia yang beradab, telah terjadi kembali. Peledakan bom di Aklohoma City, mengakibatkan luluh lantaknya bangunan beton bertingkat. Menelan korban jiwa manusia dewasa dan kanak-kanak yang tak bersalah. Atau seorang ibu yang membunuh anaknya dengan cara menenggelamkan mobil yang ditumpanginya kedua anaknya ke dalam air. Atau seorang remaja yang membunuh ibunya.

Gara-gara Mr. Soros ‘bandit’ bisnis spekulan mata-uang. Ia di Amerika terkenal sebagai ‘philanthropy’. Ia membagi-bagi uang kepada orang-orang yang susah. Ia memborong uang dolar di Indonesia. Indonesia yang telah dibangun 32 tahun ‘jatuh tape’ begitu saja dalam 3 bulan, ulah ketamakan Soros. Atau kita masih lemah, mengaku kuat? Akibatnya sangat tragis, menyengsarakan rakyat Indonesia. Terutama golongan kebanyakan yang tak berpunya, kini tambah tak berdaya lagi. Dan sebagainya dan sebagainya kejadian-kejadian yang menimpa rakyat jelata, papa dan tak berdaya. Tak jarang akibat desakan perut yang sangat lapar dan keroncongan, tibalah jalan singkat, yaitu mencuri. Bahkan menjarah makanan dari orang yang sedang berbelanja di pasar. Sementara itu dunia tidak mengutuk Soros kecuali Mahathir, Perdana Menteri Malaysia. Bagaimana etika perdagangan valuta asing. Kelihatannya ‘sengaja’ belum ada yang mau mengaturnya, kecuali barang dagangan konvensional melalui GATT dan aturan-aturan lain yang ‘memproteksi’ ekonomi nasional suatu negara.

Paparan diatas adalah suatu kejadian-kejadian yang menakutkan, memilukan hati. Membuat kita merasa tidak aman. Manusia telah menjadi mangsa manusia lainnya (homo homini lupus). Dimana lagi letaknya masyarakat yang beradab kini? Jengak hati kita menyaksikannya, apalagi pada zaman teknologi sangat maju seperti sekarang ini. Padahal sepentasnyalah sudah tidak terjadi lagi dalam memasuki abad ke-21 yang katanya merupakan super highway information? Dimana letak duduk soalnya?


Tanyakan Kepada Pendapat Manusia

K
alau kita tanyakan kepada filsuf Nietzsche, [4] maka menurut pendapatnya ‘dunia ini tak bermakna’. Paham mana disebut sebagai paham ‘nihilisma’. Katanya: “Dunia merupakan tempat kematian, keterasingan, kesepian berkuasa”. Katanya: “Untuk itu kita harus menjadi manusia ‘superman’”. Lebih kurang begitu pula dengan filsuf Camus [5], hanya saja jalan keluarnya melakukan ‘pemberontakan’. [6]

Saya tidak mau mendakwa bahwa itu terjadi karena dunia kini didominasi paham sekularisma. Atau paham nihilisma. Atau paham materialisma, dimana ‘kedudukan’ - kekuasaan dan ‘duit’ sudah menjadi tuhannya, dalam paham mana, keagamaan (ad-dīn) sudah tidak diperdulikan. Bahkan tidak diperlukan lagi?

Dalam keadaan dilema yang demikian itu, perlu kita cari tahu dengan jalan menengok ke diri kita sendiri. Siapakah kita? Apa pula peranan kita di sini? Dan bagaimana perilaku-peran-tindakan-perbuatan kita seharusnya?


Divine-Supernatural

T
iada disadari sama sekali bahwa kita semua, umat manusia, adalah bagian dari pagelaran ‘drama’ jagat raya. Manusia itu datang belakangan, setelah yang lain sudah ada.  Tumbuhan dan khewan telah eksis. Selum itu ada lagi bintang, gugus bintang beserta matahari, bumi dan planet-planet lainnya. Bersamaan dengan itu ada pula ruang dan waktu, baca juga (klik--->) Memahami Penciptaan Alam Semesta; baca juga (klik--->) Dahsyatnya Penciptaan Alam Semesta.

Sebagian besar para pakar ilmu astronomi, fisika, geologi sepakat bahwa asal ‘semuanya’ itu ada dimulai pada saat kejadian ‘bang’ (baca beng, ‘e’nya diucapkan seperti menyebut ekor). Suatau teori letusan, gelegar yang maha-maha dahsyat menurut ukuran kita. Kemudian menjelma menjadi gumpalan materi dan ruang yang menggelembung besar dan membesar dan membesar bersamaan dengan perjalanan waktu. Dalam Al-Qur’an peristiwa gelegar ‘bang’ ini disebut:  Kun Fayakūn’, artinya: Jadilah! Lalu jadi. Kejadian ini direkam dalam surat ke-36, Yā Sīn, ayat 82 yang artinya sebagai berikut:

“Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ Maka jadilah sesuatu itu”.

Pada momen itu terciptalah dunia jagat raya, semua itu secara fission, spillting apart, pecah menjadi bagian-bagian dan berantai. Kemudian dilanjutkan secara evolusi yang panjang dan memakan waktu yang amat lama - menurut ukuran kita. Pada akhirnya, diciptakanlah ‘species’ kita - manusia - di planet bumi ini, baca juga (klik--->)  Penciptaan Alam Semesta Dalam Enam Masa.


Manusia

M
anusia, penciptaannya sangat unik, berbeda dengan makhluk-makhluk jasad hidup lainnya.  Manusia dijadikan Tuhan tidak secara insidental, melainkan terlebih dahulu direkayasa - bukan dalam konotasi politik, yang artinya jelek - dengan cermat. Manusia dipersiapkan untuk mengemban tugas di muka bumi. Oleh sebab itu manusia dilengkapi dengan sistim piranti keras (hardware) yang lebih dari makhluk-makhluk lainnya. [7]

Pada makhluk tumbuh-tumbuhan untuk dapat hidup Tuhan memberikan instink dan nafsu. Dimana dia tumbuh dan akarnya berada, disitulah dia berdiri atau merambat selama hayatnya, sampai mati. Namun demikian sangat berguna bagi manusia. Hembusan nafasnya dihirup manusia sebagai sumber oksigen yang baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sedang hembusan nafas manusia berupa karbon dioksida diambilnya sebagai sumber kehidupannya.

Teknologi kendaraan bermotor mempunyai aspek negatif, asap yang dikeluarkannya mengandung racun. Karbon dioksida dan lain-lainnya yang mengotori udara, tapi sebaliknya pepohonan menolong manusia dengan cara menghirupnya bagi keperluan hidupnya. Kota tempat saya tinggal banyak pepohonan. Pepohonan ini berfungsi sebagai paru-paru kota. Dengan demikian ekosistimnya berjalan dengan sehat, harmonis, saling menguntungkan.

Pada makhluk khewan diciptakan lebih maju lagi ketimbang tumbuh-tumbuhan. Dia tidak statis, tapi mampu bergerak dan berpindah-pindah dengan cara melata atau berjalan dengan kaki atau tangan dan kaki. Atau mengepak-ngepakkan sayapnya untuk dapat terbang di udara bebas. Atau mengibas-ngibaskan siripnya untuk berenang di air. Pada khewan untuk mempertahankan hidupnya, Tuhan member instink dan nafsu seperti layaknya pada makhluk tumbuhan. Namun karena dia moveavle, dia diberi mata untuk melihat parit dimukanya, sehingga tidak mudah terjerembab masuk ke dalamnya. Untuk merasakan sedap atau tidaknya makanan yang disukainya, dia diberi hidung. Untuk mendengarkan suara lingkungan atau bahaya yang mengancam, diberi telinga. Kesemua dinamakan panca indra. Satu lagi agar tidak salah melakukan penilaian diberi otak untuk menilai situasi.

Bagaimana halnya dengan manusia? Sepintas mirip dengan makhluk pendahulunya, namun kualitas dan kapasitasnya jauh berbeda. Misalnya dalam melihat bukan untuk melihat saja, tapi punya visi ke depan. Punya otak bukan saja untuk proses mengolah informasi tapi berkemampuan cognitive. Ia mampu berfikir kompleks, analitis, menilai dan berkreasi. Oleh karena itu manusia disebut sebagai makhluk yang berintelegensi tinggi. Sebagai contoh: Manusia tidak dapat terbang, tapi peralatan yang dibuatnya mampu menerbangkannya. Dalam kemampuan semacam itu manusia juga disebut “homo faber”. Kalau khewan mencari kebutuhan hidupnya cukup sehari, besoknya di cari lagi. Namun manusia mampu memilikinya lebih dari yang diperlukan. Bahkan ada yang sampai tujuh keturunan pun tidak akan habis. Kata orang arif-bijaksana: “Nafsu khewan sebatas kebutuhannya, nafsu manusia hampir tak terbatas”. Dengan konotasi negatif, sering disebut tamak atau serakah.

Disamping ia mampu berkomunikasi dengan kosa kata yang lebih banyak dan kompleks. Mampu menjelaskan sesuatu secara lebih baik, analitis, perbandingan, menggunakan data, menyanggah, mengakui kekeliruan dan memperbaiki. Bahkan manusia bisa dan mampu pula memanipulasi data sebagai membenarkan keinginan yang hendak dicapainya. Hukum tidak membenarkan perbuatan demikian, karena tatanan peradaban tidak akan bangun dengan baik kalau perbuatan amoral seperti itu dibiarkan.

Makhluk khewan, instink, nafsu, panca indra dan otak dipergunakan sebatas untuk mempertahankan hidup dan melanjutkan keturunan. Secara simplistis orang sering menyebut bahwa hidupnya untuk makan, tidur, membuang tinja atau urin dan bersenggama. Sering kita lihat kerjanya hanya mengunyah rumput dalam mulut yang membuatnya menjadi gemuk, lihat saja sapi. Oleh karena itu sapi pantas disembelih, kemudian dagingnya diambil sebagai sumber protein khewani bagi manusia.


Homo Deus atau Manusia Khalifah

L
ain halnya dengan manusia. Penciptaan manusia untuk mengemban suatu tugas tersendiri, yaitu sebagai khalifah di muka bumi. [8] Tuhan menjanjikan bahwa barang siapa diantara kamu yang percaya (beriman) kepada-Nya dan berkarya baik (achievement) yaitu mempunyai karsa, kreasi dan karya, maka akan mewarisi kekuasaan (mengurus, memimpin, memenej) di bumi. [9]

Khalifah artinya pemimpin yang memimpin baik bagi dirinya sendiri, keluarga, atau paguyubannya, atau pula patembayannya. Tergantung posisi dimana dia berada. Bahkan disebut juga sebagai “wakil Tuhan” di muka bumi dengan tugas memakmurkan bumi, [10] artinya mengelola bumi sehingga dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi keberlangsungan kesejahteraan, kenikmatan, kebahagiaan umat manusia. Bukan membuat kemudaratan dan kerusakan, melainkan menjaga kelestarian alam. Khususnya dalam hubungan sesama manusia saling mengenal, toleransi, dan tolong menolong. [11]


Perkembangan Kemampuan Manusia

S
ebagai pemimpin di muka bumi diperlukan improvisasi menjalankan tugasnya. Sesuai dengan gaya hidup lingkungan keberadaan manusia dan preferensinya, sejauh tidak keluar dari batasan yang dibenarkan oleh syar’i, sebagai hadits Rasul SAW yang diriwayatkan dari Anas “Antum A’lamu Biumūri  dun-yākum” - Kamu lebih mengetahui urusan duniamu.” (HR Muslim, n0. 2363). [12]

Dalam hal ini sejarah telah menunjukkan bahwa hanya bangsa-bangsa yang bebas merdeka lah, bukan budak atau dijajah yang dapat mengembangkan potensi kemajuan. Amerika contohnya, dengan penduduk kulit hitamnya, ketika masih diperlakukan sebagai budak di abad ke-18 dan kemudian dimerdekakan, jelas sekali bedanya. Lihat sekarang yang kayanya banyak, kaum intelektual juga. Tokoh-tokoh politik, penyiar, olahragawan, musik, filem bahkan serdadunya sudah dapat menjadi jendral. Bangsa Israel, ketika zaman Fir’aun, tertindas sebagai budak. Kemudian datang nabi Musa AS untuk membebaskannya. Kini menguasai bisnis dan keuangan dunia, media cetak, penerbitan, sehingga dapat mempengaruhi opini dunia, terutama Amerika Serikat.

Sulit dibayangkan pula Abbas Ibnu Firnas (809-887) perintis penerbangan tanpa mesin [13] [14] dan Wright Bersaudara [15] [16] perancang pesawat terbang bermesin pertama, dan membuat penerbangan terkendali pada tanggal 17 Desember 1903. Sekarang berkembang lebih maju, baik kapasitas angkut, kenyamanan, keindahan bentuk dan jangkauan terbang serta kecepatan terbang sudah ribuan kali dari penciptaan pertama.

Sulit pula dibayangkan pada ketika itu transaksi jual beli manusia dahulu dengan sistim barter. Kemudiannya berkembang dengan sistim mata-uang, bahkan cek. Kini memakai kartu plastik bermaknit, disebut kartu kredit. Malah kartu debit. Bedanya kartu kredit berarti berutang, kartu debit diambil dari uangnya sendiri melalui media elektronik.

Komputer dulu sebesar rumah, kini dengan kecepatan tinggi dan kapasitas lebih besar, hanya sebesar buku catatan. Dulu untuk melakukan perjalan luar kota atau dalam kota yang belum pernah ditempuh sebelumnya, menggunakan peta yang bergambar. Kini menggunakan GPS. Alat petunjuk perjalanannya  GPS-nya menggunakan ‘smartphone’ yang berfungsi bukan hanya untuk menelepon tapi juga teks, gambar, video, melihat filem.


Kemerdekaan Memilih

P
ada manusia diberikan kemerdekaan memilih, karena sifat khalifah itu koheren dengan kemerdekaan ini. Dia bisa mengapresiasikan potensi teknologinya, gaya hidupnya, dirinya, komunalnya, citanya, imajinasinya sampai kepada menentukan jalan hidupnya (self determination).

Hal mana tidak dimiliki oleh makhluk tumbuhan, makhluk khewan dan makhluk-makhluk lainnya. Sampai detik ini kita hanya tahu itu hanya pada ras makhluk manusia.

Sebenarnya kemerdekaan itu bertujuan mulia yaitu memudahkan menjalankan kepemimpinannya dan merupakan amanah yang otonom yang hanya dimiliki ras manusia. Namun dibalik itu dituntut tanggung jawab dan ini manusia mau menerimanya dan memikulnya. Hal ini kita tahu sebagaimana disebutkan Al-Qur’an yang artinya:

“Sesungguhnya Kami telah menawarkan ‘amanah’ kepada langit, bumi dan gunung-gunung, tetapi mereka enggan untuk memikulnya dan takut terhadap tanggungjawabnya, sedang manusia mau memikulnya”. [17]

Apa arti kata ‘amanah’ tersebut, tidak lain adalah jabatan ‘khalifah’. Khalifah penyambung kekuasaan Tuhan di dunia, [18] yang oleh Yuval Noah Harari penulis buku ‘Homo Deus’ menyebutkan manusia ‘homo deus’ [19] [20] yang artinya lebih tepatnya - dalam tinjauan Qur’anik - adalah Manusia Khalifah.

Demikian terhormatnya posisi yang diberikan Tuhan kepada kita. Tanggungjawab itu sebenarnya berat sekali, karena pada proses berikutnya berkonsekuensi kepada ‘ganjaran’ berupa ‘pahala’ (reward) dan hukuman (punish). Yaitu jika dilakukan dengan baik (amal soleh) mendapat ganjaran pahala surga. Dilakukan dengan buruk (dosa) mendapat ganjaran hukuman neraka. Jadi adanya surga dan neraka adalah konsekuensi dari perolehan hak kemerdekaan tadi. Hal ini wajar saja adanya. Sebagai contoh yang nyaris kita tidak sadari yaitu: Seorang murid sekolah yang sungguh-sunggih belajar dan bisa menjawab pertanyaan dalam ujian di sekolah, maka dia mendapat kenaikan kelas sebagai ganjarannya. Atau pegawai yang melakukan pekerjaannya dengan baik, maka ia akan mendapat kenaikan pangkat atau jabatan. Sebaliknya jika menjawab soal ujian atau melakukan pekerjaannya di kantor-paberik-toko dengan sembarangan, maka tidak akan ada kenaikan kelas bagi murid sekolah tersebut, atau tidak ada kenaikan pangkat atau jabatan bagi pegawai-pekerja tersebut, sebagi hukumannya. Contoh yang lainnya adalah: Sebagai pengemudi kendaraan, kita bebas menggunakan jalan raya kemana yang mau kita tuju. Tapi sekali kita melanggar peraturan lalu lintas yang dibuat untuk kelancaran dan keselamatan semua pengguna jalan-umum, maka kita akan mendapat tiket (tilang) dari polisi sebagai hukuman dari pelanggarannya. Malah di Amerika hukumannya itu keras yaitu disamping bayar denda juga diberi poin kesalahan. Begitu pula premi asuransinya naik. Jika poin kesalahannya melebihi dari yang ditentukan, izin mengemudinya dicabut, artinya tidak boleh mengemudi lagi. [Bersambung ke serial 2]


Serial ke:    1     2


Blog Archive