“Greek Civilisation end in
failure, not because of the lack of intelligence. But because of the lack of
morality, of character.” [Dr. George Sarton]
“Berakhirnya peradaban Yunani karena suatu kesalahan yang bukan karena
tidak adanya akal dari orang-orang pandainya, akal-otak. Tetapi karena tidak
adanya moral integritas, akal-rohani. [Dr. George Sarton]
Kata Pengantar
J
|
udul tulisan “Siapa Kita?” boleh dibilang tidak
baru lagi. Namun soalnya bukan baru atau tidak. Mana kala manusia ada dalam
‘situasi perbatasan’ seperti mengalami peristiwa tragis atas kematian dari
orang yang kita cintai. Atau menghadapi kegagalan dalam hidup. Atau menghadapi
musibah yang tak terperikan akibat bencana alam, perang atau kecelakaan pesawat
terbang atau kendaraan lainnya, maka disitulah mulai dihujani pertanyaan-pertanyaan
yang mendasar.
Maka kehadiran tulisan ini dibuat lebih kurang
mencoba menjawab pertanyaan tentang kehadiran manusia di muka bumi ini
berdasarkan telaah Qur’anik yang tersimpul dalam kalimat “Siapakah Kita?
Tulisan ini dibuat oleh penulis bulan April tahun
1998 dalam bentuk booklet yang masih
relevan untuk ditelaah sampai hari ini. Tentunya diperlukan editing dan
tambahan deskripsi seperlunya. Mari kita baca dan simak, mudah-mudahan ada
manfaatnya bagi kita, āmīn. Billahit Taufiq wal-Hidayah. □ AFM
SIAPA KITA?
Oleh: A. Faisal Marzuki
Fadhdhalnāhum ‘alā katsīri-m-mimman
khalaqnā tafdhīlān
Kami lebihkan mereka (manusia) dari kebanyakan makhluk yang Kami
ciptakan dengan kelebihan yang sempurna (QS Al-Isrā’ 17:70)
Homo Homini Lupus
A
|
pakah persepsi kita tentang ‘kita’, manusia.
Apakah senyum, sebagai tanda senang. Atau tertawa, tanda gembira. Atau
menangis, karena sedih. Atau berwajah masam, karena kecewa. Atau berwajah
‘Dracula’ yang siap memangsa sesama, demi kepuasan dirinya. Atau kini kita
telah tidak mengenal diri kita lagi, “siapa kita?”
Ketika pertanyaan-pertanyaan itu timbul, berarti
kita ingin mencari maknanya. Atau pula mungkin kita sedang bingung menghadapi
hingar-bingar kehidupan zaman kini. Tidak ada pegangan yang pasti yang mana
sebenarnya yang baik. Mana sebenarnya yang benar. Menemui kebenaran itu adalah
penting, karena dengan itu kita berpegang kepada tali yang kuat, [1] sehingga
pada suatu ketika tali inilah [2][3] yang dapat menolong kita, dari lubang
sangat dalam. Menganga lebar, siap menelan habis siapa saja yang terjerembab
kelubang itu.
Informasi yang bebas hambatan. Simpang siur
dilingkungan kita, telah memenuhi otak kita. Ini menjadikan kita bingung.
Apakah itu bersumber dari tivi, radio, majalah, surat kabar, buku dan
media-media lainnya. Berita-berita tentang kejadian di Bosnia santer
diberitakan. Peristiwa ‘holocaust’,
yaitu pembantaian satu golongan etnik. Peristiwa ini dikutuk oleh manusia yang
beradab, telah terjadi kembali. Peledakan bom di Aklohoma City, mengakibatkan
luluh lantaknya bangunan beton bertingkat. Menelan korban jiwa manusia dewasa
dan kanak-kanak yang tak bersalah. Atau seorang ibu yang membunuh anaknya
dengan cara menenggelamkan mobil yang ditumpanginya kedua anaknya ke dalam air.
Atau seorang remaja yang membunuh ibunya.
Gara-gara Mr. Soros ‘bandit’ bisnis spekulan
mata-uang. Ia di Amerika terkenal sebagai ‘philanthropy’.
Ia membagi-bagi uang kepada orang-orang yang susah. Ia memborong uang dolar di
Indonesia. Indonesia yang telah dibangun 32 tahun ‘jatuh tape’ begitu saja
dalam 3 bulan, ulah ketamakan Soros. Atau kita masih lemah, mengaku kuat?
Akibatnya sangat tragis, menyengsarakan rakyat Indonesia. Terutama golongan
kebanyakan yang tak berpunya, kini tambah tak berdaya lagi. Dan sebagainya dan
sebagainya kejadian-kejadian yang menimpa rakyat jelata, papa dan tak berdaya.
Tak jarang akibat desakan perut yang sangat lapar dan keroncongan, tibalah
jalan singkat, yaitu mencuri. Bahkan menjarah makanan dari orang yang sedang berbelanja
di pasar. Sementara itu dunia tidak mengutuk Soros kecuali Mahathir, Perdana
Menteri Malaysia. Bagaimana etika perdagangan valuta asing. Kelihatannya
‘sengaja’ belum ada yang mau mengaturnya, kecuali barang dagangan konvensional
melalui GATT dan aturan-aturan lain yang ‘memproteksi’ ekonomi nasional suatu
negara.
Paparan diatas adalah suatu kejadian-kejadian
yang menakutkan, memilukan hati. Membuat kita merasa tidak aman. Manusia telah
menjadi mangsa manusia lainnya (homo
homini lupus). Dimana lagi letaknya masyarakat yang beradab kini? Jengak
hati kita menyaksikannya, apalagi pada zaman teknologi sangat maju seperti
sekarang ini. Padahal sepentasnyalah sudah tidak terjadi lagi dalam memasuki
abad ke-21 yang katanya merupakan super
highway information? Dimana letak duduk soalnya?
Tanyakan Kepada Pendapat Manusia
K
|
alau kita tanyakan kepada filsuf Nietzsche, [4]
maka menurut pendapatnya ‘dunia ini tak bermakna’. Paham mana disebut sebagai
paham ‘nihilisma’. Katanya: “Dunia merupakan tempat kematian, keterasingan,
kesepian berkuasa”. Katanya: “Untuk itu kita harus menjadi manusia ‘superman’”.
Lebih kurang begitu pula dengan filsuf Camus [5], hanya saja jalan keluarnya
melakukan ‘pemberontakan’. [6]
Saya tidak mau mendakwa bahwa itu terjadi karena
dunia kini didominasi paham sekularisma. Atau paham nihilisma. Atau paham materialisma,
dimana ‘kedudukan’ - kekuasaan dan ‘duit’ sudah menjadi tuhannya, dalam paham
mana, keagamaan (ad-dīn) sudah tidak
diperdulikan. Bahkan tidak diperlukan lagi?
Dalam keadaan dilema yang demikian itu, perlu
kita cari tahu dengan jalan menengok ke diri kita sendiri. Siapakah kita? Apa
pula peranan kita di sini? Dan bagaimana perilaku-peran-tindakan-perbuatan kita
seharusnya?
Divine-Supernatural
T
|
iada disadari sama sekali bahwa kita semua, umat
manusia, adalah bagian dari pagelaran ‘drama’ jagat raya. Manusia itu datang
belakangan, setelah yang lain sudah ada.
Tumbuhan dan khewan telah eksis. Selum itu ada lagi bintang, gugus
bintang beserta matahari, bumi dan planet-planet lainnya. Bersamaan dengan itu
ada pula ruang dan waktu, baca juga (klik--->) Memahami
Penciptaan Alam Semesta; baca juga (klik--->) Dahsyatnya
Penciptaan Alam Semesta.
Sebagian besar para pakar ilmu astronomi,
fisika, geologi sepakat bahwa asal ‘semuanya’ itu ada dimulai pada saat
kejadian ‘bang’ (baca beng, ‘e’nya diucapkan seperti menyebut ekor). Suatau
teori letusan, gelegar yang maha-maha dahsyat menurut ukuran kita. Kemudian
menjelma menjadi gumpalan materi dan ruang yang menggelembung besar dan
membesar dan membesar bersamaan dengan perjalanan waktu. Dalam Al-Qur’an peristiwa
gelegar ‘bang’ ini disebut: ‘Kun Fayakūn’, artinya: Jadilah! Lalu jadi.
Kejadian ini direkam dalam surat ke-36, Yā Sīn, ayat 82 yang artinya sebagai
berikut:
“Sesungguhnya
urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, ‘Jadilah!’
Maka jadilah sesuatu itu”.
Pada momen itu terciptalah dunia jagat raya,
semua itu secara fission, spillting apart, pecah menjadi
bagian-bagian dan berantai. Kemudian dilanjutkan secara evolusi yang panjang
dan memakan waktu yang amat lama - menurut ukuran kita. Pada akhirnya,
diciptakanlah ‘species’ kita - manusia - di planet bumi ini, baca juga
(klik--->) Penciptaan
Alam Semesta Dalam Enam Masa.
Manusia
M
|
anusia, penciptaannya sangat unik, berbeda
dengan makhluk-makhluk jasad hidup lainnya. Manusia dijadikan Tuhan tidak secara insidental,
melainkan terlebih dahulu direkayasa - bukan dalam konotasi politik, yang
artinya jelek - dengan cermat. Manusia dipersiapkan untuk mengemban tugas di
muka bumi. Oleh sebab itu manusia dilengkapi dengan sistim piranti keras (hardware) yang lebih dari
makhluk-makhluk lainnya. [7]
Pada makhluk tumbuh-tumbuhan untuk dapat hidup
Tuhan memberikan instink dan nafsu. Dimana dia tumbuh dan akarnya berada,
disitulah dia berdiri atau merambat selama hayatnya, sampai mati. Namun
demikian sangat berguna bagi manusia. Hembusan nafasnya dihirup manusia sebagai
sumber oksigen yang baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sedang hembusan nafas
manusia berupa karbon dioksida diambilnya sebagai sumber kehidupannya.
Teknologi kendaraan bermotor mempunyai aspek
negatif, asap yang dikeluarkannya mengandung racun. Karbon dioksida dan
lain-lainnya yang mengotori udara, tapi sebaliknya pepohonan menolong manusia
dengan cara menghirupnya bagi keperluan hidupnya. Kota tempat saya tinggal
banyak pepohonan. Pepohonan ini berfungsi sebagai paru-paru kota. Dengan
demikian ekosistimnya berjalan dengan sehat, harmonis, saling menguntungkan.
Pada makhluk khewan diciptakan lebih maju lagi
ketimbang tumbuh-tumbuhan. Dia tidak statis, tapi mampu bergerak dan
berpindah-pindah dengan cara melata atau berjalan dengan kaki atau tangan dan
kaki. Atau mengepak-ngepakkan sayapnya untuk dapat terbang di udara bebas. Atau
mengibas-ngibaskan siripnya untuk berenang di air. Pada khewan untuk
mempertahankan hidupnya, Tuhan member instink dan nafsu seperti layaknya pada
makhluk tumbuhan. Namun karena dia moveavle,
dia diberi mata untuk melihat parit dimukanya, sehingga tidak mudah terjerembab
masuk ke dalamnya. Untuk merasakan sedap atau tidaknya makanan yang disukainya,
dia diberi hidung. Untuk mendengarkan suara lingkungan atau bahaya yang
mengancam, diberi telinga. Kesemua dinamakan panca indra. Satu lagi agar tidak
salah melakukan penilaian diberi otak untuk menilai situasi.
Bagaimana halnya dengan manusia? Sepintas mirip
dengan makhluk pendahulunya, namun kualitas dan kapasitasnya jauh berbeda.
Misalnya dalam melihat bukan untuk melihat saja, tapi punya visi ke depan.
Punya otak bukan saja untuk proses mengolah informasi tapi berkemampuan cognitive. Ia mampu berfikir kompleks,
analitis, menilai dan berkreasi. Oleh karena itu manusia disebut sebagai
makhluk yang berintelegensi tinggi. Sebagai contoh: Manusia tidak dapat
terbang, tapi peralatan yang dibuatnya mampu menerbangkannya. Dalam kemampuan
semacam itu manusia juga disebut “homo faber”. Kalau khewan mencari kebutuhan
hidupnya cukup sehari, besoknya di cari lagi. Namun manusia mampu memilikinya
lebih dari yang diperlukan. Bahkan ada yang sampai tujuh keturunan pun tidak
akan habis. Kata orang arif-bijaksana: “Nafsu khewan sebatas kebutuhannya,
nafsu manusia hampir tak terbatas”. Dengan konotasi negatif, sering disebut
tamak atau serakah.
Disamping ia mampu berkomunikasi dengan kosa
kata yang lebih banyak dan kompleks. Mampu menjelaskan sesuatu secara lebih
baik, analitis, perbandingan, menggunakan data, menyanggah, mengakui kekeliruan
dan memperbaiki. Bahkan manusia bisa dan mampu pula memanipulasi data sebagai
membenarkan keinginan yang hendak dicapainya. Hukum tidak membenarkan perbuatan
demikian, karena tatanan peradaban tidak akan bangun dengan baik kalau
perbuatan amoral seperti itu dibiarkan.
Makhluk khewan, instink, nafsu, panca indra dan
otak dipergunakan sebatas untuk mempertahankan hidup dan melanjutkan keturunan.
Secara simplistis orang sering menyebut bahwa hidupnya untuk makan, tidur,
membuang tinja atau urin dan bersenggama. Sering kita lihat kerjanya hanya
mengunyah rumput dalam mulut yang membuatnya menjadi gemuk, lihat saja sapi.
Oleh karena itu sapi pantas disembelih, kemudian dagingnya diambil sebagai
sumber protein khewani bagi manusia.
Homo Deus atau Manusia Khalifah
L
|
ain halnya dengan manusia. Penciptaan manusia
untuk mengemban suatu tugas tersendiri, yaitu sebagai khalifah di muka bumi.
[8] Tuhan menjanjikan bahwa barang siapa diantara kamu yang percaya (beriman)
kepada-Nya dan berkarya baik (achievement)
yaitu mempunyai karsa, kreasi dan karya, maka akan mewarisi kekuasaan
(mengurus, memimpin, memenej) di bumi. [9]
Khalifah artinya pemimpin yang memimpin baik
bagi dirinya sendiri, keluarga, atau paguyubannya, atau pula patembayannya.
Tergantung posisi dimana dia berada. Bahkan disebut juga sebagai “wakil Tuhan”
di muka bumi dengan tugas memakmurkan bumi, [10] artinya mengelola bumi
sehingga dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi keberlangsungan
kesejahteraan, kenikmatan, kebahagiaan umat manusia. Bukan membuat kemudaratan
dan kerusakan, melainkan menjaga kelestarian alam.
Khususnya dalam hubungan sesama manusia saling mengenal, toleransi, dan tolong
menolong. [11]
Perkembangan Kemampuan Manusia
S
|
ebagai pemimpin di muka bumi diperlukan
improvisasi menjalankan tugasnya. Sesuai dengan gaya hidup lingkungan
keberadaan manusia dan preferensinya, sejauh tidak keluar dari batasan yang
dibenarkan oleh syar’i, sebagai hadits Rasul SAW yang diriwayatkan dari Anas “Antum A’lamu Biumūri dun-yākum” - Kamu lebih mengetahui urusan
duniamu.” (HR Muslim, n0. 2363). [12]
Dalam hal ini sejarah telah menunjukkan bahwa
hanya bangsa-bangsa yang bebas merdeka lah, bukan budak atau dijajah yang dapat
mengembangkan potensi kemajuan. Amerika contohnya, dengan penduduk kulit
hitamnya, ketika masih diperlakukan sebagai budak di abad ke-18 dan kemudian
dimerdekakan, jelas sekali bedanya. Lihat sekarang yang kayanya banyak, kaum
intelektual juga. Tokoh-tokoh politik, penyiar, olahragawan, musik, filem
bahkan serdadunya sudah dapat menjadi jendral. Bangsa Israel, ketika zaman
Fir’aun, tertindas sebagai budak. Kemudian datang nabi Musa AS untuk
membebaskannya. Kini menguasai bisnis dan keuangan dunia, media cetak,
penerbitan, sehingga dapat mempengaruhi opini dunia, terutama Amerika Serikat.
Sulit dibayangkan pula Abbas Ibnu Firnas (809-887)
perintis penerbangan tanpa mesin [13] [14] dan Wright Bersaudara [15] [16] perancang pesawat terbang bermesin pertama,
dan membuat penerbangan terkendali pada tanggal 17 Desember 1903. Sekarang
berkembang lebih maju, baik kapasitas angkut, kenyamanan, keindahan
bentuk dan jangkauan terbang serta kecepatan terbang sudah ribuan kali
dari penciptaan pertama.
Sulit pula dibayangkan pada ketika itu transaksi
jual beli manusia dahulu dengan sistim barter. Kemudiannya berkembang dengan
sistim mata-uang, bahkan cek. Kini memakai kartu plastik bermaknit, disebut kartu
kredit. Malah kartu debit. Bedanya kartu kredit berarti berutang, kartu debit
diambil dari uangnya sendiri melalui media elektronik.
Komputer dulu sebesar rumah, kini dengan
kecepatan tinggi dan kapasitas lebih besar, hanya sebesar buku catatan. Dulu
untuk melakukan perjalan luar kota atau dalam kota yang belum pernah ditempuh sebelumnya,
menggunakan peta yang bergambar. Kini menggunakan GPS. Alat petunjuk
perjalanannya GPS-nya menggunakan ‘smartphone’ yang berfungsi bukan hanya
untuk menelepon tapi juga teks, gambar, video, melihat filem.
Kemerdekaan Memilih
P
|
ada manusia diberikan kemerdekaan memilih,
karena sifat khalifah itu koheren dengan kemerdekaan ini. Dia bisa
mengapresiasikan potensi teknologinya, gaya hidupnya, dirinya, komunalnya,
citanya, imajinasinya sampai kepada menentukan jalan hidupnya (self determination).
Hal mana tidak dimiliki oleh makhluk tumbuhan,
makhluk khewan dan makhluk-makhluk lainnya. Sampai detik ini kita hanya tahu
itu hanya pada ras makhluk manusia.
Sebenarnya kemerdekaan itu bertujuan mulia yaitu
memudahkan menjalankan kepemimpinannya dan merupakan amanah yang otonom yang
hanya dimiliki ras manusia. Namun dibalik itu dituntut tanggung jawab dan ini
manusia mau menerimanya dan memikulnya. Hal ini kita tahu sebagaimana
disebutkan Al-Qur’an yang artinya:
“Sesungguhnya
Kami telah menawarkan ‘amanah’ kepada langit, bumi dan gunung-gunung, tetapi
mereka enggan untuk memikulnya dan takut terhadap tanggungjawabnya, sedang
manusia mau memikulnya”. [17]
Apa arti kata ‘amanah’ tersebut, tidak lain
adalah jabatan ‘khalifah’. Khalifah penyambung kekuasaan Tuhan di dunia, [18] yang
oleh Yuval Noah Harari penulis buku ‘Homo Deus’ menyebutkan manusia ‘homo deus’
[19] [20] yang artinya lebih tepatnya - dalam tinjauan Qur’anik - adalah
Manusia Khalifah.
Demikian terhormatnya posisi yang diberikan
Tuhan kepada kita. Tanggungjawab itu sebenarnya berat sekali, karena pada
proses berikutnya berkonsekuensi kepada ‘ganjaran’ berupa ‘pahala’ (reward) dan hukuman (punish). Yaitu jika dilakukan dengan
baik (amal soleh) mendapat ganjaran pahala surga. Dilakukan dengan buruk (dosa)
mendapat ganjaran hukuman neraka. Jadi adanya surga dan neraka adalah
konsekuensi dari perolehan hak kemerdekaan tadi. Hal ini wajar saja adanya. Sebagai
contoh yang nyaris kita tidak sadari yaitu: Seorang murid sekolah yang
sungguh-sunggih belajar dan bisa menjawab pertanyaan dalam ujian di sekolah,
maka dia mendapat kenaikan kelas sebagai ganjarannya. Atau pegawai yang
melakukan pekerjaannya dengan baik, maka ia akan mendapat kenaikan pangkat atau
jabatan. Sebaliknya jika menjawab soal ujian atau melakukan pekerjaannya di
kantor-paberik-toko dengan sembarangan, maka tidak akan ada kenaikan kelas bagi
murid sekolah tersebut, atau tidak ada kenaikan pangkat atau jabatan bagi
pegawai-pekerja tersebut, sebagi hukumannya. Contoh yang lainnya adalah:
Sebagai pengemudi kendaraan, kita bebas menggunakan jalan raya kemana yang mau
kita tuju. Tapi sekali kita melanggar peraturan lalu lintas yang dibuat untuk
kelancaran dan keselamatan semua pengguna jalan-umum, maka kita akan mendapat
tiket (tilang) dari polisi sebagai hukuman dari pelanggarannya. Malah di
Amerika hukumannya itu keras yaitu disamping bayar denda juga diberi poin
kesalahan. Begitu pula premi asuransinya naik. Jika poin kesalahannya melebihi
dari yang ditentukan, izin mengemudinya dicabut, artinya tidak boleh mengemudi
lagi. [Bersambung ke serial 2]