Saturday, June 10, 2017

Memahami Penciptaan Alam Semesta






badī’us (Pencipta) samāwāti (langit) wal-ardhi (bumi) wa-idzā (dan apabila) qodhō (Dia memutuskan) amran (perkara) fa-innamā (maka sungguh) yaqūlu (Dia berkata) lahū (kepadanya) kun (jadilah) fayakūn (maka jadilah ia).

Artinya: (Allah) Pencipta Langit dan Bumi. Apabila Dia hendak menetapkan (menciptakan) sesuatu Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. [1]


KATA PENGANTAR

A
lam Semesta adalah al-Samāwāt wal-Ard wa-ma baina huma, yaitu Langit yang maha-maha-maha luas dan Bumi (dan segala isinya) serta Yang Ada diantara keduanya (Matahari dan planet-planet lainnya, gugus-gugus bintang dst). Di dalamnya terdapat feomena-fenomena alam yang sangat menarik apabila dibahas. Mulai darimana alam itu ada, tercipta atau muncul, kejadian-kejadian yang ada, sampai rahasia apa dibalik semuanya itu.

Tentu dalam membahasnya, sebagai umat beriman, mengambilnya dari Kitab Suci Al-Qur’an sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Baqarah, Allah Subhāna Wa Tā’lā berfirman: (Allah) Pencipta Langit dan Bumi. Apabila Dia hendak menciptakan sesuatu Dia hanya berkata kepadanya: "Kun Fayakun" - “Jadilah! Maka jadilah sesuatu itu." [1]

Dan upaya pengungkapan ‘rahasia alam’ itu menggunakan akal fikiran manusia (karunia dari-Nya) melalui sains.

Bagaimana selanjutnya, mari ikutilah paparan dari buku Harun Yahya “Berfikirlah Sejak Anda Bangun Tidur”, Bab: ‘Big Bang’, Ledakan Yang Menghancurkan Paham Materialisme sebagai berikut dibawah ini. Selamat menyimak. □ AFM



MEMAHAMI
PENCIPTAAN ALAM SEMESTA
Oleh: A. Faisal Marzuki


“Sesungguhnya dalam penciptaan Langit dan Bumi, pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (ada yang mencipta dan memeliharanya, kebesaran Allah) bagi orang yang berakal. [2]



PENDAHULUAN

G
agasan yang umum di abad 19 adalah bahwa alam semesta merupakan kumpulan materi berukuran tak hingga yang telah ada sejak dulu kala dan akan terus ada selamanya. Selain meletakkan dasar berpijak bagi paham materialis, pandangan ini menolak ‘keberadaan sang Pencipta’ dan menyatakan bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir.

Materialisme adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Berakar pada kebudayaan Yunani Kuno, dan mendapat penerimaan yang meluas di abad 19, sistem berpikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham Materialisme dialektika Karl Marx.

Para penganut materalisme meyakini model alam semesta tidak berhingga sebagai dasar berpijak paham ateis mereka. Misalnya, dalam bukunya Principes Fondamentaux de Philosophie, filosof materialis George Politzer mengatakan bahwa: “Alam semesta bukanlah sesuatu yang diciptakan” dan menambahkan: "Jika ia diciptakan, ia sudah pasti diciptakan oleh Tuhan dengan seketika dan dari ketiadaan.”

Ketika Politzer berpendapat bahwa alam semesta tidak diciptakan dari ketiadaan, ia berpijak pada model ‘alam semesta statis’ abad 19, dan menganggap dirinya sedang mengemukakan sebuah pernyataan ilmiah. Namun, sains dan teknologi yang berkembang di abad 20 akhirnya meruntuhkan gagasan kuno yang dinamakan ‘materialisme’ ini.


ASTRONOMI MENGATAKAN:
“ALAM SEMESTA DICIPTAKAN”

P
ada tahun 1929, di observatorium Mount Wilson California, ahli astronomi Amerika, Edwin Hubble membuat salah satu penemuan terbesar di sepanjang sejarah astronomi. Ketika mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia menemukan bahwa mereka memancarkan cahaya merah sesuai dengan jaraknya. Hal ini berarti bahwa bintang-bintang ini "bergerak menjauhi" kita. Sebab, menurut hukum fisika yang diketahui, spektrum dari sumber cahaya yang sedang bergerak mendekati pengamat cenderung ke warna ungu, sedangkan yang menjauhi pengamat cenderung ke warna merah. Selama pengamatan oleh Hubble, cahaya dari bintang-bintang cenderung ke warna merah. Ini berarti bahwa bintang-bintang ini terus-menerus bergerak menjauhi kita.

Jauh sebelumnya, Hubble telah membuat penemuan penting lain. Bintang dan galaksi bergerak tak hanya menjauhi kita, tapi juga menjauhi satu sama lain. Satu-satunya yang dapat disimpulkan dari suatu alam semesta di mana segala sesuatunya bergerak menjauhi satu sama lain adalah bahwa ia terus-menerus "mengembang".

Agar lebih mudah dipahami, alam semesta dapat diumpamakan sebagai permukaan balon yang sedang mengembang. Sebagaimana titik-titik di permukaan balon yang bergerak menjauhi satu sama lain ketika balon membesar, benda-benda di ruang angkasa juga bergerak menjauhi satu sama lain ketika alam semesta terus mengembang.

Sebenarnya, fakta ini secara teoritis telah ditemukan lebih awal. Albert Einstein, yang diakui sebagai ilmuwan terbesar abad 20, berdasarkan perhitungan yang ia buat dalam fisika teori, telah menyimpulkan bahwa alam semesta tidak mungkin statis. Tetapi, ia mendiamkan penemuannya ini, hanya agar tidak bertentangan dengan model alam semesta statis yang diakui luas waktu itu. Di kemudian hari, Einstein menyadari tindakannya ini sebagai 'kesalahan terbesar dalam karirnya'.

Apa arti dari mengembangnya alam semesta? Mengembangnya alam semesta berarti bahwa jika alam semesta dapat bergerak mundur ke masa lampau, maka ia akan terbukti berasal dari satu titik tunggal. Perhitungan menunjukkan bahwa 'titik tunggal' ini yang berisi semua materi alam semesta haruslah memiliki 'volume nol', dan 'kepadatan tak hingga'. Alam semesta telah terbentuk melalui ledakan titik tunggal bervolume nol ini.

Ledakan raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan Big Bang (“Kun Fayakun”), dan teorinya dikenal dengan nama tersebut. Perlu dikemukakan bahwa 'volume nol' merupakan pernyataan teoritis yang digunakan untuk memudahkan pemahaman. Ilmu pengetahuan dapat mendefinisikan konsep 'ketiadaan', yang berada di luar batas pemahaman manusia, hanya dengan menyatakannya sebagai 'titik bervolume nol'. Sebenarnya, 'sebuah titik tak bervolume' berarti 'ketiadaan'. Demikianlah alam semesta muncul menjadi ‘ada’ dari ‘tidak ada’ (ketiadaan). Dengan kata lain, ia telah diciptakan.

Fakta bahwa alam ini diciptakan, yang baru ditemukan fisika modern pada abad 20, telah dinyatakan dalam Al-Qur'an 14 abad lampau: "Dia Pencipta langit dan bumi" [3]

Teori ‘Big Bang’ - dentuman besar, penciptaan pertama mengeluarkan suara besar - menunjukkan bahwa semua benda di alam semesta pada awalnya adalah satu wujud, dan kemudian terpisah-pisah. Ini diartikan bahwa keseluruhan materi diciptakan melalui ‘Big Bang’ atau ledakan raksasa dari satu titik tunggal, dan membentuk alam semesta kini dengan cara pemisahan satu dari yang lain.


BIG BANG
LEDAKKAN YANG MENGHANCURKAN
PAHAM MATERIALISME

S
egala bukti meyakinkan sebagaimana dipaparkan dalam diatas telah menyebabkan teori ‘Big Bang’ diterima oleh masyarakat ilmiah. Model ‘Big Bang’ adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini telah diciptakan oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa cacat dari ketiadaan.

Seseorang bernama Dennis Sciama, yang selama bertahun-tahun bersama Fred Hoyle mempertahankan teori ‘steady-state’ (materi kekal), yang berlawanan dengan fakta penciptaan alam semesta, menjelaskan posisi akhir yang telah mereka capai setelah semua bukti bagi teori ‘Big Bang’ terungkap.

Sciama menyatakan bahwa ia mempertahankan teori ‘steady-state’ bukan karena ia menanggapnya benar, melainkan karena ia berharap bahwa inilah yang benar. Sciama selanjutnya mengatakan bahwa ketika bukti mulai bertambah, ia harus mengakui bahwa ‘permainan keilmiahan’ telah usai dan teori ‘steady-state’ harus ditolak. Prof. George Abel dari universitas California juga menerima kemenangan akhir ‘Big Bang’ dan menyatakan bahwa bukti yang kini ada menunjukkan bahwa alam semesta bermula milyaran tahun silam melalui peristiwa ‘Big Bang’. Ia mengakui bahwa ia tak memiliki pilihan kecuali menerima teori ‘Big Bang’.
 
Dengan kemenangan ‘Big Bang’, mitos 'materi kekal' yang menjadi dasar berpijak ‘paham materialis’ terhempaskan ke dalam tumpukan sampah sejarah. Lalu keberadaan apakah sebelum ‘Big Bang’, dan kekuatan apa yang memunculkan alam semesta sehingga menjadi 'ada' dengan ledakan raksasa ini saat alam tersebut 'tidak ada'?

Meminjam istilah Arthur Eddington, pertanyaan ini jelas mengarah pada fakta yang 'secara filosofis menjijikkan' bagi kaum materialis, yakni keberadaan sang Pencipta. Filosof ateis terkenal Antony Flew berkata tentang hal ini: ‘Sayangnya, pengakuan adalah baik bagi jiwa. Karenanya, saya akan memulai dengan pengakuan bahwa kaum Ateis Stratonisian terpaksa dipermalukan oleh kesepakatan kosmologi zaman ini. Sebab, tampaknya para ahli kosmologi tengah memberikan bukti ilmiah bahwa alam semesta memiliki permulaan.”

Banyak ilmuwan yang tidak secara buta menempatkan dirinya sebagai ateis telah mengakui peran Pencipta yang Mahaperkasa dalam penciptaan alam semesta. ‘Pencipta’ ini haruslah ‘Dzat’ yang telah menciptakan materi dan waktu, namun tidak terikat oleh keduanya. Ahli astrofisika terkenal Hugh Ross mengatakan: “Jika permulaan waktu terjadi bersamaan dengan permulaan alam semesta, sebagaimana pernyataan teorema ruang, maka penyebab terbentuknya alam semesta pastilah sesuatu yang bekerja pada dimensi waktu yang sama sekali tidak tergantung dan lebih dulu ada dari dimensi waktu alam semesta. Kesimpulan ini memberitahu kita bahwa ‘Tuhan’ bukanlah alam semesta itu sendiri, Tuhan tidak pula berada di dalam alam semesta.”


Begitulah, materi dan waktu diciptakan oleh sang Pencipta yang tidak terikat oleh keduanya. Pencipta ini adalah Allah, Dialah Penguasa langit dan bumi.
 
Sebenarnya, ‘Big Bang’ telah menimbulkan masalah yang lebih besar bagi kaum materialis daripada pengakuan Filosof ateis, Antony Flew. Sebab, ‘Big Bang’ tak hanya membuktikan bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan, tetapi ia juga diciptakan secara sangat terencana, sistematis dan teratur.

‘Big Bang’ terjadi melalui ledakan suatu titik yang berisi semua materi dan energi alam semesta serta penyebarannya ke segenap penjuru ruang angkasa dengan kecepatan yang sangat tinggi. Dari materi dan energi ini, munculah suatu keseimbangan luar biasa yang melingkupi berbagai galaksi, bintang, matahari, bulan, dan benda angkasa lainnya.

Hukum alam pun terbentuk yang kemudian disebut 'hukum fisika', yang seragam di seluruh penjuru alam semesta, dan tidak berubah. Hukum fisika yang muncul bersamaan dengan ‘Big Bang’ tak berubah sama sekali selama lebih dari 15 milyar tahun.

Selain itu, hukum ini didasarkan atas perhitungan yang sangat teliti sehingga penyimpangan satu milimeter saja dari angka yang ada sekarang akan berakibat pada kehancuran seluruh bangunan dan tatanan alam semesta. Semua ini menunjukkan bahwa suatu tatanan sempurna muncul setelah ‘Big Bang’.

Namun, ledakan tidak mungkin memunculkan tatanan sempurna. Semua ledakan yang diketahui cenderung berbahaya, menghancurkan, dan merusak apa yang ada. Jika kita diberitahu tentang kemunculan tatanan sangat sempurna setelah suatu ledakan, kita dapat menyimpulkan bahwa ada campur ‘tangan cerdas’ di balik ledakan ini, dan segala serpihan yang berhamburan akibat ledakan ini telah digerakkan secara sangat terkendali.

Sir Fred Hoyle, yang akhirnya harus menerima teori ‘Big Bang’ setelah bertahun-tahun menentangnya, mengungkapkan hal ini dengan jelas: “Teori ‘Big Bang’ menyatakan bahwa alam semesta berawal dari satu ledakan tunggal. Tapi, sebagaimana diketahui, ledakan hanya menghancurkan materi berkeping-keping, sementara ‘Big Bang’ secara misterius telah menghasilkan dampak yang berlawanan - yakni materi yang saling bergabung dan membentuk galaksi-galaksi.”


KESIMPULAN DAN PENUTUP

T
idak ada keraguan, jika suatu tatanan sempurna muncul melalui sebuah ledakan, maka harus diakui bahwa terdapat campur tangan Pencipta yang berperan di setiap saat dalam ledakan ini.

Hal lain dari tatanan luar biasa yang terbentuk di alam menyusul peristiwa ‘Big Bang’ ini adalah penciptaan 'alam semesta yang dapat dihuni'. Persyaratan bagi pembentukan suatu planet layak huni sungguh sangat banyak dan kompleks, sehingga mustahil untuk beranggapan bahwa pembentukan ini bersifat kebetulan. Setelah melakukan perhitungan tentang kecepatan mengembangnya alam semesta, Paul Davis, profesor fisika teori terkemuka, berkata bahwa kecepatan ini memiliki ketelitian yang sungguh tak terbayangkan. Davis berkata: “Perhitungan jeli menempatkan kecepatan pengembangan ini sangat dekat pada angka kritis yang dengannya alam semesta akan terlepas dari ‘gravitasi’-nya dan mengembang selamanya. Sedikit lebih lambat dan alam ini akan runtuh, sedikit lebih cepat dan keseluruhan materi alam semesta sudah berhamburan sejak dulu. Jelasnya, ‘Big Bang’ bukanlah sekedar ledakan zaman dulu, tapi ledakan yang terencana dengan sangat cermat.”

Fisikawan terkenal, Prof. Stephen Hawking mengatakan dalam bukunya A Brief History of Time, bahwa “alam semesta dibangun berdasarkan perhitungan dan keseimbangan yang lebih akurat dari yang dapat kita bayangkan”. Dengan merujuk pada kecepatan mengembangnya alam semesta, Hawking berkata: “Jika kecepatan pengembangan ini dalam satu detik setelah ‘Big Bang’ berkurang meski hanya sebesar angka satu per-seratus ribu juta juta, alam semesta ini akan telah runtuh sebelum pernah mencapai ukurannya yang sekarang.”

Paul Davis juga menjelaskan akibat tak terhindarkan dari keseimbangan dan perhitungan yang luar biasa akuratnya ini: “Adalah sulit menghindarkan kesan bahwa tatanan alam semesta sekarang, yang terlihat begitu sensitif terhadap perubahan angka sekecil apapun, telah direncanakan dengan sangat teliti. Kemunculan serentak angka-angka yang tampak ajaib ini, yang digunakan alam sebagai konstanta-konstanta dasarnya, pastilah menjadi bukti paling meyakinkan bagi keberadaan desain alam semesta.”

Berkenaan dengan kenyataan yang sama ini, profesor astronomi Amerika, George Greenstein menulis dalam bukunya The Symbiotic Universe: “Ketika kita mengkaji semua bukti yang ada, pemikiran yang senantiasa muncul adalah bahwa kekuatan ‘supernatural’ pasti terlibat.”


Singkatnya, saat meneliti sistem mengagumkan di alam semesta, akan kita pahami bahwa keberadaan dan cara kerjanya bersandar pada keseimbangan yang sangat sensitif dan tatanan yang terlalu kompleks untuk dijelaskan oleh peristiwa kebetulan.

Sebagaimana dimaklumi, tidaklah mungkin keseimbangan dan tatanan luar biasa ini terbentuk dengan sendirinya dan secara kebetulan melalui suatu ledakan besar. Pembentukan tatanan semacam ini menyusul ledakan seperti ‘Big Bang’ adalah satu bukti nyata adanya penciptaan (oleh) ‘Supernatural’.
 
Rancangan dan tatanan tanpa tara di alam semesta ini tentulah membuktikan keberadaan Pencipta, beserta Ilmu, Keagungan dan Hikmah-Nya yang tak terbatas, Yang telah menciptakan materi dari ketiadaan dan Yang berkuasa mengaturnya tanpa henti. Sang Pencipta ini adalah Allah, Tuhan seluruh sekalian alam.

Berkatalah Ūlil Albāb (Orang berakal, Cendikiawan): “Sesungguhnya dalam penciptaan Langit dan Bumi, pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (ada yang mencipta dan memeliharanya, kebesaran Allah) bagi orang yang berakal…”Wahai Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semuanya ini sia-sia; Mahasuci (Mahasempurna) Engkau, lindungilah kami dari azab neraka (karena menyangka yang tidak kaffah antara ayat-ayat Kauniyah dan Qauliyah, tidak benar-benar menyadari kebesaran-Nya yang sesungguhnya)". [4] Sebagaimana yang telah di kupas atau dipaparkan seperti tersebut diatas.  Wallāhu ‘alam bish-shawab. Billāhit Taufiq wal Hidāyah. □ AFM



Catatan Kaki:
[1] QS Al-Baqarah 2:117
[2] QS Āli ‘Imrān 3:190
[3] QS Al-An’ām, 6: 101
[4] QS Āli ‘Imrān 3:190-191

Sumber:
Harun Yahya “Berfikirlah Sejak Anda Bangun Tidur”, Bab: Big Bang, Ledakan Yang Menghancurkan Paham Materialisme.
ALFATIH, Al-Qur’an Tafsir Per Kata, Di Sarikan Dari Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka ALFATIH □□

Blog Archive