Kata Pengantar
“Today it looks like a
dream, but tomorrow Insya Allah it will become true.”
T
|
ulisan dengan tajuk seperti tersebut diatas
ditulis 25 tahun yang lalu, beberapa
bulan sebelum IMAAM - Indonesian Muslim Association in America didirikan. IMAAM
baru wacana, pembicaraan yang intens, sejak tahun 1989 ketika para orang tua
menunggu anak-anak selesai dari Sunday
School / Madrasah yang terletak di kawasan Seven Lock, Montgemory County,
Maryland. Terakhir lobby ke KBRI
Washington, D.C.
Bahannya diambilkan sebagian dari isi khutbah
Jum’at penulis selaku Khatib Jum’at di Mushola KBRI Washington, D.C. pada bulan
Agustus atau September 1993.
Setelah Jum’atan selesai beberapa jamaah
menyalami dan mendukung apa yang dikhutbahkan itu. Dari sini penulis menyusun
tulisan yang lebih rinci dan sistematis, kemudian dimuat di Buletin Jama’ah
Jum’at KBRI, Washington D.C. No: 28, yang diterbitkan tanggal 22 Rabial Akhir
1414 AH, bertepatan dengan tanggal 8 Oktober 1993 CE.
Tulisan ini sudah diedit seperlunya. Ditayangkan
dalam blog ini guna mengenang, memperingati, mensyukuri 25 tahun berdiri IMAAM.
Kegiatan madrasah IMAAM telah diadakan sejak berdirinya IMAAM dengan menyewa ruangan
gedung public school sampai saat ini.
Kegiatan shalat Jum’at yang diselenggarakan IMAAM dimulai 4 tahun sebelum ada
Mesjid IMAAM Center dengan menyewa ruang di Jalan Randolph, Montgemory County
yang bersebelahan dengan Wheaton High School.
21 tahun kemudian, IMAAM baru memiliki
sendiri Masjid IMAAM Center. Pada tanggal 26 September 2014, diresmikan oleh
Presiden Republik Indonesia, Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, yang akrab
dipanggil Pak SBY.
Alhamdulillah, telah terwujud sebagaimana do’a
yang dituliskan di halaman terakhir “Today
it looks like a dream, but tomorrow Insya Allah it will become true.” □ AFM
MENDIRIKAN “MADINATUL MASJID”
DI AMERIKA SERIKAT, MUNGKINKAH?
Oleh: A. Faisal Marzuki
Hai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka, kayubakarnya adalah manusia dan batu-batu. (Surat At-Tahrīm
66:6)
Tetapi orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka pahala
yang tidak putus-putusnya. (Surat Al-Insyiqāq 84:25)
PENDAHULUAN
S
|
udah lama dikandung maksud untuk mendirikan
sebuah masjid. Namun belum terwujud sampai saat ini. Mesjid yang dimaksud bukan
hanya sebagai tempat untuk melakukan shalat saja, tapi lebih dari itu. Mesjid
idealnya seperti mesjid Rasulullah SAW di Madinah.
Tiga belas tahun Rasul SAW melakukan syiar Islam
di Makkah. 13 tahun pula Rasul berusaha
meng-“make up” jiwa, hati dan fikiran
masyarakat Makkah untuk ber-Tauhid. Ketika itu Ka’bah masih dikuasai kaum
musyrikin. Rasul SAW tidak diperkenankan melakukan kegiatan. Beliau melakukan tugas
kerasulannya pada waktu itu secara “bergerilya” di rumahnya dan di tempat lain.
Cara ini dirasakan belum efektif untuk menghadapi masyarakat Makkah yang sangat
resisten dalam menerima ajaran yang
dibawa beliau. Hasilnya dipermukaan menampakkan beliau perlu hijrah ke Madinah begitu
pula pengikut-pengikut setianya yang belum begitu banyak.
Setibanya di Yatrib - nama asal yang kemudian
disebut Madinah, berjarak 435 km dari Makkah. Sebelumnya singgah di Quba yang berjarak 6 km
dari Madinah, beliau mendirikan mesjid Quba. Rasulullah SAW berada di Quba beberapa
hari, sebagai pelepas lelah dari perjalanan jauh di tengah sengatan panas padang
pasir. Perjalanan yang menegangkan dari buruan oleh kaum musyrikin yang hendak
membunuhnya. Sesampainya di Madinah didirikanlah Masjid dan menetaplah Rasul
SAW di sini sampai wafatnya.
Mesjid Madinah sebagai tempat shalat juga
sebagai “center” atau pusat kegiatan masyarakat Madinah. Di mesjid ini
ajaran-ajaran Islam diperkenalkan, didiskusikan, diterima dan dikembangkan
serta diterapkan kedalam kehidupan sehari-hari. Salah satu penerapan ajaran itu
adalah membuat tata-tertib kehidupan yang teratur dan damai di kota Madinah
seperti yang tercantum dan diatur dalam Piagam Madinah. Ketika itu penduduk
Madinah bukan hanya kaum Muslimin saja. Hak-hak dari kaum non-Muslim pun
ditegakkan. Keadaan agama lain tidak dilarang. Kerukunan agama dipelihara oleh
Rasulullah SAW. Malah ketika kota Madinah diserang oleh kaum musyrikin Makkah,
semua warga kota tidak terkecuali yang beragama lain ikut mempertahankan dari
serangan tersebut.
Semua penduduk Madinah terayomi dengan baik dan
penduduk kota ini pun berkembang. Islam berkembang pesat melebihi dari ketika
beliau berada di Makkah. Bahkan, setelah itu, melewati batas-batas jazirah
Saudi Arabia. Ke sebelah Selatan menyebar sampai Yaman. Ke Timur sampai ke
Persia dan pemukiman sekitar teluk Persia dan India. Ke Barat sampai ke Afrika Utara Maroko, Tunisia, Lybia, Aljazair, Mesir. Iraq, Syria, Palestina. Bahkan Sisilia dan Itali bagian Selatan. Ke Utara, sampai ke
Eropa, Spanyol-Portugal yang berbatasan dengan Prancis. Bahkan Turki dan sekitarnya. Dan sekarang ini bumi
yang terdiri dari lima benua dipenuhi oleh Muslim di mana Islam sebagai agama
yang kedua terbesar di dunia. Kalau kita simak maka kunci dari kesuksesan ini
tidak terlepas dari adanya Mesjid Madinah yang berperan sebagai “center of exellence” dengan kegiatan
seperti tersebut di atas.
LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KEMBALI
P
|
emikiran kembali
- mendirikan “Madinatul Masjid” - ini melihat kepada telah bertambah
banyaknya warga Indonesia yang berada di Amerika Serikat baik sebagai
mahasiswa, pegawai yang ditempatkan oleh pemerintah atau instansi serta
pendatang yang menetap di sini.
Ciri khusus dari masyarakat ini yaitu umumnya
adalah orang-orang pilihan. Sekedar gambaran dapat disebutkan disini bahwa
untuk masuk perguruan tinggi disini harus lulus dari ujian-ujian yang ada,
begitu pula dengan pegawai-pegawai yang juga mempunyai prestasi-prestasi
tertentu baru dapat ditempatkan disini.
Kebanyakan populasi masyarakatnya adalah
generasi muda. Sebahagian telah berkeluarga dan kelahiran anak Indonesia di Amerika
Serikat cukup pesat. Ini semua membutuhkan sarana pembinaan yang terarah,
terpadu dan teroganisir.
Tahun duaribuan, atau abad ke-21 menurut para
cendekiawan dan pakar ilmu pengetahuan disebut era informasi. Suatu era dimana
ilmu pengetahuan dan teknologi (selanjutnya disebut iptek) menjadi tulang
punggung pembangunan dan kemajuan.
Suatu bangsa yang tidak menguasai iptek, disebut
bangsa terbelakang. Hidupnya ditentukan oleh bangsa yang mempunyai iptek.
Bangsa yang hanya menjadi “pelengkap dan penderita” yang memenuhi angka
penduduk dunia. Bangsa ini sebagai ajang tempat pensuplai bahan mentah yang
sangat rendah sekali nilainya dibanding hasil jadi. Bangsa ini umumnya juga
sebagai pen-suplai tenaga kerja yang murah (ingat TKW) dan pasar pelemparan produk
negara maju.
Bangsa yang mengk0nsumsi produk-produk negara
maju, nilai tambah ekonomi oleh para ekonom menyebut “value added”- nilai tambah hanya berada di negara maju. Maka lengkaplah cerita
bahwa kenapa mereka menjadi kaya, makmur, berjaya sebagai “penguasa dunia”.
Era globalisasi ini sekaligus menciptakan
peluang untuk kita maju. Kesempatan ini tidak dibiarkan berlalu begitu saja.
Ini dapat kita lihat dari generasi-generasi muda Indonesia yang di kirim ke
sini baik melalui BPPT-nya Bapak Habibie, Departemen Keuangan, Departemen
Agama, Departemen Perindusterian, dan tidak kalah penting swadaya dari
mahasiswa itu sendiri melalui orang tuanya atau badan-badan yayasan beasiswa lainnya
untuk belajar di Amerika Serikat.
Banyak ayat Al-Qur’an menyebutkan bahwa Allah
SWT meninggikan beberapa derajat bagi orang yang beriman dan berilmu. Sekarang kita
mendapat kesempatan menimba ilmu dan pengalaman di negara maju khususnya
Amerika Serikat.
PERWUJUDAN KONSEPSI PEMIKIRAN
P
|
emikiran ini mempunyai visi jauh ke depan dan
berusaha mengantisipasinya kedalam bentuk sebuah konsep pemikiran dan rencana
kerja yang konkrit. Pemikiran ini di lobby-kan
dan disambut baik oleh tokoh-tokoh masyarakat di sini. Namun karena
ini adalah untuk kemashlahatan umat kiranya pantas diketengahkan di bulletin
Taqwa ini untuk diketahui bersama.
Kita ketahui bahwa ummat Islam Indonesia di
Amerika Serikat dari tahun ke tahun bertambah meningkat. Kita ketahui pula
bahwa sebahagian penduduk tidak menetap secara permanen. Setidak-tidaknya
adalah selama empat tahun.
Menurut catatan dari pengurus Mushola KBRI yang
bershalat Jum’at di Mushola KBRI Washington, D.C. berjumlah antara 50
sampai 70 orang. Sedang di waktu shalat Idul Fitri atau Idul Adha ada 10
kalinya atau sekitar lebih dari 700 orang.
Delapan puluh lima persen warga Indonesia ini melakukan kegiatan
keagamaan dan kemasyarakatan. Belum lagi yang memang menjalankan kewajiban
Islam secara semestinya. Ditempat mana kita “menyaringnya” agar dapat
meningkatkan ketaqwaan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Amerika Serikat suatu negara maju, moderen dan
adi kuasa. Lingkungan Hidup dan kelestarian alam sangat diperhatikan. Menejemen
organisasi bagian dari sikap kerja. Kebersihan dan gizi makanan ditegakkan.
Kita maklum karena usia kemerdekaannya sudah melebihi 200 tahun. Warga Indonesia
datang membawa harapan dari tanah air, mengharapkan kemajuan, rizeki dan ilmu.
Berbekal motivasi itulah kita tinggal di sini.
Disamping itu di tanah air mengharapkan
cendikiawan-cendikiawan muda yang telah menamatkan studinya di sini membangun
tanah air dengan bekal iptek yang telah diperolehnya. Imej dan harapan ini
jangan dikecewakan. Jangan sampai sebaliknya sebagai pengimport budaya dan
moral yang bertentangan dengan agama dan Pancasila.
Sementara itu kita ketahui negara tempat tinggal
kita sekarang ini tidak melulu dipenuhi hal-hal positif saja. Negara ini adalah
negara sekuler dan penduduk Islam adalah minoritas di sini. Ada budaya yang
kita kategorikan “negatif” bagi ajaran Islam yang berlaku, di sini dianggap
wajar.
Melihat keadaan seperti tersebut di atas baik
dari segi positif dan negatifnya maka diperlukan suatu “center” yang dapat
memperkuat daya tahan keimanan, nasionalisme (ke-Indonesia-an), budaya bangsa
untuk mengimbangi arus negatif tadi.
DASAR FILOSOFIS UMMAT INDONESIA
A
|
dapun landasan filosofis dari motivasi tersebut
adalah bagian yang integral dari fitrah manusia itu sendiri. Manusia Indonesia
yang memproklamasikan kemerdekaannya dari belenggu penjajahan tanggal 17
Agustus 1945, bertepatan pada bulan suci Ramadhan dan jatuh pada hari Jum’at.
Manusia sebagai ciptaan Allah adalah khalifah di muka bumi, berhak menuntut
ilmu di mana saja, berhak mencarai nafkah di mana saja yang kebetulan dipilih
tanah Amerika Serikat ini. Namun kewajiban menjaga iman, meningkatkan ketaqwaan
kepada Allah, menegakkan shalat dan mensyiarkan Islam perlu dibina terus. Mempertahankan nama
bangsa. Melestarikan budaya bangsa yang Islami dan Pancasilais, menjaga citra
bangsa, memberikan sumbangan kemajuan bagi tanah air dan dunia.
Kemoderenan kita bukan berarti mengabaikan nilai-nilai
ajaran Al-Qur’an, malah sebaliknya pondasi kemoderenan ini disediakan Al-Qur’an
sebagai sumber ajaran yang Islami. Iptek adalah produk manusia modern yang
bercikal bakal dari Peradaban Islam, baca juga (klik---> Bagaimana
Penemu Muslim Mengubah Dunia. Iptek adalah hasil dari
penggunaan akal. Ciri manusia modern adalah menggunakan akal dalam berencana
dan bertindak. Al-Qur’an selalu menganjurkan menggunakan akal. Banyak ayat yang
menyebutkan itu. Al-Qur’an menghargai sekali akal. Ajaran tauhid adalah ajaran
yang masuk akal. Al-Qur’an mengakomodasi kemoderenan, karena nilai Al-Qur’an
adalah untuk seluruh manusia, abadi dan berlaku sepanjang jaman.
Al-Qur’an membenarkan kitab-kitab sebelumnya
yang dibawa oleh Rasul-Rasul terdahulu. Al-Qur’an sumber pemersatu masyarakat
Indonesia dan dunia. Al-Qur’an sebagai sumber perdamaian. Umat Islam adalah
umat-tengah, umat yang adil, sebagaimana yang disebutkan dalam ajaran Islam
dalam Al-Qur’an.
“MADINATUL” MESJID
U
|
ntuk mewujudkan cita-cita masyarakat Islam
Indonesia di Amerika Serikat seperti tersebut diatas terutama warga yang berada
di Washington, D.C. dan sekitarnya termasuk Maryland dan Virginia maka
dikandung maksud untuk mendirikan “Madinatul” Masjid, Masjid seperti yang
didirikan Rasulullah SAW di Madinah, sebagai sarana kegiatan masyarakat Islam
Indonesia yang berdiaspora di Amerika Serikat ini.
Madinatul Masjid idealnya direncanakan mempunyai
manajemen dan fasilitas gedung dengan ruang serba guna yang didirikan secara
bertahap mengingat dana yang diperlukan cukup besar dan disesuaikan dengan “cashflow” swadaya masyarakat di sini.
Diharapkan dana dari luar Amerika Serikat dapat diperoleh.
Gedung ini digunakan untuk kegiatan-kegiatan
shalat; Pengajian anak-anak, remaja dan dewasa; Pengkajian Islam dan
penterjemahan buku-buku, perpustakaan, pusat informasi; Tempat tinggal
sementara para pelajar dan masyarakat yang baru datang ke Amerika Serikat; Kegiatan-kegiatan
diskusi, kuliah mingguan, pesantren kilat (summer
camp), training, P-4; Seni bela diri, oleh raga dan balai pertemuan.
PENUTUP
K
|
ita semua berkeyakinan bahwasanya dengan do’a
restu dan partisipasi aktif baik moril maupun materil dari kita semua. Insya
Allah akan bisa terwujud. Sebagaimana kata pepatah kita. “Ringan sama dijinjing,
berat sama-sama dipikul”. Hayo, berlomba-lombalah berbuat kebajikan mewujudkan
cita-cita luhur ini.
Penulis akhiri tulisan ini dengan mengutip
firman Allah SWT yang disebutkan dalam surat An-Najm yang terjemahannya sebagai
berikut:
“Dan
bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”,
(QS An-Najm 53:39).
Cita-cita ini dapat terwujud tergantung kita mau
atau tidak. Kalau kita mau ya harus kita kerjakan! Tunggu apalagi, bukan begitu? “Today it looks like a dream, but tomorrow
Insya Allah it will become true.” Billahit Taufiq wal-Hidayah. □ AFM
Sumber:
Buletin Jama’ah Jum’at KBRI, Washington D.C. No:
28, 22 Rabial Akhir 1414 AH – 8 Oktober 1993 CE. □□