●“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya
(Al-Qur’an) pada malam kemuliaan.” ●“
Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu” ●“
Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan.”
●“Pada malam itu turun malaikat-malaikat
dan malaikat Jibril, dengan izin Allah untuk mengatur semua urusan.” ●“Dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan.” ●“
Malam itu (penuh) dengan kesejahteraan sampai terbit fajar.” [QS Al-Qadr 97:1-5]
Di
dalam Kitab Durrul Mantsur terdapat sebuah hadits dari Anas ra, bahwa
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ”Lailatul Qadar 1
telah dikaruniakan kepada ummat ini (umatku) yang tidak diberikan kepada
umat-umat sebelumnya.”
T
|
erdapat
beberapa pendapat mengenai alasan dikaruniakannya Lailatul Qadar. Menurut
beberapa hadits, di antara sebabnya adalah sebagai berikut, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam pernah merenungkan
usia rata-rata umat-umat terdahulu yang jauh lebih panjang daripada usia
umatnya yang pendek. Beliau pun bersedih karena mustahil ummatnya dapat
menandingi amal ibadah umat-umat terdahulu. Oleh sebab itu, Allah Subhana Wa Ta’ala
dengan kasih sayangnya yang tidak terhingga mengaruniakan Lailatul Qadar kepada
umat Islam.
Hal
ini bermakna bahwa apabila ada seseorang yang memperoleh kesempatan beribadah
selama sepuluh malam Lailatul Qadar pada bulan Ramadhan dan mendapatkan
keberkahan malam-malam tersebut, maka ia akan mendapatkan pahala beribadah
selama 1000 bulan – setara dengan 83 tahun 4 bulan, bahkan lebih.
Riwayat
lain mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bercerita kepada
para shahabatnya tentang kisah seorang yang sangat sholeh dari kalangan Bani
Israel yang telah menghabiskan waktu selama 1000 bulan untuk berjihad fii
sabilillah. Mendengar kisah nyata ini, para shahabat Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam
merasa ingin seperti itu. Terhadap hal ini, Allah Subhana Wa Ta’ala mengaruniakan kepada para
shahabat, Lailatul Qadar sebagai ganti dari beribadah selama 1000 bulan
tersebut.
Ada
juga riwayat lainnya yang menyatakan bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam
pernah menyebutkan 4 nama nabi dari Bani Israel, yang masing-masing telah
menghabiskan waktu 80 tahun untuk mengabdi dan berbakti kepada Allah Subhana Wa
Ta’ala tanpa pernah mendurhakai-Nya sekejap pun. Mereka adalah Nabi Ayyub as,
Zakariyya as, Hizkiel as, dan Yusya’ as. Mendengar hal ini, para shahabat Nabi Shalallahu
‘Alaihi Wasallam merasa takjub dan timbul pula adanya keinginan seperti itu pula. Lalu Jibril as datang dan membacakan
surat Al Qadar yang mewahyukan tentang keberkahan malam yang istimewa ini.
Masih
ada riwayat-riwayat lainnya yang menerangkan tentang asal mula dikaruniakannya
malam Lailatul Qadar. Meskipun dalam satu masa, perbedaan ini secara umum
disebabkan oleh keadaan yang berbeda yang mengakibatkan ayat ini turun. Oleh
karena itu, penafsirannya dikaitkan dengan kejadian pada masa tersebut.
Terlepas
dari riwayat mana yang kita terima, yang penting Allah Subhana Wa Ta’ala telah
mengaruniakan kepada ummat ini malam Lailatul Qadar sebagai nikmat yang besar.
Lailatul Qadar adalah karunia Allah Subhana Wa Ta’ala dan hanya orang-orang
yang mendapatkan taufik dan hidayah yang dapat beramal di dalamnya. Betapa
beruntung orang-orang bertaqwa yang tidak pernah meninggalkan ibadah pada malam
Lailatul Qadar semenjak mereka baligh.
Tentang
penentuan jatuhnya malam Lailatul Qadar ini, terdapat sekitar 50 variasi
pendapat di kalangan alim ulama. Di sini tidak akan diuraikan semua pendapat
itu, tetapi hanya yang paling masyhur saja. Kitab-kitab hadits banyak membahas
keistimewaan dan keutamaan malam Lailatul Qadar ini melalui berbagai riwayat.
Karena
Al-Qur’an sendiri telah menyebutkan tentang malam tersebut dalam sebuah surat
yang khusus, kita akan memulainya dari penjelasan mengenai penafsiran surat Al-Qadar
tersebut, yang diambil dari tafsir Bayanul Qur’an susunan Syaikh Asyraf Ali
Tsanwi rah.a dan beberapa tambahan dari kitab-kitab lainnya.
●“Sesungguhnya Kami
telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan.”
Ayat
di atas telah menyebutkan suatu kenyataan bahwa pada malam istimewa itu, Al-Qur’an
telah diturunkan dari Lauh al Mahfudz ke langit dunia. Kenyataan ini cukup
memperkuat bukti kemuliannya, yaitu Al-Qur’an yang begitu agung diturunkan pada
malam ini. Keberkahan dan keutamaan lainnya juga tertulis di dalam surat ini.
Pada ayat berikutnya, agar menarik perhatian kita, maka diajukanlah sebuah
pertanyaan:
●“ Dan tahukah kamu
apakah malam kemuliaan itu”
Dengan
kata lain, pertanyaannya adalah ,”Tahukah kamu betapa besar dan penting malam
ini? Tahukah kamu akan besarnya nikmat dan karunia pada malam ini?” Ayat
berikutnya menerangkan keagungan malam tersebut:
●“ Malam Lailatul
Qadar itu lebih baik dari seribu bulan.”
Artinya,
pahala beribadah pada malam itu lebih baik dan lebih besar daripada pahala
beribadah selama seribu bulan. Dan kita tidak tahu seberapakah yang dimaksud
lebih besar itu.
●“Pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan malaikat Jibril, dengan izin Allah untuk mengatur semua urusan.”
Sebuah
penjelasan yang indah mengenai ayat ini telah dikemukakan oleh Imam Razi rah.a
yang berkata bahwa ketika manusia pertama diturunkan ke Bumi, para malaikat
melihatnya dengan penuh keprihatinan, sehingga mereka bertanya kepada Allah Subhana
Wa Ta’ala,” Mengapa Engkau jadikan (khalifah) di bumi, orang yang akan berbuat
kerusakan dan menumpahkan darah?” 2 Sebagaimana halnya jika ibu
bapak memperhatikan asal usul manusia, yaitu dari setetes air mani, 3
mereka akan memandangnya dengan rasa jijik sehingga dianggap sebagai sesuatu
yang mengotori pakaian dan perlu dicuci.
Namun,
ketika dari air mani itu, Allah Subhana Wa Ta’ala menjadikan seorang bayi yang
cantik, mereka pun menyayanginya dan mencintainya. Demikian pula, jika
seseorang beribadah kepada Allah Subhana Wa Ta’ala dan memuji-Nya pada malam
kemuliaan (Lailatul Qadar), maka para malaikat akan turun kepada mereka,
meminta maaf atas ucapannya dahulu tentang manusia.
Dalam
ayat ini disebutkan lafazh war rūhu (dan ruh). Yang dimaksud adalah Jibril as yang turun ke
bumi pada malam tersebut. Para ahli tafsir memberikan beragam penafsiran
mengenainya. Kebanyakan di antara mereka sepakat bahwa yang dimaksud ruh di
sini adalah Jibril as.
Menurut
Imam Razi rah.a, inilah makna yang paling tepat. Pertama Allah Subhana Wa Ta’ala
menyebutkan para malaikat, lalu Jibril as, sebab ia memiliki kedudukan khusus
di antara para malaikat, sehingga ia disebut secara terpisah. Sebagian
mufassirin berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ruh di sini adalah malaikat
yang begitu besar sehingga jika dibandingkan langit dan bumi, maka keduanya
laksana sesuap makanan saja.
Mufassir
yang lain berpendapat bahwa ruh di sini maksudnya adalah sekelompok malaikat
yang jarang muncul. Malaikat itu hanya muncul pada malam Lailatul Qadar (Malam Kemuliaan)
dan hanya dapat disaksikan oleh malaikat lainnya pada malam tersebut. Dan masih
banyak penafsiran lainnya.
Imam
Baihaqi rah.a meriwayatkan hadits dari Anas ra bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda, ”Pada malam Lailatul Qadar,
Jibril turun bersama sekumpulan malaikat dan berdoa memohon rahmat untuk setiap
orang yang ditemukan tengah sibuk beribadah pada malam itu.”
●“Dengan izin Tuhannya
untuk mengatur semua urusan.”
Mereka
turun dengan membawa kebaikan. Penyusun kitab Mazhahiril Haq menulis bahwa pada
malam inilah, dahulu kala, malaikat diciptakan, lalu Adam pun diciptakan dan
pepohonan surga ditanam. Menurut
beberapa hadits, pada malam ini, doa-doa dikabulkan. Begitu pula dalam
sebuah hadits di Kitab Durrul Mantsur, disebutkan bahwa pada malam ini Nabi Isa
as diangkat ke langit. Dan pada malam itu juga, taubat Bani Israel diterima.
●“ Malam itu (penuh)
dengan kesejahteraan sampai terbit fajar.”
Malam
itu penuh dengan kesejahteraan. Para malaikat turun secara berduyun-duyun dan bergelombang untuk menyampaikan salamnya kepada orang-orang yang beriman secara
bergiliran seperti tentara. Jika sekelompok malaikat naik ke langit, maka
digantikan oleh kelompok malaikat lainnya.
Beberapa
riwayat menyebutkan bahwa malam ini penuh dengan kesejahteraan dan keamanan
dari segala kejahatan dan keburukan. Rahmat dan berkah pada malam itu selalu
turun sepanjang malam sampai terbit fajar, tidak terbatas pada sebagian malam
saja.
Sebenarnya
setelah mengetahui keutamaan Lailatul Qadar melalui surat ini telah mencukupi
tanpa harus mengutip haditsnya. Tetapi karena banyak hadits yang menyebutkan fadhilahnya,
maka di sini akan disajikan beberapa.
Dari
Abu Hurairah ra, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,” Barangsiapa berdiri sholat pada malam Lailatul
Qadar karena Iman dan Ihtisab (suatu tahapan keyakinan
yang sempurna dan harapan ikhlas untuk memperoleh pahala), maka diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari, Muslim- Kitab At Targhib)
Penjelasan:
Maksud
berdiri di sini adalah shalat, juga meliputi bentuk ibadah lainnya seperti
dzikir, tilawah dan sebagainya. Kata-kata Mengharap Pahala maksudnya adalah
agar niat seseorang ikhlas dan jauh dari niat-niat buruk atau riya’. Seseorang
hendaknya berdiri di hadapan Allah Subhana Wa Ta’ala dengan tawadhu’
semata-mata mengharap ridha dan pahala-Nya. Menurut Khathabi rah.a, maksud
kalimat itu adalah agar seseorang benar-benar meyakini janji Allah lalu berdiri
di hadapannya dengan senang hati, bukan dengan berat hati.
Kita tahu bahwa jika seseorang
berkeinginan dan berkeyakinan kuat untuk mendapatkan pahala yang besar, maka ia
akan mudah bersungguh-sungguh dalam beribadah, bahkan semua itu akan terasa
ringan baginya. Inilah alasannya mengapa para muqarrabin merasa ringan dalam
meningkatkan dan memperbanyak ibadah mereka.
Dalam
hadits di atas penting untuk diperhatikan mengenai dosa-dosa yang akan diampuni.
Alim ulama mengatakan bahwa yang diampuni adalah dosa-dosa kecil saja, sebab
setiap ayat Al Qur’an yang menyebutkan tentang dosa-dosa besar selalu disertai
dengan lafazh Kecuali yang bertaubat. Berkenaan dengan hal ini, alim ulama
sepakat bahwa dosa-dosa besar tidak akan diampuni kecuali dengan Taubat,
sehingga bila ada hadits yang menyatakan tentang dosa-dosa yang diampuni,
mereka berpendapat bahwa yang diampuni adalah dosa-dosa kecil saja.
Maulana
Yahya (ayah Maulana Zakariyya rah.a) menjelaskan bahwa ada 2 sebab sehingga
lafazh ‘dosa-dosa kecil’ tidak disebutkan dalam beberapa hadits tentang
pengampunan dosa.
Pertama, seorang muslim yang taat, mustahil berbuat dosa
besar. Kalaupun ia melakukan dosa besar, maka ia tidak akan tenang hingga ia
bertaubat kepada Allah Subhana Wa Ta’ala.
Kedua,
ketika seorang muslim mengharap pahala ibadah pada malam Lailatul Qadar, maka
hatinya akan menyesali dosa-dosanya. Secara tidak langsung, dia akan
benar-benar bertaubat dan berniat tidak akan mengulangi melakukan perbuatan
dosa tersebut. Orang yang telah berbuat dosa besar, hendaknya benar-benar
bertaubat dengan penuh keikhlasan dengan diikrarkan secara lisan, yaitu pada
malam Lailatul Qadar atau pada saat-saat doa makbul, sehingga rahmat Allah
tercurah kepadanya dan dosa-dosanya yang kecil atau besar akan diampuni oleh
Allah Subhana Wa Ta’ala. □AFM
Catatan Kaki:
1Lailatul Qadar diartikan Malam Kemuliaan, karena
setengah dari arti qadr itu ialah kemuliaan. Dan boleh juga diartikan Lailatul
Qadar ialah Malam Penentuan, karena pada waktu itulah mulai ditentukan khittah
atau langkah yang akan ditempuh Rasul-Nya di dalam member petunjuk bagi umat
manusia. [Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar Juz 30 hal. 219]
2Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para
Malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi”. Mereka berkata, “Apakah Engkau
hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedang kami
bertasbih, memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” [QS Al-Baqarah 2:30]
3Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat; lalu sesuatu
yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging; dan segumpal daging itu lalu
kami jadikan tulang belulang; lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain - manusia.
Mahasempurna Allah, Pencipta yang paling baik. [QS Al-Mu’minun 23:12-14] □□□
Sumber:
https://dzikir20.wordpress.com/2015/06/29/malam-lailatul-qadar/