Islam
bukan agama yang hanya diturunkan untuk masa hidup Rasulullah saw, tapi untuk masa hidup seluruh umat
manusia di muka bumi: “Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul, sebelumnya telah
berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke
belakang (murtad)? Siapa yang berbalik kebelakang, maka ia tidak akan merugikan
Allah sedikitpun. Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur”, QS Āli ‘Imrān 3:144.
KATA PENGANTAR
A
|
pakah “Syumuliyyah Islam” itu?
Pertanyaan ini menjadi penting untuk dijawab bukan saja untuk meluruskan
berbagai pemahaman tentang Islam yang selama ini ada keliru atau kurang
sempurna dan ada yang salah. Bersamaan dengan itu, juga, untuk membangun
komitmen ke-Islaman yang lebih utuh dalam kehidupan sehari-hari kita.
Yang terjadi selama ini bukan saja
adanya kesenjangan antara pemahaman Islam generasi sekarang dengan pemahaman
generasi sahabat Rasulullah saw
tentang Islam, tapi juga ada kesenjangan antara Islam yang kita yakini sebagai
“agama atau jalan hidup” dengan perilaku sehari-hari kita sebagai “kenyataan
hidup.”
Syumul maknanya atau maksudnya adalah
lengkap (comprehensive,
menyeluruh). Ini berarti dengan dikaitkan dengan Islam, yaitu, bahwa
agama Islam adalah sebuah agama yang lengkap, bulat dan sempurna serta meliputi
kehidupan dunia (dalam kosakata dunia Barat disebut secular) dan akhirat (dalam kosakata dunia Barat disebut religious). Artinya (ajaran) Islam itu comprehensive, lengkap atau menyeluruh
yaitu mengatur atau ajaran untuk hidup di dunia selamat dan begitu pula akhirat
selamat pula, sebagai konsekwensi percaya kepada adanya hari akhirat - hari
pembalasan.
Ajaran Islam meliputi seluruh ajaran
kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Islam telah mengatur kehidupan manusia
dengan lengkap atau comprehensive yang
meliputi: Ibadah, akhlak, ekonomi, politik, sosial kemasyarakatan (bernegara),
kesehatan, kebudayaan, bahasa, seni, pengetahuan, hubungan antar negara atau
bangsa, alam sekitar, falsafah, sains, undang-undang dan sebagainya.
Dengan itu, syumuliyyah, artinya ajaran Islam ini mencakup seluruh dimensi kehidupan
manusia; dari pribadi, keluarga, masyarakat hingga negara dan antar negara atau
bangsa; dari sosial, ekonomi, politik, hukum, keamanan, lingkungan, pendidikan
hingga kebudayaan; dari etnis Arab dan non Arab - yaitu seluruh etnis manusia,
dari kepercayaan, sistim hingga akhlak; dari Adam hingga manusia terakhir; dari
sejak kita bangun tidur hingga kita tidur kembali; dari kehidupan dunia hingga
kehidupan akhirat. Jadi (ajaran) Islam mencakupi beberapa dimensi; yaitu
dimensi waktu, dimensi demografis, dimensi geografis dan dimensi kehidupan.
Yang dimaksud dengan dimensi waktu
adalah bahwa Islam telah diturunkan Allah swt
sejak Nabi Adam hingga mata rantai kenabian selanjutnya, kemudian ditutup pada
masa Rasulullah Muhammad saw. Dan
Islam bukan agama yang hanya diturunkan untuk masa hidup Rasulullah saw, tapi untuk masa hidup seluruh umat
manusia di muka bumi:
“Dan
Muhammad hanyalah seorang Rasul, sebelumnya telah berlalu beberapa rasul.
Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Siapa
yang berbalik kebelakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikitpun. Allah
akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur”, QS Āli ‘Imrān 3:144.
Yang dimaksud dengan dimensi demografis
adalah bahwa Islam diturunkan untuk seluruh umat manusia dengan seluruh
etnisnya. Mereka semua sama di mata Allah swt
sebagai ciptaan-Nya, yang membedakan satu sama lain adalah atas dasar atau azas
ketakwaan saja:
“Wahai
manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti”, QS Hujurāt
49:13.
“Dan
Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui”, QS Saba’ 34:28.
Yang dimaksud dengan dimensi geografis
adalah bahwa ajaran Islam diturunkan untuk diterapkan di seluruh penjuru bumi.
Maka Islam tidak dapat diidentikkan dengan kawasan Arab (Arabisme), karena itu hanya tempat lahirnya. (Ajaran) Islam tidak mengenal
sekat-sekat tanah air, sama seperti ia tidak mengenal batasan-batasan etnis.
Dan
(ingatlah), ketika Tuhamu berfirman kepada para Malaikat: “Aku hendak
menjadikan khalifah di bumi”. Mereka berkata: “Apakah Engkau hendak menjadikan
yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih, memuji-Mu
dan mensucikan nama-Mu?” Dia berfirman: “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui”, QS Al-Baqarah 2:30.
“(Al-Qur’an)
itu tidak lain adalah peringatan bagi seluruh alam, (yaitu) bagi siapa di
antara kamu yang manghendaki menempuh jalan yang lurus”, QS At-Taqwīr 81:27-28.
“Dan
Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
seluruh alam”, QS Al-Anbiyā’ 21:107.
Yang dimaksud dengan dimensi kehidupan
adalah bahwa Islam membawa ajaran-ajaran yang terkait dengan seluruh dimensi
kehidupan manusia; sosial, ekonomi, politik, hukum, keamanan, pendidikan,
lingkungan dan kebudayaan. Itulah sebabnya Allah swt menyuruh berislam secara kaffah, atau berislam dalam semua dimensi
kehidupan kita.
”Wahai
orang-orang yang beriman! Masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya,
dan jangankah kamu ikuti langkah-langkah syaitan. Sungguh, ia (syaitan) musuh
yang nyata bagimu”, QS Al-Baqarah 2:208.
Ini pula yang dimaksud Allah swt bahwa Ia telah menyempurnakan agama
ini dan karena itu meridhoinya sebagai agama terbaik bagi umat manusia: “Pada hari ini
telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu,
dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu”, QS Al-Mā’idah 5:3.
Dalam pemaparan tajuk Syumuliyyah Islam
ini dibagi menjadi dua serial tulisan yang bersambung. Silahkan menyimak kedua
serial tulisan Syumuliyyah Islam 1 dan
dilanjutkan ke Syumuliyyah Islam 2 dari yang merupakan edisi ke-2 (penyempurnaan
tulisan dan lay out yang sebelumnya).
Mudah-mudah tulisan ini mudah dicerna
yang dengan itu meningkatkan pemahaman kita tentang agama (way of life) Islam ini dan selanjutnya amalan hidup kita terbimbing
sesuai dengan (ajaran) Islam yang dimaksud (sebenarnya). Billahit taufiq wal-Hidayah. □ AFM
MENELUSURI MAKNA SYUMULIYYAH ISLAM
MAKNA ISLAM
D
|
ari akar katanya dalam bahasa Arab,
Islam mempunyai arti-arti sebagai ● Ketundukan; ●
Penyerahan Diri, ● Keselamatan, ● Kedamaian, ● Kesejahteraan.
Makna Ketundukan dan Penyerahan diri kita temukan, contohnya dalam Firman Allah swt dalam ayat yang tercantum dalam Kitab Suci-Nya yang artinya:
Makna Ketundukan dan Penyerahan diri kita temukan, contohnya dalam Firman Allah swt dalam ayat yang tercantum dalam Kitab Suci-Nya yang artinya:
“Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allah, padahal apa yang ada di langit dan di bumi berserahkan diri (tunduk) kepada-Nya, (baik) dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada Allah lah mereka dikembalikan”, QS Āli ‘Imrān 3:83.
Makna keselamatan
kita temukan, contohnya, dalam ayat ini:
“Dengan kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang
mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang itu dari
gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan
menunjukan ke jalan yang lurus”, QS Al-Mā’idah 5:16.
Makna kedamaian
kita temukan, contonya dalam ayat ini yang artinya:
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka terimalah
dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”,
QS Al-Anfāl 8:61.
Makna kesejahteraan
kita temukan, contohnya, dalam ayat ini:
“Doa mereka di dalamnya ialah: “Subhānakallāhumma”
(Maha Suci atau Sempurna Ya Tuhan Kami) dan
salam penghormatan mereka ialah: “Salam”
(kesejahteraan dan kesentosaan untukmu). Doa
penutup doa mereka ialah “Alhamdulillāhi Rabbil ‘Ālamīn” (segala puji bagi Allah Tuhan
semesta alam)”, QS Yūnus 10:10.
Ber-Islam, seperti itu, berarti
menundukkan dan menyerahkan diri sepenuh-penuhnya, secara mutlak, kepada Allah swt untuk diatur sesuai dengan
kehendak-Nya. Dan kehendak-kehendak Allah swt
itu tertuang secara utuh dalam agama yang Dia (Allah) turunkan kepada umat
manusia, sebagai petunjuk abadi dalam menjalani kehidupan mereka di muka bumi,
melalui perantara seorang Rasul, Muhammad saw,
yang kemudian Ia beri nama “Islam”.
Asas ketundukan dan penyerahan diri itu
adalah pengakuan yang tulus dari kesadaran yang dalam - lubuk hati - bahwa kita
dan seluruh alam semesta adalah ciptaan Allah swt. Karena itu Allah swt
berhak mengatur segenap ciptaan-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. Selanjutnya
Allah swt menjelaskan
kehendak-kehendak-Nya dalam dua bentuk:
Pertama, kehendak Allah swt yang bersifat pasti, mutlak dan mengikat seluruh ciptaan-Nya, baik manusia maupun alam. Inilah yang kemudian kita sebut dengan ‘Sunnah Kauniyah’. Dalam pengertian ini, maka seluruh makhluk di jagad ini telah menyatakan ketundukan dan penyerahan dirinya (ber-Islam) kepada Allah swt.
Perhatikan firman Allah swt berikut ini yang artinya:
“Tidakkah engkau tahu, bahwa siapa yang ada di langit dan siapa
yang ada di bumi bersujud kepada Allah, juga matahari, bulan, bintang-bintang,
pohon-pohon, hewan-hewan yang melata dan banyak diantara manusia? Tetapi banyak
(manusia) yang pantas mendapat azab. Barangsiapa dihinakan Allah, tidak seorang
pun yang akan memuliakannya. Sungguh, Allah berbuat apa saja yang Dia (Allah) kehendaki”,
QS Al-Hajj 22:18.
Kedua, kehendak Allah swt yang bersifat pilihan, berupa aturan-aturan dan pranata sistim bagi kehidupan manusia. Inilah yang kemudian kita sebut ‘Syariat atau Agama’. Inilah yang dimaksud Allah swt dalam firman-Nya:
“Kemudian Kami jadikan engkau mengikuti syariat (peraturan) dari
agama itu, maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti keinginan
orang-orang yang tidak mengetahui”, QS Al-Jātsiyah 45:18.
Manusia dan alam tidak bisa melepaskan diri dari kodrat sebagai ciptaan. Karena itu setiap penolakan terhadap kehendak-kehendak Allah swt, baik yang “kauniyah” maupun yang “syar’iyah”, selalu berarti pembangkangan terhadap Sang Pencipta, penyimpangan dari garis kebenaran, isolasi dan benturan dengan alam. Ujung dari pembangkangan itu adalah bahwa manusia selamanya akan tertolak oleh Allah, alam semesta dan disharmoni dalam hubungan antar sesama manusia.
Simaklah bagaimana Allah menolak
mereka:
“Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan
diterima, dan di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”, QS Āli ‘Imrān 3:85.
Sekarang simaklah bagaimana alam
mengisolasi mereka:
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata
mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai
apa yang telah mereka kerjakannya”, QS Al-A’rāf 7:96.
Disebutkan pula di ayat yang lain:
“Barang siapa mempersekutukan Allah, maka seakan-akan dia jatuh
dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang
jauh”, QS Al-Hajj 22:31.
Akan tetapi, apabila kehendak-kehendak
Allah swt yang diturunkan dalam
bentuk syariat atau aturan dan pranata sistim bagi kehidupan manusia, maka itu
berarti bahwa Islam – yang kemudian menjadi nama bagi syariat tersebut – adalah
jalan hidup, atau suatu sistim yang diturunkan Allah agar manusia menata
kehidupannya dengan sistim itu.
Jadi, Islam bukan hanya ritual-ritual
belaka yang kita lakukan sebagai sebentuk ketundukan kepada Allah swt. Islam jauh lebih luas dari sekedar
ritual belaka. Islam adalah sistim kehidupan yang lengkap dan paripurna serta
bersifat unversal. Ia mengatur kehidupan kita sejak kita bangun dari tidur
sampai kita tidur kembali. Ia menata kehidupan kita sebagai individu dan
masyarakat. Menata ibadah kita seperti ia menata ekonomi dan politik kita. Ia
menata hukum kita seperti ia menata kehidupan sosial budaya kita. Ia adalah
Qur’an dan pedang, masjid dan pasar, agama dan negara, iman dan ilmu, ibadah
dan seni.
Allah swt sebagai pencipta manusia, maka Dia pulalah yang paling mengetahui apa yang dibutuhkan manusia untuk membuat kehidupannya menjadi lebih baik. Maka hak prerogatif Allah untuk mengatur manusia (Hakimiyyatullah) bukan saja datang kodrat-Nya sebagai Pencipta, tapi juga pengetahuan dan keadilan-Nya.
Dan karena itu pula, penyerahan diri
kita kepada-Nya bukan lahir dari pengakuan akan kepenciptaan-Nya, tapi lahir
dari pengetahuan kita tentang pengetahuan dan keadilan-Nya serta ungkapan rasa
syukur atas karunia terbesar-Nya, yaitu agama Islam.
“Sungguh, Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus”, QS Al-Isrā’ 17:9.
“Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa
takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati”, QS Al-Baqarah 2:38.
“Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu”, QS Al-Qashash 28: 77.
Bersambung ke (klik--->): Syumuliyyah Islam 2 □ AFM
Sumber:
Terjemahan ayat-ayat berpedomankan
kepada Terjemahan Tafsir Per Kata AlFatih, Pustaka AlFatih.
http://www.tayibah.com/eIslam/syumul.php
http://hidayahdieya.blogspot.com/2010/10/ciri-ciri-tasawur-islam-al-syumuliyyah.html
https://infodakwahislam.wordpress.com/2013/04/10/karakteristik-islam-syumuliyyah/□□