Tuesday, December 23, 2014

Pelajaran dari Roma (I)



oleh A. Faisal Marzuki



Memperkenalkan kepada kalangan pembaca blog ini akan esensi dan kearifan, keindahan dan keagungan daripada kitab suci al-Qur’an surat ke-30 yaitu ar-Rūm ayat 2 sampai dengan ayat 7.


PENGANTAR

   Roma atau Rome (bahasa Arab Rūm) sekarang adalah nama kota di Italia yang terletak di benua Eropah, bagian selatan. Dibatasi laut Mediterranean terdapatlah benua Afrika. Negara yang terdekat dari Italy dengan Afrika Utara adalah Lybia. Sempat Lybia ini diduduki Italia tahun 1911 sampai 1943. Sebenarnya Eropah bukanlah sebuah benua melainkan (bagian atau melekat dengan) benua Asia. Boleh juga disebut Eurasia yang artinya Eropah (Europe) dan Asia. Wilayah benua (yang disebut) Eropah ini besar 9,938,000 km persegi. Dibandingkan dengan luas permukaan bumi besarnya 2%. Sedangkan dibandingkan dengan luas permukaan tanah bumi besarnya 6,8 %.

   Penduduknya benua Eropah kini berjumlah lk 0.35 milyard diatas penduduk Amerika Serikat tidak termasuk Eropah Timur. Eropah termasuk Eropah Timur dan Rusia serta Turki  lk 0.74 milyard. Benua Eropah (Barat, Timur dan Rusia, serta Turki) jumlah penduduknya nomor 4 di dunia. Sedang nomor pertama adalah benua Asia dengan jumlah 4.30 milyard. Nomor kedua adalah benua Afrika dengan jumlah 1.11 milyard. Nomor ketiganya adalah benua Amerika dengan jumlah 0.97 milyard. Sedangkan jumlah total penduduk dunia seluruhnya sebanyak 7.16 milyard. Semua berdasarkan sensus 2013. 1
    
   Roma menjadi  sesuatu yang penting, masyhur dan menggoda orang untuk pergi kesana, terutama bagi yang suka dengan kesejarahan. Dewasa ini namanya tetap diabadikan menjadi sebuah nama kota di negara Italia. Jarang orang yang tidak singgah ke sana jika pergi ke Eropah. Kenapa? Karena di daerah sekitarnya terdapat reruntuhan dan puing-puing peninggalan sejarah kemasyhuran Kerajaan Romawi (The Roman Empire dalam bahasa Inggris; Imperium Romanum dalam bahasa Latin; Ar-Rūm dalam bahasa ‘Arab dalam al-Qur’an) yang menegakkan bulu roma, tanda kekaguman manusia kini atas kejayaannya dulu. Gedung Thomas Jefferson Memorial bergaya bangunan asli yang bersesuaian dengan neoclassical arsitektural Pantheon yang terdapat di Roma sewaktu Kerajaan Romawi berjaya 2000 tahun yang lalu. Didirikan gedung memorial itu sebagai penghargaan kepada Jefferson selaku Presiden Amerika ke-3 yang berkualifiaksi: Negarawan; Penulis Rancangan dari Deklarasi Kemerdekaan; Penasehat konstitusi; serta Visioner.

   Kerajaan Romawi atau Ar-Rūm ini ada, setelah Yunani runtuh. Namun peninggalan  khasanah intelektual (filsafat) Yunani seperti Aristoteles, Plato dan mitologi-mitologi Yunani seperti Apollo, Venus dan sebagainya tetap dipelihara dan kemudiannya diterjemahkan dari bahasa Greek ke Latin dari Latin ke Arab. Kemudian oleh bangsa Arab ini diambil manfaatnya dari hal-hal yang yang tidak bertentangan dengan aqidah Islam oleh kaum Muslimin (Arab) ketika berjaya di Spanyol, Eropah. Ketika itu sama sekali khasanah ilmu Yunani ini diabaikan oleh bangsa Barat, kecuali kemudiannya bangsa Barat belajar ke universitas-universitas Islam di Spanyol pada abad tengah.

   Kemasyhuran Kerajaan Romawi itu tidak begitu saja dilewatkan oleh al-Qur’an al-Karīm (baca al-Qur’anul-Karīm), suatu kitab suci bukan saja untuk umat Islam melainkan untuk seluruh umat manusia. Thomas Clearly dalam bukunya The Essential Koran, The Heart of Islam dalam kata pengantarnya 2 menyebutkan:

“…to introduce the non-Muslim reader to the essential wisdom, beauty, and majesty of the sacred book.”

…memperkenalkan kalangan pembaca yang bukan Muslim akan esensi kearifan, keindahan dan keagungan dari pada kitab suci (al-Qur’an).

Bagi kita kaum muslimin al-Qur’an tentunya lebih dari itu. Al-Qur’an merupakan petunjuk jalan kehidupan agar selamat dan sejahtera di dunia serta selamat dan sejahtera di akhirat. Untuk itu patut kita ketahui, terutama menangkap isi pesan dari ayat-ayat al-Qur’an yang terdapat di dalamnya. Khususnya mengenai surat ar-Rūm seperti yang dikaji disini yang kelak setelah anda ikuti paparan penulis ini akan menangkap maksud yang sesungguhnya dari surat itu, kemudiannya.


S
ekarang bukalah kita suci al-Qur’an itu. Disana ada surat ke-30 dari 114 surat yang ada, namanya Ar-Rūm. Kata ar-Rūm terambil dari bahasa Arab (al-Qur’an) artinya adalah bangsa Roma atau bangsa Romawi dengan pemerintahannya bernama ‘The Roman Empire’, bahasa Inggris atau Imperium Romanum, bahasa Latin yang selanjutnya kita sebut saja sebagai Kerajaan Romawi. Kerajaan ini sangat dikenal dalam sejarah. Berdiri tahun 27 SM ( sebelum nabi Isa as lahir). Berakhir pada tahun 1453 M ketika ‘Ottoman Empire’ (Turki) berhasil menaklukkannya. Jadi The Roman Empire berkuasa selama hampir 15 abad lamanya atau 1 ½ milennium. Termasuk yang terlama dan terluas menguasai dunia diluar wilayahnya yang asli Roma, Italia.

   Sebab apa surat ini bernama Ar-Rūm? Tidak lain adalah pada ayat 2 setelah ayat 1 Alif Lam Mim, diceritakan kisah Kerajaan Romawi seperti yang difirmankan (katakan) Allah pada ayat 2, 3, dan 4 dalam surat ke -30. Bertalian dengan ayat itu adalah 5, 6 dan 7 yang merupakan ayat-ayat kunci dari hikmah ayat-ayat sebelumnya yang berisi pengajaran Allah Azza wa Jalla kepada kita. Allah memberikan ilmu hikmah-Nya bagi kita, berupa pemberian harapan kepada kaum Muslimin ketika itu sebagai masyarakat Islam yang sangat minoritas dan baru berumur lk 6 tahun, ditengah kaum musyrikin yang sangat solid. Mereka tidak suka dan menentang ajaran (baru) Islam yang sama sekali berbeda dengan ajaran dan praktek ‘way of life’ nenek moyang mereka. Untuk itu tidak segan-segan melakukan kekerasan bukan saja dengan kata-kata atau berita (terror mental) tapi juga melakukan penganiayaan phisik. Selanjutnya kaum Muslimin Makah ketika itu mengharapkan (hope atau dream) akan dapat ditegakkannya cita-cita Islam mengganti ajaran jahiliyah. Yaitu harapan yang menjadi kenyataan atau mimpi yang terwujud senyata-nyatanya dalam realitas (dream come true), sebagaimana janji-Nya. Memang kalau Allah Azza wa Jalla berjanji itu pasti akan berlaku. Baik pada masa lalu, kini dan mendatang, dan seterusnya. Bagaimana asalnya bisa terjadi? Asalnya terjadi bila ayat-ayat ajaran-Nya (perintah-Nya dilakukan, larangan-Nya ditinggalkan, memahami ‘sunatullah’ dan akhlak kehidupan, serta nilai moral mana yang baik dan mana yang buruk). Maka dari itu galilah, kajilah isi maksudnya, pahamilah dan selanjutnya tentunya  diamalkan (dikerjakan) dalam kehidupan kita sehari-hari.

   Kita sekarang sudah sangat jauh ketinggalan kereta dalam ber-‘fastabiqul khairat’ dengan umat lain dalam kehidupan di dunia, 3 dalam hal ini maksudnya berlomba-lomba dalam membuat kebaikan kebutuhan sarana  hidup dunia yang akan mempengaruhi kehidupan akhirat (sebagai manusia bashar disamping ruh). 4  Sementara Ukhuwah Islamiyah sesama umat masih dalam pencarian sendiri-sendiri (belum terbentuk dalam kesatuan koordinasi yang solid dalam merumuskan arti) bagi kebaikan semua manusia yang hidup di bumi, disamping sebagai sesama umat Muslim. Dunia atau Bumi planet biru yang mempesona ini sebenarnya pada hakekatnya sebagai ladang ibadah yang menentukan kehidupan kita di akhirat kelak dan di bumi sebagai jembatan ke akhirat (as a bridging from world of earth to go to the world of hereafter). 5 ©AFM


Bersambung ke: Pelajaran dari Roma (II)


Catatan kaki:
1Sebagai koreksi atas tulisan penulis yang menyebutkan penduduk dunia 6 milyard atau 6 milyard lebih, yang sebenarnya menurut sensus penduduk 2013 berjumlah 7.16 milyard.
2The Essential KORAN, The Heart of Islam, Thomas Clearly, Published by Castle Books, New Jersey, USA 1993.
3Kehidupan ekonomi rumah tangga; Pendidikan dan keseimbangan ajaran hidup agama dan dunia sebagai (sarana) ladang ibadah; Rasa persaudaraan dan semangat ukhuwah islamiyah; Keahlian organisasi-manajemen; Kesadaran berimamah (berkepemimpinan); Imamah yang berorientasi dalam memprioritaskan kepentingan hidup anggota dibawah sebagai ‘batu bata’ kokoh dari bangunan jamaah islamiyah; Serta nilai moral kepemimpinan yang berakhlak tinggi; Juga menguasai Ilmu dan Teknologi yang terbaik.
4●Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia hadapkan kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat untuk dimintai pertanggungan jawab amalan siapa-siapa saja yang benar-benar baik semasih di dunia). [QS al-Baqarah 2:148]
●Yang menjadikan mati (tidak bisa beramal lagi) dan hidup (ada kesempatan untuk berbuat amal kebajikan sebaik dan sebanyak mungkin), supaya Dia (Allah) menguji (melihat kesempatan perbuatan amal yang ada), (untuk melihat dan mengetahui) siapa diantara kamu (manusia) yang lebih baik amalannya. Dia Maha ‘Azīz (Maha Perkasa, All-Mighty) lagi Al-Ghofūr (Maha Pengampun, Oft-Forgiving). [QS al-Mulk 67:2]
5●Dan carilah negeri akhirat [dengan melakukan amalan ibadah semasih di dunia] dengan apa yang telah dianugerahkan [iman, kemauan, waktu, tangan, akal, harta rezeki, ilmu, keahlian, jamaah (organisasi dan manajemen), akal dan kesadaran] Allah kepadamu. Tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu (hidup selamat dan sejahtera) di dunia. [QS al-Qashash 28:77]
●…kecuali orang-orang yang BERIMAN dan MENGERJAKAN AMAL SHALEH (BAIK), maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. [QS at-Tīn 95:6]

Thursday, December 18, 2014

World Views of Islam (VII)



oleh A. Faisal Marzuki




Bahwa barang siapa yang membunuh manusia, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di bumi, maka yang membunuh itu seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. [QS al-Ma’idah 5:32]


D
emikianlah kalau pandangan hidup yang digunakan manusia yang berasal dari pikiran manusia saja. Itupun tidak satu pendapat, tapi banyak pendapat. Bahkan ada satu sama lainnya saling bertentangan, seperti yang telah diuraikan seperlunya dalam tulisan World Views of Islam (VI), sebelumnya. Kalau cara pandangan ini dilanjutkan pada millennium 1 ketiga (mulai abad ke-21 yang sudah berpenduduk 7 milyard lebih) ini dijadikan dasar pijakan hidup manusia tanpa melibatkan petunjuk (paradigma, nilai-nilai, akhlak, ajaran hidup) dari Rabb Semesta Alam, bagaimana hidup umat manusia di Bumi ini, nantinya?

   Jawabnya, cepat atau lambat akibatnya akan kacau-berantakan (chaos), dan lebih jauh lagi - jika dibiarkan saja- akan benar-benar menjadi hancur-berantakan (catastrophic). Karena ulah manusia maka siksa (akan) datang dari-Nya - sebagai hukum alam-Nya yang pasti berlaku (sunatulLah) - seperti yang telah terjadi pada bangsa-bangsa yang lalu. Pada zaman nabi Nuh as, selamatlah orang-orang yang beriman yaitu percaya kepada firman-firman Allah swt dalam hal apa yang dibolehkan dan apa yang tidak dibolehkan - do it and don't do it - karena itu ada maksud baik dari Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang bagi makhluk-makhluk-Nya. Seperti kalau tidak mau mendengarkan firman-firman-Nya yang mengatakan akan ada banjir bandang besar kalau tidak mengikuti perintah-Nya. Umat yang percaya kepada firman Allah swt yang disampaikan nabi Nuh as melaksanakannya beserta binatang-binatang yang diperlukan bagi manusia berada di atas kapal, selebihnya - yang tidak percaya dan mengolok-olokkannya - kemudiannya tenggelam di telan bulat-bulat oleh air banjir dahsyat dunia. Dan ada lagi peristiwa-peristiwa lainnya. Selanjutnya, peristiwa di Pompeii, Italy dari meletusnya gunung Vesuvius di tahun 79 CE yang mengeluarkan lava yang meleleh dan sangat panas di tengah malam dimana penduduknya telah melakukan perbuatan keji (fahsyā-i) dan kemungkaran (munkari) sedang tertidur lelap. Ada juga yang masih jaga (belum tidur) tapi tidak menyadari adanya lava yang telah membanjiri jalan-jalan dan rumah-rumah mereka sehingga tidak bisa mengelak lagi.

●●●
  
   Sebenarnya bangunan bangsa atau bangsa-bangsa dimulai dari diri sendiri. Dari diri diri ini tersusun menjadi satu keluarga. Dari keluarga inilah kita belajar dari hidup individual menjadi hidup bersosial. Membina rumah tangga yang tenteram diantara kamu dalam suasana kasih (mawaddah, love) dan sayang (rahmah, mercy). 2 Tanpa membangun (suasana) kasih dan sayang, bangunan rumah tangga tidak akan pernah ada. Kunci sukses hidupnya terletak dari bersosial rumah tangga itu adalah mawaddah wa rahmah, love and mercy inilah sebagai perekat hidup individual menjadi hidup dalam bersosial rumah tangga yang berlanjut menjadi anak-cucu keturunannya. Inilah cikal bakalnya menjadi suatu masyarakat yang lebih luas lagi, yang juga meneruskan tradisi kasih dan sayang. Dengan cara itu keluarga bangsa dan keluarga antar bangsa akan langgeng seperti kehidupan ‘mini’ keluarga seperti diuraikan diatas.

   Disamping itu dalam bentuk yang lebih besar lagi adalah suku atau bangsa. Seperti kita sudah maklumi bahwa setiap bangsa terdiri dari suku-suku dengan berbagai bahasa dan warna kulit. Dari kelompok suku yang satu dengan yang lainnya apakah bisa bergaul? Dari lain bahasa bisa berinteraksi dalam satu kampung atau kota? Atau warna kulit berbeda satu dengan lainnya ada hambatan walaupun satu bahasa sehingga perlu ada pemisahan seperti:  di sekolah; di kendaraan umum; di pasar; atau di rumah ibadat? Dari satu orang atau kelompok terhadap satu orang atau kelompok lain, apakah perlu saling hujat menghujat? Dari bangsa satu terhadap bangsa lain apakah perlu saling perang memerangi?

   Dalam kenyataannya sekarang ini, bangsa-bangsa di dunia ini terdiri dari suku-suku bangsa, bahasa, warna kulit. Dalam hal ini konsep ajaran Islam menggariskan bahwa semua bangsa terdiri dari berbagai bahasa; warna kulit; suku itu, berasal dari satu keturunan. Semuanya berasal dari satu bapak, yaitu Adam as. Jadi kedudukannya sama yang satu dengan lainnya. Tidak ada perbedaan dalam bersosial kemasyarakatan seperti berbangsa dan berantar bangsa, sebagaimana firman Allah swt menyebutkan: Wahai manusia! Sesungguhnya Kami (Allah swt) menciptakan kamu dari seorang laki-laki (Adam as) dan seorang perempuan (Hawa as, Eve as), dan (kemudiannya dari keturunan Adam dan Hawa) menjadi berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling lita’ārafū. 3 Lita’ārafū artinya saling kenal mengenal; saling menghargai satu sama lain (respect each other); sapa menyapa; atau tolong menolong, itu lebih baik. Setidak-tidaknya, tidak saling membenci atau memerangi satu sama lainnya. Maknanya adalah status sosial di mata Allah swt adalah sama. Tidak ada kasta. Satu yang lainnya tidak ada beda di hadapan Allah Penciptanya. Dari kesemuanya itu bagi-Nya ukurannya adalah siapa diantara kamu dari orang-seorang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang bertakwa kepada-Nya. Dalam hal takwa yang dimaksudkan di sini adalah menjalani perintah lita’ārafū, sebagai individual atau kelompok dan kelompok yang lebih besar lagi seperti bangsa dan antar bangsa. 4  Lita’ārafū, saling kenal mengenal (respect each other). Setidak-tidaknya tidak saling merendahkan; merasa lebih dari yang lain; atau memerangi satu sama lainnya.

   Lita’ārafū dapat ditegakkan jika ada kedamaian atau peace. Kedamaian dapat ditegakkan karena adanya keadilan, 5 lawan keadilan adalah kezaliman; keseweng-wenangan; curang karena merasa lebih kuat atau lebih cerdik atau lebih tinggi derajatnya dalam suatu sistim sosial kemasyarakatan dalam berbangsa dan antar bangsa. Dalam sistim sosial terbuka di abad ke-21 ini dimana citizen (warga anggota) bangsa atau antar bangsa sangat memerlukan konsep lita’ārafū. Tegaknya lita’ārafū  ini bisa dijamin dengan adanya suasana peace (damai; tidak main hakim sendiri dengan melakukan kriminal), love (saling menghargai, membantu, dan memberi maaf), juctice (adanya keadilan), tolerant (dalam berbeda pendapat atau agama) 6, honesty (jujur; tidak berbuat salah yang disengaja; tidak berkata bohong) dan integrity (berakhlak mulia,7 satu kata dengan perbuatan dan bertanggung jawab akan hal itu - jangan lain apa yang dikatakan (apa yang dijanjikan) tapi tidak dilakukan (khianat)  8, empati – merasakan ada orang lain). Menjauhi kejahatan seperti cara-cara tidak adil; zalim (menindas); keseweng-wenangan – karena merasa kuat; dan berbuat curang (unfair).




   Kemudian menetapi janji apabila berjanji, 9 seperti undang-undang yang dibuat dan disyahkan mesti dilaksanakan. Menjadi saksi yang benar, apabila diminta atau tidak diminta. Jangan melanggar sumpah setelah diikrarkan, 10 seperti sumpah dalam pengadilan atau jabatan sewaktu diangkat sebagai pegawai atau pejabat tertentu dalam jabatan pemerintahan mesti dipenuhi
.
●●●

   Bagaimana dengan berita yang melebih-lebihkan dari masalah yang sebenarnya, apalagi dengan pemberitaan yang genjar dan kadang kala memutar balikkan fakta dalam berita umum melalui misalnya TV; Surat Kabar; Radio; Facebook; Email; dan berita beranting yang tidak dicek dulu kebenarannya, semuanya itu dalam kategori melakukan kebencian (hate, hasad). Hal tersebut jangan dibalas lagi dengan kebencian (hate, hasad). Karena apa? Karena kebencian dibalas dengan kebencian tidak akan menyelesaikan masalah, melainkan dengan keyakinan yang besar akan posisi kebenaran yang dimiliki dengan menunjukkan kebaikan akhlak (morality, integrity, honesty, responsibility, kindness, patient  11). Orang yang hasad sebenarnya masih jahil (bodoh), karena tidak tahu kebenaran yang sesunggahnya dari keyakinan orang yang dibencinya. Sadarilah bahwa mereka yang melakukan kebencian itu sebenarnya butuh ditunjuki jalan keyakinan yang benar (akhlak Rasul saw demikian). Kata orang sini “Hate can’t drive out Hate, only Love can do.” Lain hal kalau hasad berubah jadi fitnah, maka sesungguhnya ceritanya akan lain.  Karena fitnah itu lebih berbahaya dari pembunuhan. 12
    
   Allah lebih menyukai jalan yang tidak dengan kekerasan, seperti membunuh orang 13  Lebih baik ditempuh dengan jalan musyawarah. 14 dan damai. 15  Demikianlah uraian terakhir dari tema tulisan World View of Islam ini. ©AFM


 

Catatan kaki:
1Satu millennium sama dengan seribu tahun.
2Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia (Allah swt) mencipta untukmu istri-istri dari jenismu sendiri (yaitu sesama manusia). supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya (istrinya, demikian sebaliknya) dan dijadikannya diantaramu rasa kasih dan sayang. [QS ar-Rūm 30:21]
3[QS al-Hujarat 49:13]
4Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu [QS al-Hujarat 49:13]
5Sesungguhnya Allah menyuruh (memerintahkan kamu) berlaku adil. [QS an-Nahl 16:90]
6Tidak ada paksaan untuk memeluk agama Islam, sesungguhnya telah jelas perbedaan antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. [QS al-Baqarah 2:256]
   Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah pula menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu dan untukku agamaku – toleransi. [QS al-Kafirun 109:4,5,6]
7Sesungguhnya aku (Rasul saw) diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia (budi pekerti yang menghantarkan manusia menuju peradaban yang maju dan mulia). [Al-Hadits]
8Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang (kemudiannya) tidak kamu perbuat (kerjakan)? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa (berkata, berjanji) yang (kemudiannya) tiada kamu kerjakan. [QS ash-Shaff 61:2-3]
9Dan tepatilah janji dengan Allah apabila berjanji. [QS an-Nahl 16:91]
10dan janganlah kamu melanggar sumpah setelah diikrarkan. [QS an-Nahl 16:91] 
11Patient [adjective word]: Able to accept or tolerate delays, problem, or suffering without becoming annoyed or anxious. "Be patient, your time will come." - Don't think every things is just change it instantly.
12…dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan,… [QS al-Baqarah 2:191]
13Bahwa barang siapa yang membunuh manusia, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan semua manusia. [QS al-Ma’idah 5:32]
14dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan (yang diperselisihkan) itu. [QS ‘Āli Imrān 3:159]
15Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condongkanlah kepadanya (perdamaian itu) dan setelah perjanjian perdamaian itu dilakukan) bertawakallah (Allah swt akan menjaganya) kepada Allah. Sesungguhnya Dialah (Allah swt lah) Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [QS al-Anfāl 8:61]

Baca pula blog ini dengan judul “Tatanan Masyarakat dalam Al-Qur’an (III) ”; “Tatanan Masyarakat dalam Al-Qur’an (IV)”; “Muamalah & Karakter Muslim”, karena menguatkan (tali bertali dengan) tulisan terakhir dari “World Views of Islam (VII) ini.

Blog Archive