Monday, March 30, 2020

Keutamaan Doa Sayyidul Istighfar






KEUTAMAAN
DO’A SAYYIDUL ISTIGHFAR
Oleh: A. Faisal Marzuki



T
idak ada manusia yang tidak terlepas dari berbuat kesalahan, khususnya dalam kesalahan yang menyangkut dengan agama disebut dosa. Manusia adalah makhluk bila imannya sedang tidak stabil atau tidak kuat, maka mudah sekali terjerumus dalam berbuat dosa. Agar manusia tetap terlindung dari dosa yang ia perbuat maka salah satu caranya adalah dengan melakukan istighfar yang dengan itu juga selalu sadar untuk berupaya menghindari perbuatan-perbuatan buruk yang dilarang-Nya. Salah satunya adalah dengan do’a sayyidul istighfar.

Do’a sayyidul istighfar terambil dari bahasa dīn al-Islām (baca: dinul islam) yaitu bahasa Arab yang artinya adalah 'penghulu istighfar'. Rasulullah shalallāhu ‘alaihi wa sallam menyebut do’a sayyidul istighfar ini melebihi dari seluruh bentuk do’a istighfar dalam hal keutamaan. Sebagaimana namanya sayyid, maka maknanya memiliki kedudukan yang tinggi. Kenapa? Karena lafadz do’anya yang ada didalamnya mengandung nilai makna yang luar biasa dahsyatnya. Sehingga do’a ini adalah do’a yang memiliki kedudukan yang tinggi dari do’a-do’a  istighfar yang lain.

Lafadz dari do’a sayyidul istighfar yang diambil dari Hadits Riwayat dari Al-Bukhari sebagai berikut:

للَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ،
أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

Bacaan latinnya adalah sebagai berikut:

Allāhumma Anta Rabbī, Lā Ilāha Illā Anta Khalaqtanī, Wa Annā ‘Abduka, Wa Anā ‘Alā ‘Ahdika, Wa Wa’dika Mastatha’tu, A’ūdzu Bika Min Syarri Mā Shana’tu, Abū-ū Laka Bini’matika ‘Alayya, Wa Abū-ū Bidzanbī, Faghfirlī, Fa Innahū Lā Yaghfirudz Dzunāba Illa Anta. (HR Al-Bukhari).

Terjemahannya:

Ya Allah! Engkau adalah Tuhanku; Tidak ada Tuhan selain Engkau yang telah menciptakanku; Dan aku adalah hamba-Mu; Aku akan berusaha selalu taat kepada-Mu; Sekuat kemampuanku (- Ya Allah); Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang kuperbuat; Kuakui segala nikmat yang Engkau berikan padaku; Dan kuakai pula dosa-dosaku (dan keburukan-keburukanku); Maka ampunilah aku (- Ya Allah); Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali Engkau.


Mari kita tilik isi lafadz dari do’a sayyidul istighfar yang diambil dari Hadits Riwayat dari Al-Bukhari sebagai berikut:

Allāhumma Anta Rabbī - Ya Allah! Engkau adalah Tuhanku;
Lā Ilāha Illā Anta Khalaqtanī - Tidak ada Tuhan selain Engkau yang telah menciptakanku;
Wa Annā ‘Abduka - Dan aku adalah hamba-Mu;
Wa Anā ‘Alā ‘Ahdika - Aku akan berusaha selalu taat kepada-Mu;
Wa Wa’dika Mastatha’tu - Sekuat kemampuanku (- Ya Allah);
A’ūdzu Bika Min Syarri Mā Shana’tu Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang kuperbuat;
Abū-ū Laka Bini’matika ‘Alayya - Kuakui segala nikmat yang Engkau berikan padaku;
Wa Abū-ū Bidzanbī - Dan kuakai pula dosa-dosaku (dan keburukan-keburukanku);
Faghfirlī - Maka ampunilah aku (- Ya Allah);
Fa Innahū Lā Yaghfirudz Dzunāba Illa Anta - Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali Engkau.

Sungguh luar biasanya maknanya do’a dari Sayyidul Istighfar sebagaimana disebutkan diatas.


KEUTAMAAN DO’A SAYYIDUL ISTIGHFAR

Do’a sayyidul istighfar salah satu keutamaannya adalah menjadi penduduk surga. Sebagaimana Sabda Nabi shalallāhu ‘alaihi wa sallam yang artinya:

“Barangsiapa mengucapkannya di siang hari dalam keadaan yakin dengannya kemudian dia meninggal dunia pada hari itu sebelum petang hari, maka dia termasuk penduduk surga.”

“Dan siapa yang mengucapkannya di waktu malam hari dalam keadaan dia yakin dengannya, kemudian dia meninggal dunia sebelum shubuh maka dia termasuk penduduk surga.” (HR Al-Bukhari).

Kemudian orang yang sering membaca do’a ini maka ia akan berpeluang mendapatkan ampunan Allah subhāna wa ta’āla.

Hal ini dikarenakan do’a ini akan membimbing manusia mengingat dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan dan berusaha untuk tidak melakukannya lagi baik terhadap Allah dan terhadap sesama manusia dan lingkungan hidupnya serta senantiasa memohon taubat atas segala dosa dan kesalahannya baik sengaja atau tidak.

Al-Matsurat yang ditulis oleh Imam Hasan al-Banna yang berisi dzikir pagi dan petang juga menempatkan do’a sayyidul istighfar sebagai bacaan dzikirnya.


KESIMPULAN

Demikianlah beberapa panduan tentang do’a sayyidul istighfar yang perlu kita ketahui. Pada dasarnya beristighfar atau memohon ampunan adalah kewajiban setiap Muslim.

Last but not least, sebagai penutup uraian ini. Seorang Muslim tidak akan pernah luput dari kesalahan dan dosa. Begitu pula dengan dosa-dosa kecil baik yang diketahui (sadar) atau tidak (tidak disadari), jangan remehkan. Dosa-dosa kecil ini akan menjadi besar bila diabaikan terus menerus.

Terlebih lagi dengan manusia. Buya M. Natsir rahimahullah mengingatkan kita dengan briliannya sebagai berikut. Habblum minan Nās, hubungan sesama manusia menjadi kewajiban kita disamping Habblum minAllāh. Kedudukan Habblum minan Nās sebagaimana yang peringatan Rasulullah shalallāhu ‘alaihi wa sallam yang pernah disampaikan Beliau secara serius dalam salah satu khutbahnya yang artinya:

“Wahai manusia! Sesungguhnya Allah subhāna wa ta’āla berfirman kepadamu: Anjurkanlah olehmu berbuat baik (murū bilma’rūf) dan laranglah perbuatan yang munkar (wanhaw ‘anil munkari), agar jangan datang suatu saat dimana kamu berdo’a tetapi Aku (Allah) tidak menjawab do’amu; kamu meminta tetapi Aku (Allah) tidak kabulkan; kamu memohon pertolongan, tetapi Aku (Allah) tidak memberi pertolongan.”

Itulah jawab-Nya! Itulah yang menyebabkan pintu do’a jadi tertutup. Bukan karena melalaikan hubungan dengan Allah secara konvensional, seperti shalat, shiyam dan sebagainya, akan tetapi karena meremehkan hubungan sesama manusia - habblum minan nās. Sebagai anggota masyarakat yang turut bertanggung jawab atas keselamatan hidup bermasyarakat (habblum minan nās) itu sendiri.

Yaitu, tugas Amar Ma’ruf (sebagai Agents of Development) dan Nahi Munkar (sebagai Agents of Changes). Tugas: “Menegakkan Kebajikan, memberantas (mengganti) kemunkaran (menjadi baik)”. Itulah posisi dan itulah peranan duniawi umat Muhammad shalallāhu ‘alaihi wa sallam yang menjadi shibghah (identitas) bagi kepribadian ummat Muhammad shalallāhu ‘alaihi wa sallam. Selamat menyimak. Billāhit Taufiq wal-Hidāyah. Germantown, MD 6 Sha’bān 1441 H / 30 Maret 2020 M. □ AFM □ AFM

Blog Archive