Thursday, April 2, 2020

Menyikapi wabah Covid-19 Dalam Islam





PENGANTAR

Wabah penyakit akibat dari Covid-19, jenis baru dari coronavirus yang mengglobal ini telah menjadi siaran tv, surat kabar, facebook, whatsup dan media sosial lainnya di setiap negara selama 24 jam sehari, tidak terkecuali Amerika dan Indonesia. Penyakit virus Covid-19 ini belum ada obatnya dan obat vaksin pencegahnya.

Para ahli memberi nama virus yang kasusnya pertama kali mewabah pada akhir tahun 2019 di Wuhan, China ini sebagai SARS-CoV-2. Sedangkan penyakit yang disebabkan infeksi virus corona SARS-CoV-2 disebut COVID-19. COVID-19 adalah kependekan dari corona virus disease 19, yang kemudian menjadi nama resmi virus corona musuh dunia saat ini.

Nama coronavirus berasal dari bahasa Latin corona dan bahasa Yunani κορώνη (kornē, "lingkaran, untaian"), yang berarti mahkota atau lingkaran cahaya. Namanya mengacu pada penampilan karakteristik virion (bentuk infektif virus) dalam mikroskop elektron, yang memproyeksikan pinggiran permukaan virus yang besar dan bulat yang menghasilkan gambar yang mengingatkan pada mahkota atau korona matahari.

Wabah coronavirus ini menyerang saluran pernapasan (paru-paru) yang mematikan itu mulanya berasal dari Wuhan, sebuah kota di China pada akhir pekan ke-3 bulan Desember tahun 2019. Namun menjadi merambat ke seluruh dunia bagaikan air bah yang tidak terbendung lagi. Menjalar pada pekan pertama bulan Maret tahun 2020 ke benua Eropa, Amerika, Asia dan Afrika. Namun negeri-negeri dibelahan utara bumi 4 musim seperti Eropah dan Amerika Utara yang sedang mengalami musim dingin, kenaikan yang terkena wabah luar biasa meningkatnya.

Di Amerika sendiri walaupun sekarang sudah tidak musim dingin lagi, tapi kenyataannya temperatur masih dingin, berawan dan sinar matahari jarang ada yang dengan itu coronavirus menjadi tumbuh subur. Penulis sendiri mencatat dari hasil siaran tv CNN Amerika dalam Tabel sebagai berikut:




TABEL PERKEMBANGAN WABAH COVID-19

Tanggal
Jam    
Wilayah
Terpapar
Mati
Keterangan
21 Maret
14:30
Global
US
   297.000+
     22.000+
    12.944
         278
Perkembangan sejak 21 Maret sampai 2 April dari  wabah virus corona Corvid-19 Terpapar dan kematian Global maupun US sbb:

Global Terpapar = 337% (3x)
US Terpapar =  1.074% (10x)
Global Mati =  307% (3x)
US Mati =
2.031% (20x)
28 Maret
10:08
Global
US
   660.000
     113.000
    30.652
      2.010
29 Maret
19:22
Global
US
    718.685
    137.047
    33.881
      2.400
30 Maret
18:28
Global
US
    777.200
    159.626
    37.100
      2.923
31 Maret
17:02
Global
US
    921.900
    210.271
    46.200
       4.669
2 April
16:00
Global
US
 1.002.159
    236.339
    51.400+
      5.648



Perkembangan sejak 21 Maret sampai 2 April dari wabah coronavirus Corvid-19 uang terpapar dan kematian secara Global maupun yang terjadi di Amerika Serikat (US) sebagaimana angka tabel diatas meningkat sampai dengan tanggal 2 April 2020 adalah sebagai berikut: Global Terpapar sebesar 337% (3x); US Terpapar sebesar  1.074% (10x); Global Kematian sebesar  307% (3x); US Kematian sebesar 2.031% (20x).

Besar ukuran coronavirus ini berdiameter 400-500 micrometer (micron) atau dalam ukuran milimeter 0.4-0.5,  namun penelitian lain mengatakan diameter coronavirus lebih sangat kecil lagi. Diperkirakan mencapai 125 nanometer atau 0.125 mikrometer bukan 400-500 mikrometer. Satu mikrometer sama dengan seribu nanometer.

Perilakunya mirip-mirip cabe rawit, kecil tapi pedasnya bukan main. Sementara besar ukuran coronavirus C0vid-19 sangat sangat sangat kecil sekali (0,125 mikrometer) dalam waktu 5 bulan atau dapat menyakitkan 1 juta lebih manusia sedunia dan mematikan 51 ribu lebih manusia per 2 April 2020 yang menggetar para pemimpin negara-negara sedunia termasuk para warganya.

Penularan coronavirus dari manusia ke manusia diperkirakan terjadi melalui kontak langsung dalam jarak dekat via tetesan kecil atau percikan (droplet) dari saluran pernapasan yang dihasilkan penderita saat bersin dan batuk.

Kalangan Ulama pada intinya mengatakan musibah dahsyat dari covid-19 adalah Pertama: Sebagai ujian keimanan bagi hamba-hambanya yang sholeh sebagai cara dan bentuk Allah untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan hambanya, jika kita terima (tawakal) dan kita hadapi dengan penuh keimanan, kesabaran dan ikhtiar proaktif semaksimal mungkin seperti yang dilakukan Umar bin Khattab ra.

Kedua: Sebagai teguran Allah kepada hambanya. Allah turunkan bermacam musibah yang membuat manusia ketakutan, termasuk wabah coronavirus ini sebagai teguran kepada hambanya dikarenakan hambanya sudah banyak yang lalai melaksanakan ajaran agamanya dan banyak pelanggaran hukum-hukum agama yang seharusnya dihindari dan dijauhi, maka Allah tegur dengan musibah ini agar manusia kembali kepada kebenaran.

Ketiga: Sebagai ‘Azab. Boleh jadi penyebaran coronavirus ini merupakan ‘azab dari Allah swt, karena manusia menjauhi agama, bahkan mengingkari ajaran agama, perbuatan maksiat dan dosa terjadi dimana-mana, dilakukan manusia secara terang-terangan tanpa ada rasa malu. Manusia telah banyak membuat kerusakan dan dosa dipermukaan bumi ini tanpa takut atas kemurkaan dan ‘azab Allah, maka Allah turunkan ‘azab sebagai akibat dari perbuatan manusia itu sendiri, seperti yang disebutkan Allah dalam Al-Qur’an Surat Ar-Rūm ayat 41.

Mari ikuti selanjutnya bahasan bagaimana sebagai Umat Muslimin menyikapi merebaknya wabah Covid-10 dalam Ajaran Islam seperti berikut dibawah ini.




MENYIKAPI WABAH
COVID-19 DALAM ISLAM
Oleh: A. Faisal Marzuki

Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu yang mesti diperbaiki).  (QS Asy-Syūrā 42:30)

Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang, masyarakat, dunia), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS At-Taghōbun 64:11)

maka Aku (Nabi Nuh) berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampun (istighfarlah) kepada Tuhanmu, sungguh, Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu (berkah),  dan mengadakan kebun-kebun untukmu, dan mengadakan sungai-sungai untukmu (kemakmuran).” (QS Nūh 71:10-12).


S
aat ini keadaan masyarakat dunia sedang dihebohkan oleh musibah wabah Covid-19 atau coronavirus yang penyebarannya sangat cepat, luas dan menjangkau hampir seluruh dunia. Peristiwa wabah penyakit coronavirus di permukaan bumi yang di huni manusia yang mulanya tidak dipercaya, malah dibuat gurauan yang menyepelekan dayarusaknya terhadap tubuh dan jiwa manusia, bahkan perekonomian negara yang dijangkiti wabah coronavirus. Alih-alih yang memandang enteng wabah ini terkena juga penyakitnya.

Sikap seorang muslim dalam menghadapi musibah, termasuk wabah coronavirus ini, sesungguhnya telah diajarkan oleh Islam, baik itu dalam Al-Qur'an maupun Sunnah Rasulullah saw, diantaranya adalah:


1. Mengimani semua kejadian atas izin Allah

Mengimani bahwa musibah apapun yang terjadi semuanya atas izin Allah swt yang dengan itu menyikapinya mengedepankan husnudzon (berbaik sangka) kepada Allah swt.

Allah swt berfirman yang artinya:

Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang, masyarakat, dunia), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS At-Taghōbun 64:11)

Karena itu, tidak boleh ada seorang pun yang su'udzon (berburuk sangka) kepada Allah. Selalulah husnudzon (berbaik sangka) kepada Allah, bahwa Allah pasti punya rencana baik buat para hamba-Nya melalui wabah coronavirus ini. Jangankan virus yang dahsyat serangannya dan cepat penularannya ini, bahkan daun yang jatuh dari pepohonan pun, terjadi dengan izin Allah swt.


2. Sikap orang beriman dalam menghadapi musibah

Orang yang beriman mampu menghadapi musibah dan mengelola sikap sebagaimana Ajaran Islam yang sungguh ajaib. Yaitu ketika diuji dengan ujian kesenangan maupun ujian kesulitan, dapat menyikapinya dengan baik dan benar.

Keajaibannya yang mengagumkan itu adalah ketika ia diberi kesenangan maka ia bersyukur kepada Allah atas karunia tersebut. Sebaliknya ketika ia ditimpa musibah, maka ia akan bersabar tapi proaktif sebagaimana dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab ra dalam menghadapi wabah yang terjadi ketika itu.

Rasulullah saw bersabda yang artinya sebagai berikut:

Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya. (HR Muslim, no. 7692)


3. Melakukan ikhtiar dalam mengatasinya

Disamping sabar dan tawakal dalam menghadapinya, kita mesti proakatif. Yaitu harus berikhtiar mengatasinya. Islam mewajibkan setiap muslim untuk berikhtiar dengan berusaha sekuat tenaga supaya terhindar dari wabah coronavirus. Misalnya dengan menjalankan Pola Hidup Islami (PHI), dengan membiasakan cuci tangan, menghindari kontak fisik, menjauhi kerumunan orang banyak (social distancing) dan jika perlu tidak keluar rumah (lockdown), dan memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan. Sebab, kebersihan merupakan bagian dari iman.

Selanjutnya dianjurkan untuk menjaga kesehatan dan kekuatan tubuh dengan olah raga dan mengkonsumsi makanan dan minuman untuk meningkatkan imunitas dan mencegah penularan coronavirus.

Rasulullah saw bersabda yang artinya:

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan” (HR Muslim, no. 2664).


4.  Meneladani sikap Rasul dan Sahabat dalam mengatasinya

Isolasi terkait pencegahan suatu wabah ternyata pernah terjadi di zaman Rasulullah saw, untuk itu perlu meneladani sikap Rasul dan Sahabat dalam menghadapi wabah. Pada zaman Rasulullah saw pernah terjadi wabah penyakit kusta yang menular dan mematikan, belum diketahui obatnya. Nabi saw memerintahkan untuk tidak mendekati orang yang sakit kusta, sebagaimana sabda Beliau yang artinya:

“Larilah dari penyakit kusta seperti engkau lari dari singa” (HR Muslim, no. 5380).

Ini adalah bentuk metode isolasi dan karantina yang sekarang popular dilakukan yang disebut social distancing dan lockdown dalam menghadapi coronavirus yang sudah mengglobal.

Jika ada sebuah daerah atau komunitas terjangkit wabah penyakit, yang dikenal dulu dengan istilah Tha'un, maka Nabi saw memerintahkan untuk menjauhi wilayah dan negara tersebut, sebagaimana sabda Beliau yang artinya:

“Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu”. (HR Bukhari, no. 5728 dan Muslim, no. 2218).

Di zaman Khalifah Umar bin Khattab ra juga pernah ada wabah penyakit. Khalifah Umar ra sedang dalam perjalanan ke Syam (sekarang Siria dan Palestina) lalu ia mendapatkan kabar tentang wabah penyakit. Atas dasar hadits Rasul saw yang disampaikan oleh Abdurrahman bin Auf ra, maka Khalifah Umar kemudian tidak melanjutkan perjalanan.

Sahabat Abu Ubaidah bin Jarrah ra yang ada dalam rombongan tersebut sempat semacam protes tidak setuju dengan mengatakan, “Apakah kita hendak lari dari takdir Allah?” Lalu Khalifah Umar ra menjawab, Ya, kita lari dari takdir Allah kepada takdir Allah (yang lain)" (Lihat HR Muslim, no. 4114)


5. Membentengi diri dengan dzikir dan do'a

Adanya isolasi dan anjuran berdiam di rumah, bekerja dan beribadah di rumah, seharusnya merupakan kesempatan emas untuk belajar lebih banyak tentang agama, dan kesempatan untuk lebih banyak beribadah kepada Allah.

Setelah melakukan ikhtiar - yaitu usaha-usaha menghindar dan mengatasi penyakit yang berjangkit secara fisik, selanjutnya wajib melakukan ikhtiar batin dengan membentengi diri kita dengan dzikir, do'a dan bertawakal kepada Allah.

Diantara dzikir dan do'a yang diajarkan Rasulullah saw adalah,

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Bismillāhil Ladzī Lā Yadhurru Ma’a Ismihi Syay-un Fil-Ardhi Wa Lā Fis-Samā-i Wa Huwas Samī’ul ‘Ālim.

“(Aku berlindung) dengan Nama Allah yang bersama nama-Nya tidak ada sesuatu di bumi dan di langit yang bisa membahayakan. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Nabi saw menjanjikan dengan izin dari Allah swt bahwa,  “Barangsiapa membaca dzikir ini setiap pagi dan sore tiga kali, tidak akan ada apa pun yang membahayakannya” (HR  Abu Dawud, no. 5088, dan Tirmidzi, no. 3388 dan Imam Tirmidzi menilainya sebagai hadits hasan shahih).

Termasuk memanjatkan do’a secara khusus memohon perlindungan kepada Allah dari wabah virus corona dan penyakit menular lainnya, seperti do'a Rasulullah saw berikut:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ ، وَالجُنُونِ ، والجُذَامِ ، وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ

Allāhumma Innī A’ūdzubika Minal Barodhi, Wal-Junūni, Wal-Judzōmi, Wasayya-īl Asqōmi.

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari penyakit kulit, gila, lepra, dan dari penyakit lain yang mengerikan.” (HR Abu Dawud, no. 1554, dan di shahih kan oleh Syekh Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud, V/276 dan dalam Shahih Al Jami' Ash Shaghir, no. 1281).


6. Jadikan musibah sebagai pelajaran

Sebagai seorang Muslim menjadikan musibah sebagai wasilah (sarana) untuk muhasabah (evaluasi dan introspeksi diri) yang dengan itu mengambil atau menjadi pelajaran. Sebenarnya apapun yang menimpa kehidupan manusia, tidak bisa lepas dari adanya kontribusi kekeliruan dan kesalahan serta kemaksiatan dan kedzaliman manusia yang mengaku beriman kepada-Nya dan manusia lain pada umumnya. Yaitu melakukan penindasan, perilaku koruptif, penistaan, kebohongan, curang, tuduhan yang tidak benar, merasa benar sendiri orang lain salah, rekayasa negatif dan segala bentuk kemungkaran serta kemaksiatan lainnya. Hal itu dapat memicu munculnya bencana dan musibah, termasuk salah satunya wabah coronavirus ini.

Allah swt berfirman yang artinya:

Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu yang mesti diperbaiki).  (QS Asy-Syūrā 42:30)

Musibah dan wabah penyakit yang dirasakan di banyak belahan bumi Allah ini, harusnya menjadi peringatan, supaya manusia melakukan muhasabah - evaluasi dan instrospeksi diri, dan kembali ke jalan Allah.

Di balik musibah, sesungguhnya ada kekuatan yang maha dahsyat. Yaitu kekuatan dan ke-MahaKuasa-an Allah. Kejadian ini sebagai peringatan-Nya, yaitu sebenarnya tidak boleh lagi ada yang merasa paling kuat dan paling hebat. Tidak boleh lagi, ada kesombongan dan kedurjanaan. Buktinya, negara yang paling kuat pertahanan militernya, tidak dapat menghalangi coronavirus. Negara yang paling canggih teknologinya sekalipun tidak dapat segera menghadang penyebaran coronavirus. Dan negara yang paling kaya dan kuat finansialnya pun tidak dapat mencegah masuknya coronavirus. Maka, Allah ingatkan melalui ‘tentara’-Nya bernama coronavirus ini, agar jangan ada lagi yang merasa 'sok' hebat dan kuat, sombong dan takabbur. Justru, ini momentum untuk kembali ke jalan yang benar. Apalagi yang awam agama dan ilmu, tapi ‘sok tahu’ dan merasa lebih hebat dari Tuhan Yang Maha Kuasa dengan membuat ‘joke’ (lelucon yang meremehkan). Inilah saat yang tepat untuk bertaubat dan beristighfar.

Allah swt berfirman yang artinya:

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS Ar-Rūm 30:41)

Taubat dan istighfar serta proaktif dalam mempelajari sunatullah alam melalui penelitian yang dapat mengatasi keadaan yang dengan itu dapat mengangkat wabah dan musibah dan merubahnya menjadi sesuatu yang berkah. Yaitu merubah petaka menjadi sentosa, merubah ujian menjadi pujian.

Allah swt berfirman yang artinya:

maka Aku (Nabi Nuh) berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampun (istighfarlah) kepada Tuhanmu, sungguh, Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu (berkah),  dan mengadakan kebun-kebun untukmu, dan mengadakan sungai-sungai untukmu (kemakmuran).” (QS Nūh 71:10-12).


PENUTUP

Demikianlah umat yang cerdas dan tawadhu tahu bagaimana menyikapi wabah ganas dari wabah virus corona dalam Islam dan dapat mengambil pelajaran sebagaimana yang dijelaskan dalam tulisan seperti tersebut diatas.

Sesungguhnya dari musibah-musibah yang terjadi pada manusia, ada musibah besar lainnya yang harusnya jauh lebih diwaspadai dan ditakuti lagi, yaitu musibah yang menimpa agama seperti sikap dan cara keberagamaan kita. Musibah seperti itu terjadi ketika seseorang jauh dari Allah swt, tidak melaksanakan perintahNya dan melakukan kemaksiatan dan dosa yang mengundang murka Allah, termasuk murtad dari agama Allah, na'udzu billahi min dzalik, semoga Allah jauhkan kita semua dari musibah besar dari sikap dan cara keberagamaan kita.

Sekarang 83% penduduk Amerika berdiam dirumah, jalan-jalan sepi yang biasanya ramai, mal tutup begitu pula restoran, pertandingan basketball, football, dan keramaian lain ditiadakan. Begitu pula tingkat pengangguran meningkat (kena layoff, PHK), pasar surat berharga dari hari-kehari nilainya menurun. Semoga keadaan ini dapat berlalu secepat mungkin dan kembali seperti sedia kala plus nilai pelaksanaan ibadah dan kebajikan keberagamanya bertambah, āmīn Allāhumma āmīn.

Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat dan dapat menjadi pelajaran berharga dalam hidup kita dalam keadaan yang terjadi seperti sekarang ini. Billāhit Taufiq wal-Hidāyah. Germantown, MD 9 Sha’bān 1441 H / 2 April 2020 M. □ AFM


Dapat pula disaksikan video youtube (klik) ---> COVID-19 Animation: What Happens If You Get Coronavirus?



Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Koronavirus
https://bengkulu.kemenag.go.id/berita/512277-kakemenag-mm-sebagai-ujian-keimanan-ambil-hikmahnya-dibalik-wabah-virus-corona
https://kumparan.com/kumparansains/foto-wujud-virus-corona-covid-19-yang-punya-banyak-paku-mahkota-1t3jE4jlo6k
Dr. Ahmad Kusyairi Suhail, MA (Dosen FDI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Sekjen IKADI) via http://www.ikadi.or.id/article/menyikapi-musibah-dan-wabah-virus-corona-dalam-islam                                           https://www.youtube.com/embed/5DGwOJXSxqg  □□
ALFATIH Al-Qur'an Tafsir Per Kata Di Sarikan Dari Tafsir Ibnu Katsir
□□

Blog Archive