PENGANTAR
Wabah penyakit akibat dari Covid-19,
jenis baru dari coronavirus yang mengglobal ini telah menjadi
siaran tv, surat kabar, facebook, whatsup dan media sosial lainnya di setiap
negara selama 24 jam sehari, tidak terkecuali Amerika dan Indonesia. Penyakit
virus Covid-19 ini belum ada obatnya dan obat vaksin pencegahnya.
Para ahli memberi nama virus yang
kasusnya pertama kali mewabah pada akhir tahun 2019 di Wuhan, China ini sebagai
SARS-CoV-2. Sedangkan penyakit yang disebabkan infeksi virus corona SARS-CoV-2
disebut COVID-19. COVID-19 adalah kependekan dari corona virus disease 19, yang
kemudian menjadi nama resmi virus corona musuh dunia saat ini.
Nama coronavirus
berasal dari bahasa Latin corona dan bahasa Yunani κορώνη (korṓnē,
"lingkaran, untaian"), yang berarti mahkota atau lingkaran cahaya.
Namanya mengacu pada penampilan karakteristik virion (bentuk infektif virus)
dalam mikroskop elektron, yang memproyeksikan pinggiran permukaan virus yang
besar dan bulat yang menghasilkan gambar yang mengingatkan pada mahkota atau
korona matahari.
Wabah coronavirus
ini menyerang saluran pernapasan (paru-paru) yang mematikan itu mulanya
berasal dari Wuhan, sebuah kota di China pada akhir pekan ke-3 bulan Desember
tahun 2019. Namun menjadi merambat ke seluruh dunia bagaikan air bah yang tidak
terbendung lagi. Menjalar pada pekan pertama bulan Maret tahun 2020 ke benua
Eropa, Amerika, Asia dan Afrika. Namun negeri-negeri dibelahan utara bumi 4
musim seperti Eropah dan Amerika Utara yang sedang mengalami musim dingin,
kenaikan yang terkena wabah luar biasa meningkatnya.
Di Amerika sendiri walaupun sekarang
sudah tidak musim dingin lagi, tapi kenyataannya temperatur masih dingin, berawan
dan sinar matahari jarang ada yang dengan itu coronavirus
menjadi tumbuh subur. Penulis sendiri mencatat dari hasil siaran tv CNN Amerika
dalam Tabel sebagai berikut:
TABEL PERKEMBANGAN WABAH COVID-19
Tanggal
|
Jam
|
Wilayah
|
Terpapar
|
Mati
|
Keterangan
|
21 Maret
|
14:30
|
Global
US
|
297.000+
22.000+
|
12.944
278
|
Perkembangan
sejak 21 Maret sampai 2 April dari wabah virus corona Corvid-19 Terpapar dan
kematian Global maupun US sbb:
Global
Terpapar = 337% (3x)
US
Terpapar = 1.074% (10x)
Global
Mati = 307% (3x)
US
Mati =
2.031%
(20x)
|
28 Maret
|
10:08
|
Global
US
|
660.000
113.000
|
30.652
2.010
|
|
29 Maret
|
19:22
|
Global
US
|
718.685
137.047
|
33.881
2.400
|
|
30 Maret
|
18:28
|
Global
US
|
777.200
159.626
|
37.100
2.923
|
|
31 Maret
|
17:02
|
Global
US
|
921.900
210.271
|
46.200
4.669
|
|
2 April
|
16:00
|
Global
US
|
1.002.159
236.339
|
51.400+
5.648
|
Perkembangan sejak 21 Maret sampai 2
April dari wabah coronavirus Corvid-19 uang terpapar dan kematian secara
Global maupun yang terjadi di Amerika Serikat (US) sebagaimana angka tabel diatas
meningkat sampai dengan tanggal 2 April 2020 adalah sebagai berikut: Global
Terpapar sebesar 337% (3x); US Terpapar sebesar 1.074% (10x); Global Kematian sebesar 307% (3x); US Kematian sebesar 2.031% (20x).
Besar
ukuran coronavirus ini berdiameter 400-500 micrometer (micron)
atau dalam ukuran milimeter 0.4-0.5, namun
penelitian lain mengatakan diameter coronavirus lebih sangat kecil lagi.
Diperkirakan mencapai 125 nanometer atau 0.125 mikrometer bukan 400-500
mikrometer. Satu mikrometer sama dengan seribu nanometer.
Perilakunya mirip-mirip cabe rawit, kecil tapi
pedasnya bukan main. Sementara besar ukuran coronavirus C0vid-19 sangat sangat
sangat kecil sekali (0,125 mikrometer) dalam waktu 5 bulan atau dapat
menyakitkan 1 juta lebih manusia sedunia dan mematikan 51 ribu lebih manusia
per 2 April 2020 yang menggetar para pemimpin negara-negara sedunia termasuk
para warganya.
Penularan
coronavirus
dari manusia ke manusia diperkirakan terjadi melalui kontak langsung dalam
jarak dekat via tetesan kecil atau percikan (droplet) dari saluran
pernapasan yang dihasilkan penderita saat bersin dan batuk.
Kalangan Ulama pada intinya mengatakan
musibah dahsyat dari covid-19 adalah Pertama: Sebagai
ujian keimanan bagi hamba-hambanya yang sholeh sebagai cara dan bentuk Allah
untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan hambanya, jika kita terima
(tawakal) dan kita hadapi dengan penuh keimanan, kesabaran dan ikhtiar proaktif
semaksimal mungkin seperti yang dilakukan Umar bin Khattab ra.
Kedua: Sebagai
teguran Allah kepada hambanya. Allah turunkan bermacam musibah yang membuat
manusia ketakutan, termasuk wabah coronavirus ini sebagai teguran kepada
hambanya dikarenakan hambanya sudah banyak yang lalai melaksanakan ajaran
agamanya dan banyak pelanggaran hukum-hukum agama yang seharusnya dihindari dan
dijauhi, maka Allah tegur dengan musibah ini agar manusia kembali kepada
kebenaran.
Ketiga: Sebagai
‘Azab. Boleh jadi penyebaran coronavirus ini merupakan ‘azab dari Allah swt, karena manusia menjauhi agama,
bahkan mengingkari ajaran agama, perbuatan maksiat dan dosa terjadi
dimana-mana, dilakukan manusia secara terang-terangan tanpa ada rasa malu. Manusia
telah banyak membuat kerusakan dan dosa dipermukaan bumi ini tanpa takut atas
kemurkaan dan ‘azab Allah, maka Allah turunkan ‘azab sebagai akibat dari
perbuatan manusia itu sendiri, seperti yang disebutkan Allah dalam Al-Qur’an
Surat Ar-Rūm ayat 41.
Mari ikuti selanjutnya bahasan bagaimana sebagai
Umat Muslimin menyikapi merebaknya wabah Covid-10 dalam Ajaran Islam seperti
berikut dibawah ini.
MENYIKAPI WABAH
COVID-19 DALAM ISLAM
Oleh: A. Faisal
Marzuki
Dan musibah apapun yang menimpa kamu
adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari
kesalahan-kesalahanmu yang mesti diperbaiki). (QS Asy-Syūrā 42:30)
Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang,
masyarakat, dunia), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman
kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS At-Taghōbun
64:11)
maka Aku (Nabi Nuh) berkata (kepada
mereka), “Mohonlah ampun (istighfarlah) kepada Tuhanmu, sungguh, Dia
Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit
kepadamu (berkah), dan mengadakan
kebun-kebun untukmu, dan mengadakan sungai-sungai untukmu (kemakmuran).” (QS Nūh 71:10-12).
S
|
aat ini keadaan masyarakat dunia sedang
dihebohkan oleh musibah wabah Covid-19 atau coronavirus yang penyebarannya
sangat cepat, luas dan menjangkau hampir seluruh dunia. Peristiwa wabah
penyakit coronavirus di permukaan bumi yang di huni manusia yang
mulanya tidak dipercaya, malah dibuat gurauan yang menyepelekan dayarusaknya
terhadap tubuh dan jiwa manusia, bahkan perekonomian negara yang dijangkiti
wabah coronavirus. Alih-alih yang memandang enteng wabah ini terkena juga
penyakitnya.
Sikap seorang muslim dalam menghadapi
musibah, termasuk wabah coronavirus ini, sesungguhnya telah diajarkan oleh
Islam, baik itu dalam Al-Qur'an maupun Sunnah Rasulullah saw, diantaranya adalah:
1. Mengimani semua kejadian
atas izin Allah
Mengimani bahwa musibah apapun yang
terjadi semuanya atas izin Allah swt yang
dengan itu menyikapinya mengedepankan husnudzon
(berbaik sangka) kepada Allah swt.
Allah swt berfirman yang artinya:
Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang,
masyarakat, dunia), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman
kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS At-Taghōbun
64:11)
Karena itu, tidak boleh ada seorang pun
yang su'udzon (berburuk sangka) kepada Allah. Selalulah husnudzon
(berbaik sangka) kepada Allah, bahwa Allah pasti punya rencana baik buat para
hamba-Nya melalui wabah coronavirus ini. Jangankan virus yang dahsyat
serangannya dan cepat penularannya ini, bahkan daun yang jatuh dari pepohonan
pun, terjadi dengan izin Allah swt.
2. Sikap orang beriman dalam
menghadapi musibah
Orang yang
beriman mampu menghadapi musibah dan mengelola sikap sebagaimana Ajaran Islam yang
sungguh ajaib. Yaitu ketika diuji dengan ujian kesenangan
maupun ujian kesulitan, dapat menyikapinya dengan baik dan benar.
Keajaibannya yang mengagumkan itu adalah
ketika ia diberi kesenangan maka ia bersyukur kepada Allah atas karunia
tersebut. Sebaliknya ketika ia ditimpa musibah, maka ia akan bersabar tapi
proaktif sebagaimana dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab ra dalam menghadapi wabah yang terjadi
ketika itu.
Rasulullah saw bersabda yang artinya sebagai berikut:
Sungguh menakjubkan keadaan seorang
mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang
mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika
mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.
(HR Muslim, no. 7692)
3. Melakukan ikhtiar
dalam mengatasinya
Disamping sabar dan tawakal dalam
menghadapinya, kita mesti proakatif. Yaitu harus berikhtiar mengatasinya. Islam
mewajibkan setiap muslim untuk berikhtiar dengan berusaha sekuat tenaga supaya
terhindar dari wabah coronavirus. Misalnya dengan menjalankan Pola
Hidup Islami (PHI), dengan membiasakan cuci tangan, menghindari kontak fisik,
menjauhi kerumunan orang banyak (social
distancing) dan jika perlu tidak keluar rumah (lockdown), dan memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan. Sebab,
kebersihan merupakan bagian dari iman.
Selanjutnya dianjurkan untuk menjaga
kesehatan dan kekuatan tubuh dengan olah raga dan mengkonsumsi makanan dan
minuman untuk meningkatkan imunitas dan mencegah penularan coronavirus.
Rasulullah saw bersabda yang artinya:
“Mukmin yang kuat lebih baik dan
lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan” (HR Muslim, no. 2664).
4. Meneladani sikap
Rasul dan Sahabat dalam mengatasinya
Isolasi terkait pencegahan suatu wabah
ternyata pernah terjadi di zaman Rasulullah saw,
untuk itu perlu meneladani sikap Rasul dan Sahabat dalam menghadapi wabah. Pada
zaman Rasulullah saw pernah terjadi
wabah penyakit kusta yang menular dan mematikan, belum diketahui obatnya. Nabi saw memerintahkan untuk tidak mendekati
orang yang sakit kusta, sebagaimana sabda Beliau yang artinya:
“Larilah dari penyakit kusta seperti
engkau lari dari singa” (HR Muslim,
no. 5380).
Ini adalah bentuk metode isolasi dan
karantina yang sekarang popular dilakukan yang disebut social distancing dan lockdown
dalam menghadapi coronavirus yang sudah mengglobal.
Jika ada sebuah daerah atau komunitas
terjangkit wabah penyakit, yang dikenal dulu dengan istilah Tha'un, maka
Nabi saw memerintahkan untuk menjauhi
wilayah dan negara tersebut, sebagaimana sabda Beliau yang artinya:
“Jika kamu mendengar wabah di suatu
wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat
kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu”. (HR Bukhari, no. 5728 dan Muslim, no. 2218).
Di zaman Khalifah Umar bin Khattab ra juga pernah ada wabah penyakit.
Khalifah Umar ra sedang dalam
perjalanan ke Syam (sekarang Siria dan Palestina) lalu ia mendapatkan kabar
tentang wabah penyakit. Atas dasar hadits Rasul saw yang disampaikan oleh Abdurrahman bin Auf ra, maka Khalifah Umar kemudian tidak
melanjutkan perjalanan.
Sahabat Abu Ubaidah bin Jarrah ra yang ada dalam rombongan tersebut
sempat semacam protes tidak setuju dengan mengatakan, “Apakah kita hendak lari
dari takdir Allah?” Lalu Khalifah Umar ra
menjawab, “Ya, kita lari dari takdir Allah kepada takdir Allah (yang
lain)" (Lihat HR Muslim, no. 4114)
5. Membentengi diri
dengan dzikir dan do'a
Adanya isolasi dan anjuran berdiam di
rumah, bekerja dan beribadah di rumah, seharusnya merupakan kesempatan emas
untuk belajar lebih banyak tentang agama, dan kesempatan untuk lebih banyak
beribadah kepada Allah.
Setelah melakukan ikhtiar - yaitu
usaha-usaha menghindar dan mengatasi penyakit yang berjangkit secara fisik,
selanjutnya wajib melakukan ikhtiar batin dengan membentengi diri kita dengan
dzikir, do'a dan bertawakal kepada Allah.
Diantara dzikir dan do'a yang diajarkan
Rasulullah saw adalah,
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Bismillāhil Ladzī Lā Yadhurru Ma’a
Ismihi Syay-un Fil-Ardhi Wa Lā Fis-Samā-i Wa Huwas Samī’ul ‘Ālim.
“(Aku berlindung) dengan Nama Allah
yang bersama nama-Nya tidak ada sesuatu di bumi dan di langit yang bisa
membahayakan. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Nabi saw menjanjikan dengan izin dari Allah swt bahwa, “Barangsiapa membaca dzikir ini setiap pagi dan
sore tiga kali, tidak akan ada apa pun
yang membahayakannya” (HR Abu Dawud, no. 5088, dan Tirmidzi, no.
3388 dan Imam Tirmidzi menilainya sebagai hadits hasan shahih).
Termasuk memanjatkan do’a secara khusus
memohon perlindungan kepada Allah dari wabah virus corona dan penyakit menular
lainnya, seperti do'a Rasulullah saw
berikut:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ ، وَالجُنُونِ ، والجُذَامِ ، وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ
Allāhumma Innī A’ūdzubika Minal
Barodhi, Wal-Junūni, Wal-Judzōmi, Wasayya-īl Asqōmi.
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu
dari penyakit kulit, gila, lepra, dan dari penyakit lain yang mengerikan.”
(HR Abu Dawud, no. 1554, dan di shahih kan oleh Syekh Albani dalam Shahih
Sunan Abi Dawud, V/276 dan dalam Shahih Al Jami' Ash Shaghir, no.
1281).
6. Jadikan musibah sebagai
pelajaran
Sebagai
seorang Muslim menjadikan musibah sebagai wasilah (sarana) untuk muhasabah
(evaluasi dan introspeksi diri) yang dengan itu mengambil atau menjadi
pelajaran. Sebenarnya apapun yang menimpa kehidupan manusia,
tidak bisa lepas dari adanya kontribusi kekeliruan dan kesalahan serta kemaksiatan
dan kedzaliman manusia yang mengaku beriman kepada-Nya dan manusia lain pada
umumnya. Yaitu melakukan penindasan, perilaku koruptif, penistaan, kebohongan, curang,
tuduhan yang tidak benar, merasa benar sendiri orang lain salah, rekayasa
negatif dan segala bentuk kemungkaran serta kemaksiatan lainnya. Hal itu dapat
memicu munculnya bencana dan musibah, termasuk salah satunya wabah coronavirus
ini.
Allah swt berfirman yang artinya:
Dan musibah apapun yang menimpa kamu
adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari
kesalahan-kesalahanmu yang mesti diperbaiki). (QS Asy-Syūrā 42:30)
Musibah dan wabah penyakit yang
dirasakan di banyak belahan bumi Allah ini, harusnya menjadi peringatan, supaya
manusia melakukan muhasabah -
evaluasi dan instrospeksi diri, dan kembali ke jalan Allah.
Di balik musibah, sesungguhnya ada kekuatan
yang maha dahsyat. Yaitu kekuatan dan ke-MahaKuasa-an Allah. Kejadian ini
sebagai peringatan-Nya, yaitu sebenarnya tidak boleh lagi ada yang merasa
paling kuat dan paling hebat. Tidak boleh lagi, ada kesombongan dan
kedurjanaan. Buktinya, negara yang paling kuat pertahanan militernya, tidak
dapat menghalangi coronavirus. Negara yang paling canggih
teknologinya sekalipun tidak dapat segera menghadang penyebaran coronavirus.
Dan negara yang paling kaya dan kuat finansialnya pun tidak dapat mencegah
masuknya coronavirus. Maka, Allah ingatkan melalui ‘tentara’-Nya
bernama coronavirus
ini, agar jangan ada lagi yang merasa 'sok' hebat dan kuat, sombong dan
takabbur. Justru, ini momentum untuk kembali ke jalan yang benar. Apalagi yang awam
agama dan ilmu, tapi ‘sok tahu’ dan merasa lebih hebat dari Tuhan Yang Maha
Kuasa dengan membuat ‘joke’ (lelucon
yang meremehkan). Inilah saat yang tepat untuk bertaubat dan beristighfar.
Allah swt berfirman yang artinya:
Telah tampak kerusakan di darat dan
di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar
mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar). (QS Ar-Rūm
30:41)
Taubat dan istighfar serta proaktif
dalam mempelajari sunatullah alam melalui penelitian yang dapat mengatasi
keadaan yang dengan itu dapat mengangkat wabah dan musibah dan merubahnya
menjadi sesuatu yang berkah. Yaitu merubah petaka menjadi sentosa, merubah
ujian menjadi pujian.
Allah swt berfirman yang artinya:
maka Aku (Nabi Nuh) berkata (kepada
mereka), “Mohonlah ampun (istighfarlah) kepada Tuhanmu, sungguh, Dia
Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit
kepadamu (berkah), dan mengadakan
kebun-kebun untukmu, dan mengadakan sungai-sungai untukmu (kemakmuran).” (QS Nūh 71:10-12).
PENUTUP
Demikianlah umat yang cerdas dan tawadhu tahu bagaimana
menyikapi wabah ganas dari wabah virus corona dalam Islam dan dapat mengambil
pelajaran sebagaimana yang dijelaskan dalam tulisan seperti tersebut diatas.
Sesungguhnya dari musibah-musibah yang
terjadi pada manusia, ada musibah besar lainnya yang harusnya jauh lebih
diwaspadai dan ditakuti lagi, yaitu musibah yang menimpa agama seperti sikap
dan cara keberagamaan kita. Musibah seperti itu terjadi ketika seseorang jauh
dari Allah swt, tidak melaksanakan
perintahNya dan melakukan kemaksiatan dan dosa yang mengundang murka Allah,
termasuk murtad dari agama Allah, na'udzu billahi min dzalik, semoga
Allah jauhkan kita semua dari musibah besar dari sikap dan cara keberagamaan kita.
Sekarang 83% penduduk Amerika berdiam dirumah,
jalan-jalan sepi yang biasanya ramai, mal tutup begitu pula restoran, pertandingan
basketball, football, dan keramaian lain ditiadakan. Begitu pula tingkat
pengangguran meningkat (kena layoff,
PHK), pasar surat berharga dari hari-kehari nilainya menurun. Semoga keadaan
ini dapat berlalu secepat mungkin dan kembali seperti sedia kala plus nilai pelaksanaan
ibadah dan kebajikan keberagamanya bertambah, āmīn Allāhumma āmīn.
Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat dan dapat
menjadi pelajaran berharga dalam hidup kita dalam keadaan yang
terjadi seperti sekarang ini. Billāhit
Taufiq wal-Hidāyah. Germantown, MD 9 Sha’bān
1441 H / 2 April 2020 M. □ AFM
Dapat pula disaksikan video youtube (klik)
--->
COVID-19 Animation: What Happens If You Get Coronavirus?
Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Koronavirus
https://bengkulu.kemenag.go.id/berita/512277-kakemenag-mm-sebagai-ujian-keimanan-ambil-hikmahnya-dibalik-wabah-virus-corona
https://kumparan.com/kumparansains/foto-wujud-virus-corona-covid-19-yang-punya-banyak-paku-mahkota-1t3jE4jlo6k
Dr. Ahmad Kusyairi Suhail, MA (Dosen FDI UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Sekjen IKADI) via http://www.ikadi.or.id/article/menyikapi-musibah-dan-wabah-virus-corona-dalam-islam https://www.youtube.com/embed/5DGwOJXSxqg □□
ALFATIH Al-Qur'an Tafsir Per Kata Di Sarikan Dari Tafsir Ibnu Katsir
□□
□□