Sunday, August 20, 2017

Amalan 10 Hari Pertama Bulan DzulHijjah





S
egala puji bagi Allah, Rabb alam semesta, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, Nabi kita Muhammad saw, juga kepada keluarga dan segenap sahabatnya. Hari ini, Minggu tanggal 20 Agustus 2017 bertepatan dengan 21 DzulQa’idah 1438 Hijriyah. Ini berarti 10 hari lagi memasuki bulan baru penanggalan Hijriyah, DzulHijjah, coba lihat juga kalender IMAAM.

   Alhamdulillah, bulan DzulHijjah telah menghampiri kita. Bulan mulia dengan berbagai amalan mulia terdapat di dalamnya yang kita tunggu-tunggu. Lantas apa saja amalan utama yang bisa kita amalkan di awal-awal DzulHijjah ini? Semoga tulisan sederhana berikut ini bisa memotivasi kita untuk banyak beramal di awal bulan DzulHijjah ini.

   Diriwayatkan oleh Al-Bukhari Rahimahullah, dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:

Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu: Sepuluh hari dari bulan DzulHijjah. Mereka bertanya: Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah? Beliau menjawab: Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun”.

   Imam Ahmad rahimahullah, meriwayatkan dari Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:

Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (DzulHijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir dan tahmid”.


MACAM-MACAM AMALAN YANG DISYARIATKAN

1. Melaksanakan Ibadah Haji Dan Umrah

   Amal ini adalah amal yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya, antara lain: sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya:

“Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan) di antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah Surga”.


2. Berpuasa Selama Hari-Hari Tersebut, Atau Pada Sebagiannya, Terutama Pada Hari Arafah.

   Tidak disangsikan lagi bahwa puasa adalah jenis amalan yang paling utama, dan yang dipilih Allah untuk diri-Nya. Disebutkan dalam hadist Qudsi yang artinya:

“Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku”.

   Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

“Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun”. [Hadits Muttafaqun ‘Alaih].

   Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah rahimahullah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

“Berpuasa pada hari Arafah (9 DzulHijjah) karena mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya”.


3. Takbir Dan Dzikir Pada Hari-Hari Tersebut.

   Sebagaimana firman Allah ta’ala yang artinya:

“…. dan supaya mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan (hari raya Haji 10 DzulHijjah dan hari Tasyriq, 11, 12 dan 13 DzulHijjah) …” [QS Al-Hajj 22:28].

   Para ahli tafsir menafsirkannya dengan sepuluh hari atau ada juga yang menyebutkan 4 hari (10 s/d 13) dari bulan DzulHijjah. Karena itu, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari tersebut, berdasarkan hadits dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma yang artinya:

“Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir dan tahmid”. [Hadits Riwayat Ahmad].

   Imam Bukhari Rahimahullah menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhuma keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orangpun mengikuti takbirnya. Dan Ishaq, Rahimahullah, meriwayatkan dari fuqaha’, tabiin bahwa pada hari-hari ini mengucapkan:

Allāhu Akbar, Allāhu Akbar, Lā Ilaha Ilallāh, wa-Allāhu Akbar, Allāhu Akbar wa Lillāhil Hamdu

Artinya:

“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tidak ada Ilah (Sembahan) Yang Haq selain Allah. Dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala puji hanya bagi Allah”.

   Dianjurkan untuk mengeraskan suara dalam bertakbir ketika berada di pasar, rumah, jalan, masjid dan lain-lainnya. Sebagaimana firman Allah swt yang artinya:

“Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu …”. [QS Al-Baqarah 2:185].

   Tidak dibolehkan mengumandangkan takbir bersama-sama, yaitu dengan berkumpul pada suatu majlis dan mengucapkannya dengan satu suara bersama. Hal ini tidak pernah dilakukan oleh para Salaf. Yang menurut sunnah adalah masing-masing orang bertakbir sendiri-sendiri. Ini berlaku pada semua dzikir dan do’a, kecuali karena tidak mengerti sehingga ia harus belajar dengan mengikuti orang lain. Akan tetapi boleh dilakukan pada takbir muqayyad, yaitu yang dilakukan setiap selesai shalat fardhu yang dilaksanakan dengan berjama’ah, lihat 6.

   Dan diperbolehkan berdzikir dengan yang mudah-mudah. Seperti: Takbir, Tasbih dan do’a-do’a lainnya yang disyariatkan.


4. Taubat Serta Meninggalkan Segala Maksiat Dan Dosa

   Sehingga akan mendapatkan ampunan dan rahmat. Maksiat adalah penyebab terjauhkan dan terusirnya hamba dari Allah, dan keta’atan adalah penyebab dekat dan cinta kasih Allah kepadanya.

   Disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

“Sesungguhnya Allah itu cemburu, dan kecemburuan Allah itu manakala seorang hamba melakukan apa yang diharamkan Allah terhadapnya” [Hadits Muttafaqun ‘Alaihi].


5. Banyak Beramal Shalih

   Berupa ibadah sunat seperti: Shalat, sedekah, jihad, membaca Al-Qur’an, amar ma’ruf nahi munkar dan lain sebagainya. Sebab amalan-amalan tersebut pada hari itu dilipat gandakan pahalanya. Bahkan amal ibadah yang tidak utama bila dilakukan pada hari itu akan menjadi lebih utama dan dicintai Allah daripada amal ibadah pada hari lainnya meskipun merupakan amal ibadah yang utama, sekalipun jihad yang merupakan amal ibadah yang amat utama, kecuali jihad orang yang tidak kembali dengan harta dan jiwanya.


6. Disyariatkan Pada Hari-Hari Itu Takbir Muthlaq

   Yaitu pada setiap saat, siang ataupun malam sampai shalat Ied. Dan disyariatkan pula takbir muqayyad, yaitu yang dilakukan setiap selesai shalat fardhu yang dilaksanakan dengan berjama’ah; bagi selain jama’ah haji dimulai dari sejak Fajar Hari Arafah. Bagi Jama’ah Haji dimulai sejak Dzuhur hari raya Qurban terus berlangsung hingga shalat Ashar pada hari Tasyriq.


7. Berkurban Pada Hari Raya Qurban Dan Hari-Hari Tasyriq

   Hal ini adalah sunnah Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, yakni ketika Allah Ta’ala menebus putranya dengan sembelihan yang agung. Diriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya:

“Berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu”. [Muttafaqun ‘Alaihi].


8. Dilarang Mencabut Atau Memotong Rambut Dan Kuku Bagi Orang Yang Hendak Berkurban.

   Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya, dari Ummu Salamah radhiyallhu ‘anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

“Jika kamu melihat hilal bulan Dzul Hijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya”.

Dalam riwayat lain yang artinya:

“Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya sehingga ia berkurban”.

   Hal ini, mungkin, untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang menuntun hewan qurbannya. Firman Allah Ta’ala yang artinya:

“….. dan jangan kamu mencukur (rambut) kepalamu, sebelum hadyu (qurban) sampai di tempat penyembelihan…”. [QS Al-Baqarah 2:196].

   Larangan ini, menurut zhahirnya, hanya dikhususkan bagi orang yang berqurban saja, tidak termasuk istri dan anak-anaknya, kecuali jika masing-masing dari mereka berqurban. Dan diperbolehkan membasahi rambut serta menggosoknya, meskipun terdapat beberapa rambutnya yang rontok.


9. Melaksanakan Shalat ‘Idul Adha Dan Mendengarkan Khutbahnya.

   Setiap muslim hendaknya memahami hikmah disyariatkannya hari raya ini. Hari ini adalah hari bersyukur dan beramal kebajikan. Maka janganlah dijadikan sebagai hari keangkuhan dan kesombongan; janganlah dijadikan kesempatan bermaksiat dan bergelimang dalam kemungkaran. Hal mana akan menyebabkan terhapusnya amal kebajikan yang dilakukan selama sepuluh hari.


10. Selain Hal-Hal Yang Telah Disebutkan Diatas

   Hendaknya setiap muslim dan muslimah mengisi hari-hari ini dengan melakukan ketaatan, dzikir dan syukur kepada Allah, melaksanakan segala kewajiban dan menjauhi segala larangan ; memanfaatkan kesempatan ini dan berusaha memperoleh kemurahan Allah agar mendapat ridha-Nya.

   Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya dan menunjuki kita kepada jalan yang lurus. Dan shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad saw, kepada keluarga dan para sahabatnya. □


Sumber:

●www.saaid.net/mktarat/hajj/4.htm melalui https://almanhaj.or.id/2888-keutamaan-10-hari-pertama-bulan-dzulhijjah-dan-amalan-yang-disyariatkan.html  □□□

Blog Archive