Saturday, February 28, 2015

Tegaknya Peradaban



Oleh: A. Faisal Marzuki


  • Salah satu masih tegaknya peradaban dan eksisnya suatu bangsa adalah karena adanya keadilan. Untuk itu mari kita tegakkan keadilan itu wahai umat seluruh dunia yang cerdas lagi berakal serta punya rasa hati yang peka.

  • Firman Allah ‘Azza wa Jalla dalam surat an-Nahl ayat 90 menyebutkan: “Innal Lāha ya’-muru bil-’adli wal ihsāni” artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh (memerintahkan kamu) Berlaku adil (adli) dan Berbuat ihsan (kebajikan).




M
akna kata adil itu apa? Supaya lebih sangat terasa pedas-pedas manisnya apa makna dari pada kata adil ini lebih baik ditampilkan disini lawan dari kata Adil itu ialah Zalim. Zalim, yaitu memungkiri kebenaran karena hendak mencari keuntungan bagi diri sendiri. Ada juga karena rasa malu, karena telah terlanjur mengaku diri hebat, kuat atau karena mempunyai kedudukan tinggi. Oleh karena itu tetap mempertahankan perbuatan yang salah. Yang boleh-boleh saja mungkin mengakuinya dalam hati kecil. Sehingga perlahan-lahan mengakui juga bahwa yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Betul bahwa kebenaran pada hakekatnya tidak bisa mungkin bercampur dengan yang salah. Kalaupun masih tetap ada, sifatnya sementara dan hanya pada orang-orang tertentu yang hatinya sudah beku menerima kenyataan yang sebenarnya (minoritas).

Sifat zalim ini adalah sifatnya thaghut, evil atau setan. Jiwa kesatriaan (knight) tidak ada. Jiwa sportifitasnya mandek. Permohonan (dan pemberian) maaf dari orang yang bertabiat thaghut tidak ada sebagaimana iblis yang tidak mau tunduk kepada Adam as di langit sebagai mana yang diperintahkan-Nya. Tabiat makhluk manusia semacam ini cukup banyak kalau dikaitkan dengan keinginan selalu mengejar dunia (hubbud dunya) terutama yang berkaitan dengan materi dan kekuasaan.

Hal ini terjadi karena kosa kata batinnya tidak tersirat sedikitpun. Karena apa? Karena telah tertutup (kafir) dalam mengenal adanya hari akhirat. Hari dimana setelah matinya, dibangkitkan kembali untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya selama ini. 1 Orang semacam ini tidak peka dengan kata keadilan. Yang ada didirinya adalah (menginginkan) materi dan (bahkan) kekuasaan. Kawan saya menyebutkan ‘money and power are yummy’ (lezat).

Itulah satu ciri negatifnya peradaban abad ke-21 ini. Makanya jika ada yang mencoba membawa dan mengingatkan kebada yang sifatnya ‘religious’ ditolak mentah-mentah. Ekstrim dari bentuk tatanan masyarakat semacam ini adalah komunisme, karena agama dianggap sebagai ‘opium’ baginya.

 Yang agak katakanlah moderat adalah sekularisme. Boleh beragama. Boleh mendirikan rumah ibadat dan lakukanlah disana sepuas hati untuk melakukan ‘worship’ ibadah penyembahan kepada Tuhan dan berdoa serta menasehati kehidupan spiritual anggota jemaahnya. Tapi tidak dalam urusan-urasan (dalam katanya) dunia. Maka dengan entengnya menyebutkan syariat tidak boleh dalam bernegara. Padahal mereka itu tidak mengerti arti kata syariat yang sebenarnya, kendatipun muslim sendiri yang tidak terpelajar akan hal ini atau terpelajar (katanya) namun lebih memilih angin sepoi-sepoi peradaban Barat yang memang lebih maju secara materi. Serta terkesima dengan iptek dan cara-cara menangani sistim pemerintahan dan kesejahteraan rakyatnya. Tapi lupa bahwa mereka itu sangat menghargai sistim kehidupan hubbud dunya.

●●●

   Kenapa peradaban dunia ini masih tetap eksis walaupun tidak begitu sempurna dalam kacamata ajaran Islam yang mengajarkan kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Karena jiwa dan moral yang ditanaman dalam peribadatan agamanya melahirkan kebajikan yang ekstrimnya walau sebesar (seberat) biji sawi akan dibalasinya. 2 

Jika selama kebaikan nilai-nilai ketuhahan masih ada maka keadilan itu masih terdapat pada diri (masyarakat) dalam pergaulan hidup manusia, selama itu pula pergaulan dalam tatanan hidupnya akan harmonis, aman, damai. Dengan keadaan itu timbul amanat dan percaya mempercai sesamanya. Dengan itu dapat dipetiklah buah dari keadilan itu, yaitu: family bonds, universal brotherhood of humankind, truthfulness, kindness, caring each other.

●●●

   Bagaimana dengan ridho Allah ‘Azza wa Jalla? Jawabnya, wal-lahu ‘alam bish-shawab. Yang pasti tahu hanya Allah Subhāna wa Ta’āla. Tapi perlu sama-sama kita mengingatkan bahwa segala amalan itu tergantung dari niatnya.  3 Kalau hidup ini niatnya karena Dunia maka hanya dunialah yang didapat. Dan memang didapatnya, karena dia tekun, rajin (tidak bermalas-malas) dan sangat bergiat untuk itu. Tapi bagian di akhirat tidak akan dapat lagi, sebagaimana firman-Nya:

  • Barang siapa menghendaki keuntungan di Akhirat, akan kami tambahkan keuntungan itu. Dan barang siapa menghendaki keuntungan di Dunia, Kami berikan sebagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian di Akhirat. 4


   Sebaliknya mereka yang meyakini hari akhirat dengan melakukan sholat, membaca dan mempelajari al-Qur’an dan al-Hadits, beribadah mahdah lainnya serta berakhlak mulia sesama muslim dan non muslim serta kepada alam lingkungan. Kemudian memandang hidup di dunia sebagai ‘ladang ibadah’, karena manusia di ciptakan untuk melakukan ibadah kepada-Nya. 5 Disamping itu manusia melaksanakan tugas pula sebagaimana yang diperintahkan-Nya yaitu ‘memakmurkan kehidupan di dunia6 bersama anggota masyarakat lingkungannya serta dunia. Maka dia akan mendapati kebaikan di Bumi dan kebaikan di Akhirat. 7 ©AFM


Catatan kaki:
1Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami (Allah) menciptakan kamu (manusia) secara main-main (tidak ada maksud, sebagai makhluk khalifah di bumi untuk beribadat dan memakmurkan bumi), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan (untuk mempertanggung-jawabkan perbuatannya di dunia) kepada Kami (Allah). [QS al-Mu’minun 23:115]
2(Luqmān berkata), “Wahai anakku! Sungguh jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu  atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Mahateliti. [QS Luqmān 31:16]
Siapa saja yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (akibat, balasan)nya. Dan siapa saja yang mengerjakan kejahatan (zalim) seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (akibat, balasan)nya. [QS az-Zalzalah 99:7,8]
3[al-Hadits]
4[QS asy-Syūra 42:20]
5”Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan Manusia, melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. [QS adz-Dzāriyāt 51:56]
6Dia (Allah) telah menciptakan kamu (manusia) dari bumi dan menjadikan kamu (manusia) pemakmurnya.* [QS Hud 11:61]
*Manusia dijadikan penghuni bumi untuk menguasai dan memakmurkan hidup di dunia untuk keperluan kesejahtaraan dan kebahagian hidupny selama berada di alam dunia (bumi).
7Ya Tuhan Kami, berilah kami kebaikan di Dunia, dan kebaikan (pula) di Akhirat. Dan  peliharalah kami dari azab neraka. [QS al-Baqarah 2:201] □

Blog Archive