Kata
Pengantar
Carli Fiorina, CEO dari Hewlett Packard,
Perusahaan perancang computer dan kemudian memproduksinya dengan merek HP,
seorang yang visioner dan berbakat tinggi, memaparkan: “Para arsitek yang
merancang bangunan-bangunan yang mampu melawan gravitasi adalah mereka para
matematikawan yang menciptakan aljabar dan algoritma yang dengan itu komputer
dan enkripsi data dapat tercipta. Mereka para dokter yang memeriksa tubuh
manusia, dan menemukan obat baru untuk menyembuhkan penyakit. Mereka para
astronom yang melihat ke langit, memberi nama bintang-bintang, dan membuka
jalan bagi perjalanan dan eksplorasi antariksa” - mereka itu adalah para ilmuan dan penemu Muslim pada zaman kejayaan
Islam di abad tengah.
Tajuk ini diambilkan dari naskah buku SHALAT MEMBANGUN
PERADABAN oleh A. Faisal Marzuki dari Kata Pengantar Penulis. Formatnya dibuat
seperti abstraksi dari isi buku tersebut. Insya Allah akan diterbitkan dalam
dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Selamat mengikuti sajian dari naskah buku
ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua. □ AFM
Pendahuluan
I
|
khwalnya, bermula dari usaha mengkaji ulang ibadah shalat
yang penulis lakukan. Tidaklah salah kiranya hasil kajian ini penulis sharing kepada yang mulia pelaku
shalat - mushalli, umat muslim. Muslimin
dan muslimat dan yang mu’minin dan mu’minat yang dicintai Allah swt.
Usaha kaji ulang
ini dilakukan tidak lain agar kualitas, kefahaman dan keabsahan ibadah shalat
yang dilakukan itu benar-benar sesuai dengan tuntunan junjungan kita Nabi
Muhammad saw sebagai utusan-Nya.
Terutama dalam masalah bagaimana cara, adab, dan bacaan dari shalat yang beliau
saw lakukan. Ketentuan-syar’i 1 sudah ditetapkan
seperti itu, tinggal kita mengikuti saja.
Dengan mengikuti
aturan-syar’i seperti itu, kita akan
mendapatkan keberkah dan kebaikan atas ketaatan dari perintah-Nya. Dibalik itu
semua kita akan mengerti hikmah cara, adab dan bacaan dari ibadah shalat yang
dilakukan seperti Rasulullah saw
mengerjakannya. Itu akan lebih dirasakan nikmat serta hikmahnya nanti, setelah
kita pelajari chapter by chapter dari
setiap kupasan dalam bab-bab (chapters)
yang ada di buku ini.
Selanjutnya
ialah, bahwasanya di Yaumil Akhir -
Hari Akhirat nanti yang diperiksa terlebih dahulu oleh Allah swt adalah ibadah shalatnya. Karena keutamaan-keutamaan
ibadah shalat sebagai pembuka pintu Surga; sebagai tiang agama; merupakan
pemelihara hubungan antara Khalik yang mencipta dan makhluk manusia yang
dicipta-Nya. Khalik yang mencipta disebut juga Rabb, yaitu Tuhan Yang Maha Esa Pencipta-Pemelihara-Pengatur alam
semesta yang terkembang yang menakjubkan ini,
dan Yang Disembah. Makhluk manusia yang diciptakan-Nya sebagai khalifah
pemakmur bumi; penyembah-Nya melalui ibadah shalat; dan amalan-amalan shalih
dalam rangka berdedikasi 2 kepada-Nya. Setelah selesai ibadah shalat
diperiksa, baru amalan-amalan lainnya diperiksa. Hal inilah yang sangat
mendorong penulis untuk mempelajarinya lebih dalam lagi tentang shalat ini,
takut kalau-kalau ibadahnya tidak sesuai dengan perintah-Nya. Sedang tuntunan cara-cara
pelaksanaanya datang dari utusanNya, Rasul
Allāh (baca Rasulul-Lōh), God Messanger, Muhammad saw.
Tentunya orang-orang beriman mesti taat kepada Allah swt dan taat pula kepada Rasul saw.
3 Lantas bagaimana nasib kita di Hari Akhirat jika cara
mengerjakannya tidak menuruti tuntunan dari Rasulullah saw?
Apakah ada
diantara kita melakukan shalat yang ada sekarang ini hanya ”take
it for granted”? Yaitu, apa yang diajarkan ketika dulu masih kanak-kanak
atau remaja akil baligh sudah cukup.
Maka cara itu sajalah yang dilakukan. Boleh jadi, mungkin, ketika itu kita
tidak diajari secara lengkap. Seperti: Apakah ada bacaan-bacaan yang lain
selain yang telah kita ketahui? Bagaimana yang sebenarnya cara-cara shalat yang
dilakukan Nabi saw? Bagaimana yang
sebenarnya adab-adab shalat yang dikerjakan Nabi saw? Untuk apa tujuan dari shalat yang dikerjakan? Apa manfaat atau
fadhilahnja bagi mushalli? Terakhir yang mesti kita ketahui pula. Apa dampak, pengaruh atau implikasinya bagi
kehidupan dan peradaban manusia dalam mengerjakan shalat yang telah di
kukuhkan-Nya di langit yang ke-7 itu? Kupasan dari buku ini mencakup semua
pertanyaan seperti itu.
Mengerti
Apa Yang Dibaca Dalam Shalat
Shalat yang kita
kerjakan sudah semestinya mengikuti seperti apa yang dikerjakan oleh Rasulullah
saw,4 termasuk bacaannya
yang berbahasa Arab. Maka dari itu mengetahui arti bacaan dari lafadz doa dan
dzikir dari bahasaibu Muhammad saw mesti pula kita ketahui. Artinya,
ucapan yang berbahasa Arab dalam shalat dapat dimengerti sebagaimana kita
mengerti seperti bahasa kita sendiri, bahkan lebih. 5 Dengan itu
menghujam kepetala hati, karena terhayati bacaan bahasa Arab itu.
Ada sebuah
hadits yang di riwayatkan oleh Ibnu Hibban dan Tirmidzi ra menyebutkan bahwa Rasulullah saw
bersabda: “Doa itu adalah otak 6
ibadah”. Sedang shalat itu berisikan doa-doa yang dibacakan dalam mengerjakan
shalat. Maka, doa yang
dibaca itu sebagai otak dari ibadah shalat. Otak disini merupakan metaphor, kiasan yang paling tepat. Kata
sanding antara bacaan ibadah shalat dan
fungsi otak paling tepat seperti hadits Rasul saw ini. Karena fungsi doa dalam ibadah shalat dapat menggerakkan psycho-motoric seperti anggota badan
terkendali sesuai dengan bacaan ibadah shalat yang diucapkan itu. Seperti terkendalinya
mulut dari perkataan yang sia-sia dalam berkata; terkendalinya tangan dan kaki
melakukan amalan atau kerja yang membangun bukan merusak; terkendalinya mata dan
telinga dalam menyaringnya dan berbuat dari apa yang dilihat dan didengar di
jalan yang di ridhai-Nya. Makna yang bersambung dari fungsi doa dalam ibadah
shalat yang dikiaskan sebagai otak, yaitu alat untuk menimbang, berfikir dan melakukan mana yang baik mana
tidak; mana yang bermanfaat mana yang mudharat, mana yang membangun dan mana
yang merusak. Bahkan ada suatu pertimbangan kedua-dua yang dipilih itu
sebenarnya kurang begitu baik, maka kita pilih yang mudharatnya lebih sedikit
dari yang lainnya, terutama dalam ibadah ghaira
mahdah (bukan ritual, hamblum minan nās – hubungan antar manusia). Dengan
kaidah-kaidah pilihan semacam itu, hawa nafsu atau ego sebagai faktor pendorong
keinginan, kemauan, kehendak manusia terkendali dengan baik sesuai dengan mapping target dari nilai-nilai kebaikan
dari ajaran-Nya yang membangun, selamat, dan sejahtera yang diridhai-Nya dalam
hidup ini.
Untuk itulah ibadah shalat di syariatkan,
karena dengan ibadah shalat akan dapat mencegah fahsya dan mungkar. Jika ibadah
shalat sesuai seperti apa yang dilakukan Nabi saw, maka akan menunjang kesehatan karakter mental ber-addinul Islam (agama, way of life) kita. Dalam keadaan karakter
mental yang sehat, maka mampu beraktifitas yang membangun peradaban.
Doa-doa yang dibaca dalam beribadah shalat ini
akan sungguh bermanfaat dengan baik bila tahu arti dan maksud bacaan lafadz bahasa Arab dari doa-doa yang
diucapkan ketika shalat. Sepertihalnya dari salah satu doa ketika duduk
diantara dua sujud membaca: Rabbighfirlī, warhamnī, wajburnī,
warfa’nī, warzuqnī, wahdinī, wa ’āfinī. Arti dari lafadz doa itu adalah: Ya Rabbi - Ya Tuhanku! Ampunilah aku; Kasihilah aku; Tutuplah
kekuranganku;
Angkatlah
derajatku, cukupkanlah rezekiku;
Tunjukilah aku - kejalan yang lurus; Dan sehatkanlah aku.
Demikian dahsyatnya kata-kata
bacaan shalat tersebut ditinjau dari kehidupan manusia, karena semuanya itu
mencakup seluruh kebutuhan hidup manusia di bumi ini yang kita mohonkan kepada
Yang Maha Kuasa. Untuk lebih menghayati makna yang dalam dari rangkaian doa
tersebut, mari kita kupas satu persatu di sini.
Rabbighfirlī - Ya Tuhanku! Ampunilah Aku.
Doa ini adalah doa mohon ampunan.
Bahwa ekses dalam mengerjakan sesuatu dalam hidup ini boleh jadi adanya kesalahan
(defect). Malah sering pengakuan ini
diucapkan dalam suatu pidato sambutan panitia penyelenggara suatu pertemuan
atau suatu hajat menyebutkan: “Tidak ada gading yang tidak retak”. Artinya
kalau ada kekurangan (salah) yang tidak pada tempatnya dalam penyelenggaraan
ini mohon dimaafkan, diucapkannya dengan sincere.
Malah sering juga ditambah dengan kata dikemudian hari kita harapkan tidak
terjadi lagi. Terutama kesalahan yang fatal atau sangat fatal.
Kebiasaan salah yang dibiarkan, sulit untuk
mengubahnya, karena sudah menjadi budaya. Salah dalam bahasa agama disebut dosa,
karena tidak memenuhi ridha-Nya. Malah dalam hal tertentu, misalnya korupsi
dibiarkan, akan merusak tatanan hidup bernegara dan berpemerintahan suatu
negara. Negara yang baik dan akan tumbuh sehat harus bebas dari koruptor.
Terjemahan dari surat al-Qashshas, surat ke 28 di ujung ayat 77 dalam bahasa
Indonesia disebutkan: “Dan janganlah
kamu berbuat kerusakan (berbuat kerusakan dalam bahasa Inggrisnya corruption) di muka bumi. Sungguh Allah
tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan (orang yang berbuat kerusakan dalam
bahasa Inggrisnya corrupters). Dengan
itu perbuatan korupsi adalah sama artinya dengan membuat kerusakan di suatu
negara. Dengan membiarkan orang berbuat korupsi oleh para koruptor itu adalah
suatu tindakan yang tercela di suatu negara. Dan ini artinya jangankan mau maju,
tapi meruntuhkan negara itu sendiri. Inilah yang diingatkan oleh Allah swt dalam surat al-Qashshas ayat 77 itu.
Salah atau dosa bisa terjadi karena ketidak
sengajaan atau karena kelalaian. Namun ada suatu kesalahan dan dosa itu bisa
terjadi dengan sengaja, tapi tidak mampu mengelakkannya, hawanafsunya lebih
kuat daripada istiqamah dalam memegang teguh keimananannya. Bahkan ada lagi dosa
yang tidak kita ketahui, bahwa itu salah dan berdosa. Kesalahan-kesalahan itu bisa terjadi kepada
diri sendiri; kepada keluarga; kepada teman, kepada tetangga; kepada bangsa dan
negara; termasuk kepada yang diibadahi yaitu Allah ‘Azza wa Jalla. Hal semacam inilah yang dimohon untuk diampuni,
suatu kesadaran yang jujur. Dengan ampunan-Nya, bersihlah kita. Apalagi tidak
dilakukan lagi, tobatan nasuha, seperti melakukan dosa-dosa besar baik dalam
urusan spiritual keagamaan maupun dalam urusan bernegara semisal tidak amanah,
korupsi, berdusta kepada rakyatnya dalam berjanji, dst, dst-nya. Ada catatan disini,
bahwasanya melakukan kesalahan atau dosa kepada manusia, harus pula meminta
maaf kepada manusia yang bersangkutan. Artinya tidak cukup hanya kepada yang
Allah swt. Dengan itu kita sungguh dapat
ridha-Nya, karena kita telah bersih dari kesalahan dan dosa itu.
Warhamnī
- Kasihilah Aku. Mohon di
kasihi-Nya. Seperti dapat ampunan, karena kasih Allah kepada makhluk-Nya. Untuk
memastikannya, kita mohonkan lagi kepada-Nya agar dikasihi-Nya. Kasihnya yang
lebih luas lagi adalah keridhaan-Nya bahwa apa yang kita kerjakan selalu
mendapat bimbingan dan berkah dari-Nya.
Wajburnī
– Tutuplah Kekurangan Aku. Mohon ditutup segala kekurangan
kita. Dengan dibersihkan diri dari dosa dan kesalahan, berarti kita dikasihi-Nya.
Dengan itu semua, kita mohonkan lagi untuk ditutupi segala kekurangan kita, dan
tertutuplah segala kekurangan itu atas sifat pemaaf-Nya dan kekasih
sayangan-Nya, sehingga tidak ada beban dosa yang membuat kita pesimis dan putus
asa. Kekurangan dan segala kekurangan kita ditutupi dengan maksud agar Yang
Maha Kuasa memberi kelebihan-kelebihan yang kita harapkan dari isi-Nya dari doa
itu. Dengan ditutupnya kekurangan itu, berarti kita diberi kesempatan untuk
menutupi segala kekurangan itu dengan berbuat kebaikan-kabaikan yang lebih
banyak lagi.
Warfa’nī – Angkatlah Derajatku. Selanjutnya kita mohon diangkat derajat
kita. Dengan itu, dapat kehormatan di mata Allah. Dengan itu menjadi percaya
diri, tapi tetap humble tidak sombong
atau membangga-banggakan diri kepada orang lain. Hendaknya permohonan ini dapat
dikabulkannya dengan tetap humble and kind. Dengan dikabulkan permohonan
dari rangkaian doa sebelumnya seperti ampunan-Nya, kasih-Nya, maka
diperkenankan doa diangkat derajat. Atas kekuasaan dan kekasih sayangan-Nya, terangkat
derajat kita. Dengan itu kita dalam hidup ini yakin dan percaya diri akan
berbuat lebih baik lagi.
Warzuqnī
– Cukupkanlah Rezekiku. Mohon diberi rezeki yang cukup. Manusia
hidup, perlu rezeki. Dengan rezeki itu kita dapat membiayai kehidupan kita, maka
kita mohonkan dicukupkan rezeki. Dengan mendapatkan pekerjaan atau ada
pekerjaan, ada usaha kecil-kecilan, menengah dan besar, dapatlah rezeki. Rezeki
tidak hanya berapa banyak uang yang diperoleh, tapi ada nilai kecukupannya.
Juga mendapat manfaatnya dan keberkahan dari rezeki itu, seperti mungkin
sedikit tapi cukup, banyak maka kita berbagi kepada yang kurang. Cara hidup
seperti ini memang berkah. Rezeki lain adalah kesehatan, kemampuan bekerja
baik, berfikir baik, berbuat baik.
Ada
yang mengeluh, sudah bekerja keras, tapi tidak cukup. Bisa saja terjadi seperti
itu. Ketika warga Madinah hidup di zaman Rasulullah saw dan Khulafa Ar-Rasyidun, mempunyai
sumber dana yang namanya Baitul Māl, Kas Negara. Dari Baitul Māl inilah
dikeluarkan dana untuk diberikan kepada warga yang kurang mampu.
Ada enam sumber pemasukan yang dikelola
Baitul Māl. Pertama, berasal dari zakat mal yang mencapai 2,5 persen dari
penghasilan. Sumber pemasukan itu hanya dihimpun dari umat Muslim saja. Kedua, berasal dari jizyah yakni pajak perlindungan dari
non-Muslim yang tinggal di wilayah Muslim. Meski begitu, non-Muslim yang sakit,
miskin, wanita, anak-anak, orangtua, pendeta serta biarawan dibebaskan dari jizyah dari warga non Muslim. Ketiga, bersumber dari ushr yakni pajak tanah yang khusus
diberlakukan bagi perusahaan-perusahaan besar. Nilainya mencapai satu per
sepuluh dari produksi. Keempat,
berasal dari khiraj, yakni pajak
tanah. Kelima, bersumber dari ghanimah, yakni satu per lima dari hasil
rampasan perang. Keenam, berasal
dari pajak yang dipungut dari saudagar atau pengusaha non-Muslim, karena mereka
tak membayar zakat.
Dana yang berhasil dihimpun Baitul Māl itu
lalu disalurkan untuk menjamin kesejahteraan rakyat miskin yang membutuhkan.
Tak hanya itu, rakyat yang lemah dan cacat baik Muslim maupun non-Muslim
mendapat santunan dari Baitul Māl. Orang tua yang tak mampu lagi mencari
penghasilan juga mendapat jaminan kehidupan dari Baitul Māl. Anak-anak
yatim-piatu yang tak lagi memiliki pelindung mendapat jaminan dari negara yang
dananya berasal dari Baitul Māl.
Meski ada lembaga yang bertugas untuk
menjamin kesejahteraan rakyat, Khalifah Umar tak lantas berpangku tangan.
Setiap malam, khalifah berkeliling ke berbagai tempat untuk memastikan
rakyatnya hidup dalam kecukupan dan tak kelaparan. Sepertihalnya di Amerika sekarang
ini. Penduduk yang kurang mampu mendapat kartu food stamp semacam kartu debit dengan itu belanja bahan makanan
menggunakan kartu tersebut. Sedangkan di zaman permulaan berdiri negara berdasarkan
ajaran Islam memberikannya dengan uang tunai yang diambilkan dari Baitul Māl. Bahkan
pernah di zaman khalifah Abu Bakar ra berkeliling
untuk mau membagikan kepada yang membutuhkan uang dari Baitul Māl ini, tapi
tidak ada penduduk yang mengambilnya, karena penghasilan warga Madinah sudah mencukupi
biaya hidupnya.
Di zaman modern ini, khususnya yang penulis
tahu di Amerika dan Eropa yang telah penulis kunjungi dan bercakap-cakap dengan penduduk
setempat khususnya di Belanda, fungsi pemerintah untuk warganya menyiapkan dan
menyediakan lapangan pekerjaan. Menetapkan upah minimum. Jadi para pengusaha
tidak semaunya saja memberi upah atau gaji melainkan diatur pemerintah. Arti
upah atau gaji minimum disini adalah cukup untuk biaya pemondokan dan keperluan
makan dan kehidupan sehari-hari, jadi kalaupun masih kurang ada kartu food stamp seperti tersebut diatas.
Demikianlah
cara penanganan negara di zaman modern ini yang dilakukan negara maju. Prinsip-prinsip
bernegara seperti itu, telah dilakukan pada abad ke-7 yang dimulai dari Rasulullah
saw dan di era Khulafa Ar-Rasyidun
ini, serta di era-era selanjutnya sampai jatuhnya zaman keemasan Islam. Sejak itu daerah-daerah
eks khilafah
- pemerintahan Islam diduduki dan dijajah,
dan terpecah-pecah, tidak mendapat perlakuan seperti itu lagi. Kemudian mereka
berontak dan berjuang dengan senjata dan perundingan menuntut kemerdekaan dari
tangan penjajahnya. Kemudian setelah mereka mendapatkan kembali haknya, mendirikan
negara nasional masing-masing. Sebahagian besar dari negara-negara merdeka ini masih
lemah untuk menegakkan prinsip-prinsip kehidupan sosial kemasyarakatan seperti sebelum
di jajah.
Wahdinī – Tunjuki Aku kejalan yang lurus. Kita berdoa memohonkan di
tunjuki jalan lurus. Maksudnya jalan yang diridhai-Nya, jalan keselamatan dan
jalan kebaikan. Dengan itu di mohonkan dalam menempuh kehidupan dengan jalan
Lurus. Artinya tidak menempuh dengan jalan tidak baik. Misalnya, dalam
kehidupan ekonomi. Merugikan orang lain. Merugikan perusahaan. Merugikan badan
pemerintahan, seperti: curang, menipu, korupsi, sogok. Dalam bahasa agama
diringkas menjadi kalimat fahsya
artinya berbuat keji dan buruk; berbuat mungkar
artinya berbuat salah dan melanggar hukum.
Ditempuhnya
kehidupan dengan menggunakan jalan lurus, akan mendapat keberkahan baik di
dunia maupun di akhirat. Tatanan hidup masyarakat menjadi stabil dan tumbuh
kuat dan maju. Karena tidak ada dalam kehidupan ini curang, korupsi, berdusta,
menipu, tidak adil, bekerja yang tidak ada tanggung jawab. Semua seperti itu
ditingkalkan dan dibangun kebiasaan-kebiasaan yang baik dengan jalan lurus.
Begitu pula dalam memilih keyakinan agama. Jalan yang ditempuh itu jalannya
para Nabi, Rasul, Shalihin. Yaitu jalan orang-orang yang telah Allah swt beri nikmat kepadanya; bukan jalan
mereka yang dimurkai, dan bukan pula jalan mereka yang sesat. 7
Wa ’āfinī
– Dan Sehatkan (Sejahterakan) Aku. Terakhir doa untuk mendapat
kesehatan dalam kehidupan. Tanpa ada kesehatan yang baik (wellness), maka terganggulah segala aktifitas yang akan kita
kerjakan. Pengertian yang lebih luas lagi, kita dalam keadaan wellbeing. Artinya sejahtera, berkucukupan.
Bahkan lebih dari cukup (kaya), sehingga mampu membagi rezeki kepada yang
kurang. Kalau tidak demikian, maka kemiskinan itu mendekati kepada kekufuran.
Sering terjadi keimanan seseorang dibeli, karena kemiskinan ini.
Demikianlah kupasan dari satu rangkai doa yang
berjalin berkelindan dari mohon ampunan, mohon mendapat kasih, ditutup segala
kekurangan, diangkat derajat, ditunjuki jalan yang lurus, akhirnya sampai mendapatkan hidup sehat dan sejahtera.
Kupasan-kupasan dari untaian dari jalinan lafadz-lafadz
doa tersebut diatas, menjadi terpatri di diri kita. Karena telah dapat
menangkap arti dan makna doa itu, seperti yang telah dikupas diatas. Dengan itu
jelas apa yang mesti kita lakukan dalam hidup ini. Dengan cara apa untuk
mendapatkannya. Tentu yang diharapkan dalam hidup di dunia ini agar bisa
memenuhi kehidupan yang layak, selamat dan baik. Selamat dan baik pula di
akhirat. Dengan itu kita mesti melakukan pekerjaan yang di ridhai-Nya, yaitu
tidak melakukan dengan jalan fahsya
dan mungkar – karena jalan fahsya dan mungkar merusak tatanan masyarakat yang membuat warga dan negara itu lemah. Ini berakibat kepada
keyakinan beragama lambat laun menjadi runtuh, karena hilang kepercayaannya
disebabkan ulah orangnya, bukan ajarannya. Yaitu, berlawanan dengan isi ajaran
agama yang sesungguhnya, dimana hidup beragama menjadikan setiap orang beriman
menjadi khalifah pemakmur kehidupannya di bumi. Yaitu, selamat dan sejahtera di
bumi dan selamat dan sejahtera di akhirat.
Kembali mengenai
pemahaman lafadz bahasa Arab dalam membaca bacaan shalat semisal mendapat anak
kunci dari pintu masuk ke kamar kekhusyu’an. Untuk membantu kekhusyu’an shalat,
dalam buku ini ada terjemahan arti dari bacaan-bacaan shalat ini penulis
cantumkan pula. Disamping itu, mungkin ada yang perlu dibantu kefasihan dalam
membaca tulisan huruf Arab, maka kami cantumkan pula transleterasi dalam huruf
latin. Begitu pula kami sajikan pula daftar transleterasi tulisan dari huruf
Arab ke Latin yang terdapat di halam akhir buku ini.
Sebagai sumber dalil
darimana bacaan-bacaan shalat itu, tidaklah salah kiranya penulis sebutkan sumber
hadits dari lafadz-lafadz bacaan (dan juga gerakan-gerakan) yang kita lakukan. Insya Allah akan menambah pula kemantapan kita
terhadap keabsahan bacaan (dan gerakan) shalat yang dilakukan. Bacaan doa diantara
dua sujud, seperti diatas, bersumber dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Abbas ra.
Testimoni Manfaat Ibadah Shalat
Testimoni dari pengaruh
atau dampak dan manfaat melakukan shalat, dari mengetahui arti dan makna dari bacaan
lafadz doa yang berbahasa Arab, dapat penulis ambilkan dari suatu kisah nyata. Tahun
90-an, penulis dan kawan-kawan mengundang salah satu Menteri Kabinet
Pembangunan untuk bersilaturahmi di salah satu rumah makan yang terletak
dibelakang gedung kedutaan besar Indonesia di Washington D. C., Amerika
Serikat. Salah satu perbincangannya adalah mengenai shalat. Apa kata menteri
yang ’Prof Dr.’ ini: ”Saya tidak bisa menerima ’amplop’ - tentu berisi uang
maksudnya, karena bertentangan dengan shalat yang saya lakukan itu”. Terhadap
hal ini teringatlah penulis kepada sebuah firman Allah swt tentang pengaruh dahsyat
dari ibadah shalat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, khusyuk,
paham dan terhayati maknanya, tentu akan ada
bekasan-bekasan atau goresan-goresan yang
tinggal di lubuk hati yang paling
dalam: “Kerjakanlah Shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan fahsa
– keji, buruk dan mungkar – salah, pelanggaran hukum dan ketentuan-ketentuan-Nya.” 8 Inilah
sebagian dari dampak dahsyat yang sangat positif dari mengerjakan shalat.
Sebetulnya itu salah satu dimensi dari multi dimensi lainnya dari dampak
mengerjakan shalat. Perintah shalat ini langsung diterima Rasulullah saw dari Allah ‘Azza wa Jalla ketika berada di Sidratul Muntaha, di langit yang
ketujuh.
Ada pula
pengakuan dari seorang Korea bernama San Jin Gu dengan pangkat Kapten. Ia
adalah salah satu komandan Brigade-11 SF, perdamaian PBB dari Korea Selatan. Ia
mengamati orang-orang muslim shalat
berjamaah di Masjid. Kebetulan markas pasukannya berada dekat Mesjid itu yang
terletak di wilayah Irbil, Irak bagian utara. Sang Kapten ini tertegun, sungguh luar biasa melihat gerakan-gerakan shalat ini,
sampai-sampai sang Kapten ini mencoba menirukan di kamarnya sendirian. Pada
saat mempraktekan gerakan-gerakan shalat itulah ia merasakan ketenangan dan
kedamaian dihatinya.9 Firman
Allah swt: “Shalatlah atas mereka, karena sesungguhnya shalatmu itu
menenangkan dan menenteramkan mereka.” 10 Maknanya adalah
mengerjakan shalat itu berdampak positif bagi kesehatan jiwa. Yaitu membuat
ketenangan dan kedamaian di hati.
Menjelang
memasuki usia pensiun, penulis mulai mengerjakan shalat dalam keadaan duduk yang biasanya berdiri. Dari sinilah timbul
niatan untuk mengkaji ulang pengetahuan ibadah shalat penulis. Setelah didapat pengetahuan ‘menyeluruh’ dari ibadah shalat ini, kemudian dipraktekkan,
ternyata setelah itu ada perbaikan. Shalat
penulis normal kembali. Yaitu tidak lagi shalat duduk tapi kini
shalatnya dimulai dari berdiri. Jadi dengan itu shalat berdampak dahsyat pula
bagi kesehatan tubuh manusia, disamping ketenangan dan kedamaian hati seperti
pengalaman Kapten San Jin Gu. Kemampuan
penulis seperti itu mengisyarakat kepada penulis yaitu semuanya datang dari Allah ‘Azza wa Jalla, karena kita berhubungan
dengan-Nya langsung melalui shalat. Oleh karena itu sebagian ulama menyatakan
shalat adalah mi’raj kaum muslimin, yaitu
perjalan mushalli menemui-Nya melalui
munajat kepada-Nya. Māsyā
Allāh, lā
quwwata illā billāh. Alhamdulillāhil ladzī bini’matihi
tatimmush shā-lihāh - Semua terjadi atas kehendak Allah. Tidak
ada kekuatan kecuali di tangan Allah. Segala puji bagi Allah yang
dengan anugrah nikmat-Nya akan sempurnalah segala kebaikan.
Dengan testimoni
dan pengalaman penulis seperti
tersebut diatas, penulis mempunyai
keyakinan kuat sekali bahwa shalat adalah sebagai agent
of changes yaitu sebagai faktor yang menyebabkan perubahan yang
sangat signifikan bagi kemajuan dan kebaikan pelakunya. Shalat yang sesungguh-sungguhnya shalat akan membawa
kemanfaatan baik bagi diri dan berdampak
dahsyat bagi masyarakat sekeliling - comunity
development, seperti yang tercermin dalam shalat berjamaah.
Ibadah Shalat Membangun Peradaban
Manusia
Manfaat ibadah shalat tidak berhenti disitu
saja, melainkan berlanjut. Karena kemanfaatannya multi dimensi. Yaitu berdampak
dahsyat jika mengerjakan ibadah shalat dengan berjamaah. Peserta shalat
berjamaah membangun peradaban manusia. Ini telah dibuktikan dalam sejarah Islam ketika Rasullullah saw membangun masyarakat Madinah yang
tadinya jahiliyah (tidak berperadaban) menjadi berperadaban. Jama’ah diikat
dalam kesepakatan bersama yang dituangkan secara tertulis menjadi
‘undang-undang dasar’ yang bernama Piagam - Charter Madinah 11 yang
dibuat Rasulullah saw sebagai pondasi
awal peradaban. Kemudian dilanjutkan oleh
para pengikut beliau menjadi tradisi.
Kebiasaan berdasarkan hukum inilah yang membangun peradaban ini. Dengan semangat itu pulalah Baghdad bangun yang
menjadikannya pusat ilmu pengetahuan dunia, ketika itu. Kemudian berlanjut ke Al-Andalus - Spanyol Islam. Dari dua pusat ilmu tersebut, melahirkan tokoh-tokoh dan perintis ilmu
kelas dunia seperti antara lain Ibnu Khaldun Bapak Ilmu Sosiologi dan Ekonomi, 12 Al-Zahrawi Bapak Ahli Bedah 13 dan Al-Khawarizmi Bapak Aljabar, juga algoritmi serta
angka 0
(nol), 1 sampai dengan 9 sebagaimana orang Eropa menyebutnya
sebagai ‘Arabic Number”, 14 Al-Jazari Insinyur
Jenius dan Bapak Robotik; 15 dan seterusnya.
Peran Muhammad saw Dalam Bidang Pemerintahan.
Sebelum kedatangan Rasul saw, berlaku ‘hukum rimba’ disebut juga
Jahiliyah. Siapa yang kuat, itu yang menang, dan berikutnya menguasai yang
kalah. Namun cara ini mempunyai efek vicious
cycle – pembalasan dendam, yaitu yang tadinya kalah memerangi yang tadinya
menang. Perang tidak ada hentinya, selalu perang memerangi. Mereka tidak pernah
damai. Madinah tidak pernah stabil, sebelum kedatangan Rasul saw.
Konflik yang dihadapi saat itu substansinya
bukanlah konflik baru, melainkan telah menjadi budaya, dan in tidak baik bagi
perkembangan Madinah. Bagaimana cara mengatasinya? Rasul Muhammad saw membuat Piagam Madinah sebagai
kontrak sosial dalam bermasyarakat dalam suatu komunitas (negara) Madinah. Piagam
atau Konstitusi Madinah yang tertulis ini merupakan perjanjian dari Nabi saw berlaku di
antara orang-orang Mukmin dan Muslim dari Quraisy dan Yatsrib serta siapapun
yang mengikuti mereka, menyusul di kemudian hari, dan yang berjihad bersama
mereka. Yaitu menyingkirkan belenggu Jahiliyah dan fanatisme kekabilahan -
golongan-golongan yang berfaham tidak ta’aruf, 16 yang membuat
Madinah tenggelam dalam ‘abad gelap’ 17 menjadi bangkit karena paham
akan makna ta’aruf itu dalam
bernegara (bermasyarakat, berkomunitas). Banyak aspek yang bisa menjadi topik
pembahasan terkait bagaimana Piagam Madinah dapat menjadi resolusi yang dapat
mencegah konflik, selanjutnya menyatukan
pluralistik masyarakat Madinah ke dalam satu ummah.18 Suatu
prestasi yang gemilang yang dilakukan Rasulullah saw dalam membangun peradaban.
Kedekatan Nabi Muhammad saw dengan Allah Yang Maha Kuasa ini, ia bina melalui Ibadah shalat,
shalat berjamah. Ibadah shalat Rasulullah saw
sungguh luar biasa, membangun kebersamaan dalam kepemimpinan (imam) yang amanah
dan ketaatan pengikutnya (jamaah). Dengan itu, dapat memecahkan masalah-masalah
sosial dan kehidupan bernegara dan antar negara sekitarnya. Kepiawaannya Muhammad
saw sebagai Rasullullah, pemimpin
umat Madinah ini diabadikan oleh Dr. Micheal H. Hart, seorang ilmuan Amerika
ternama di bidang astronomi dan geometri. Ia mengadakan riset tokoh-tokoh
terkenal di dunia, kemudian hasilnya dipaparkan dalam bukunya The 100: A
Ranking of the most Influential Persons in History, by Michael H. Hart, Published by Carol Publishing Group. Dalam buku itu disebutkan bahwa: Sepanjang catatan
sejarah, Muhammad (saw) adalah
pemimpin peringkat pertama yang sungguh paling sukses. Dia mempengaruhi dunia,
baik dalam kapasitasnya sebagai tokoh ’agama’ (religious) dan
tokoh ‘keduniaan’ (secular).
Sebelumnya, George Sale penulis terjemahan
Al-Qur’an ke dalam bahasa Inggris yang diberi nama The Koran 19,
terbit tahun 1734, melihat
sosok Nabi Muhammad saw sebagai:
Pribadi yang sungguh baik karakternya;
Punya kecerdasan yang mendalam; Perilakunya yang menyenangkan; Mengasihi orang miskin; Sopan kepada setiap
orang; Kukuh didepan musuh; Dan diatas segalanya, memiliki penghormatan yang
sangat tinggi atas nama Allah.
Kemudian ia menuliskan lagi: “if
the religious and civil institutions of foreign nations are worth of knowledge,
those of Mohammed, the lawgiver of Arabians, and founder of an Empire which in
less than a century spread itself over a greater part of the world than the
Romans were ever masters of, must needs be so.” 20 Uraian dalam
bahasa Indonesia kurang lebihnya sebagai berikut: Jika agama dan sistem lembaga sipil dari bangsa asing (maksudnya bangsa
Arab) berguna sekali untuk diketahui,
maka ketahuilah bahwa aturan dan hukum yang dibuat oleh Muhammad (saw), selaku pembuat hukum bagi
orang Arab dan pendiri Imperium (Madinah), kurang dari satu abad, dengan
sendirinya, telah mampu mengembangkan dan melebarkan wilayahnya lebih besar
daripada apa yang dicapai Romawi yang dikenal sebagai penguasa dunia. Dengan itu sangat penting untuk mempelajari
(siapa Muhammad saw dan apa yang
diajarkan Kitab Suci al-Qur’an).
Demikian sejarah telah mencatatnya, bahwa perkembangan Islam yang telah membangun peradaban itu tidak lepas dari rintisan usaha dan kerja keras para shahabat dibawah kepemimpinan Muhammad saw di Madinah. Kemudian tradisi itu
dilanjutkan oleh setiap generasi dalam pemerintahan yang berdasarkan ajaran
Islam yang dicontohkan Rasulullah saw.
Dan generasi umat Islam dimana saja dia berada, berusaha melestarikan nilai-nilai ajaran Islam yang sangat menakjubkan George
Sale, penerjemah Al-Qur’an, memberi penghormatan dan penghargaan tinggi kepada Rasulullah
Muhammad saw dan kitab suci Al-Qur’an.
Ini suatu fakta sejarah yang tidak bisa diabaikan, seperti apa yang digambarkan
George Sale pada abad ke 18 (1734) dan kemudian oleh Michael H. Hart pada akhir
abad ke-20 (1978).
Demikianlah uraian kata pengantar penulis - yang
ingin menggaris bawahi - bahwasanya sungguh betapa luarbiasanya dampak dahsyat
dari shalat ini. Dengan ibadah shalat yang sungguh-sungguh, dapat membangun peradaban
manusia. Suatu hal yang sebelumnya tidak terpikirkan sama sekali oleh penulis. Namun
setelah mengadakan penelitian kepustakaan ini, dapat dipahami sekarang bahwa dampak
melakukan shalat yang bersungguh-sungguh seperti yang dilakukan Nabi saw luar biasa hasilnya. Dengan kata pengantar ini, insya Allah
akan mudah memahami hubungan dan dampak antara “ibadah shalat” dan “membangun
peradaban” dalam menguraikan apa yang dituliskan dalam buku ini selanjutnya. □
Catatan Kaki:
1 Kata syar’i
berdasarkan etimologi sendiri berarti perjalanan yang ditempuh di air. Dengan
kata lain yaitu jalan yang dapat dilalui oleh manusia menuju Allah swt. Syar’i dikaitkan dengan hukum
atau ketentuan dari Allah swt berarti
seperangkat hukum, ketentuan atau peraturan yang merujuk kepada ketentuan dari
Allah swt. Adapun ketentuan yang
telah ditetapkan ini meliputi tentang perilaku manusia yang mengikat seluruh
umat Muslim untuk mengikuti atau mentaatinya.
2 Dedication: The willingness to give a
lot of time and energy to something because it is importance; Dedication is the
act of consecrating our altar, temple, church, mosque or other sacred building;
dedication: A feeling of very strong support for loyality to someone. Dedikasi adalah suatu komitmen, pengabdian, kesetiaan
kepada Allah swt dengan cara
peribadatan shalat dan amalan-amalan shalihan yang di ridhai-Nya. Dilakukan
dengan sepenuh hati, tunduk dan tawadhu’, khusyu’ dan thuma’ninah, karena Dia
adalah Pembesar Alam Semesta di mana kita berada dan kita diciptakan-Nya. Kita
diciptakan-Nya sebagai makhluk yang beribadah kepada-Nya dan sebagai khalifah
pemakmur di bumi.
3Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan
taatlah kepada Rasul, dan janganlah kamu merusak segala amalmu (karena tidak
menaati Allah dan menaati Rasul saw).
[QS Muhammad 47:33]
4 Kalau wahyu datang memberikan ijmal (garis-garis besar, tidak diperinci), datanglah uraian dari
Nabi saw secara tafhil (memperinci,
memperjelas, memberi tuntunan). Misalnya datang perintah Ilahi shalat lima
waktu, maka datanglah perbuatan Nabi saw
menjelaskan bagaimana melakukan shalat dengan sabda beliau saw: Shallū
kamā ra-aytumū fī ushallī.” Artinya:
“Bershalatlah kamu sebagaimana kamu
lihat aku
bershalat.”
5
Beberapa atau sebagiam dari kosa kata Arab diterjemahkan kepada bahasa-bahasa
selain bahasa Arab Qur’an atau hadits baru hampir-hampir persis atau tidak
begitu persis benar. Contoh seperti kata Rabb kita artikan Tuhan, sementara Allāh
kita artikan pula Tuhan. Rabb dalam
bahasa Inggris diterjemah sebagai Lord, disamping ada kata God. Rabb terjemahan yang sebenarnya
kedalam bahasa Indonesia cukup panjang, yaitu Tuhan yang mencipta alam semesta;
Tuhan yang memelihara alam semesta; Tuhan yang mengurus alam semesta; Tuhan
yang mengendalikan alam semesta; Tuhan yang diibadahi oleh makhluknya termasuk
manusia. Maka dari itu ucapan ibadah shalat termasuk adzan dan iqamatnya mesti
dalam bahasa kesatuan umat Muhammad, umat Islam, yaitu bahasa Arab. Begitu pula
bacaan surat yang diambil dalam al-Qur’an dalam bahasa Arab, tidak bahasa
Indonesia atau bahasa-bahasa lainnya, karena itu bukan al-Qur’an tapi
terjemahan al-Qur’an. Allah swt
berfirman: “Wa kadzālika anzalnāhu hukman
‘arabiyyā”, artinya atau terjemahannya: Dan demikian Kami (Allah) telah
menurunkannya (al-Qur’an) sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa ‘Arab.
[QS ar-Ra’d 13:37]. Lihat pula QS 26:195; QS 41:44; QS 42:7; QS 46:12.
6Otak
disini merupakan metaphor (kiasan
yang paling tepat) atau kata yang sandingannya tepat dari fungsi otak - doa itu seperti otak, yang
paling tepat dari hadits Rasul saw
ini. Karena fungsi otak disamping fungsinya sebagai alat untuk menimbang dan
berfikir (mana yang baik mana tidak; mana yang manfaat mana yang mudharat),
tapi juga sebagai pusat kendali agar organ-organ tubuh bekerja dengan baik. Apa
akibatnya kalau otak tidak bekerja?
Otak
Anda mengendalikan semua fungsi tubuh Anda. Otak merupakan pusat dari
keseluruhan tubuh Anda. Jika otak Anda sehat, maka akan mendorong kesehatan
tubuh serta menunjang kesehatan mental Anda. Sebaliknya, apabila otak Anda
terganggu, maka kesehatan tubuh dan mental Anda bisa ikut terganggu.
Seandainya
jantung atau paru-paru Anda berhenti bekerja selama beberapa menit, Anda masih
bisa bertahan hidup. Namun jika otak Anda berhenti bekerja selama satu detik
saja, maka tubuh Anda mati. Itulah mengapa otak disebut sebagai organ yang
paling penting dari seluruh organ di tubuh manusia. Begitu pula halnya dengan
doa dan dzikir yang dibaca dalam beribadah.
7 [QS
Al-Fātihah 1:7]
8 [QS al-‘Ankabūt 29:45]
9
afaisalmarzuki.blogspot.com/2015/09/makna-gerakan-shalat-dari-segi-kesehatan.html
10 [QS at-Taubah 9:103].
11
afaisalmarzuki.blogspot.com/2015/07/masa-millennium-ketiga-adalah-masa-nya.html
12
afaisalmarzuki.blogspot.com/2015/11/ibnu-khaldun-bapak-ilmu-sosiologi-dan.html
afaisalmarzuki.blogspot.com/2015/11/ibnu-khaldun-bapak-ilmu-sosiologi-dan_4.html
13
afaisalmarzuki.blogspot.com/2015/11/al-zahrawi-bapak-ahli-bedah.html
14
afaisalmarzuki.blogspot.com/2015/11/al-khwarizmi-bapak-aljabar-1.html
afaisalmarzuki.blogspot.com/2015/11/al-khwarizmi-bapak-aljabar-2.html
15 afaisalmarzuki.blogspot.com//2015/11/al-jazari-insinyur-jenius-dan-bapak.html
afaisalmarzuki.blogspot.com//2015/11/al-jazari-insinyur-jenius-dan-bapak_10.html
16Wahai
Manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
agar kamu saling mengenal (lita'ārafū) satu sama lainnya. Sungguh, yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa.
Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. [QS Al-Hujurāt 49:13]. Ini
adalah salah satu komponen. Dua komponen lainnya dan hubungannya sebagai
berikut:
3 komponen nilai operasional yang perlu
ditegakkan yaitu, adanya:
1) Ta’aruf, yaitu saling kenal mengenal yang tidak hanya
bersifat fisik atau biodata ringkas belaka, tetapi lebih jauh lagi menyangkut
latar belakang sejarah dan pendidikan, budaya, keagamaan, pemikiran, ide-ide,
cita-cita, serta problem-problem hidup yang di alami suku dan bangsa tersebut.
2) Tafahum, yaitu saling memaklumi kelebihan dan kekurangan,
kekuatan dan kelemahan masing-masing, sehingga segala macam bentuk
kesalahpahaman dapat di hindari. Kemudian dicari kesamaan-kesamaan titik temu.
Kalau ada perbedaan yang tidak adapat dipersatukan, dimaklumi saja, asalkan
tidak bertindak secara fisik merugikan pihak lain. Dialog sesama bangsa terus
dilakukan. PBB di aktifkan dan diberdayakan. Setiap ada perbedaan jangan
diatasi dengan kekerasan bersenjata.
3) Ta’awun, yaitu tolong
menolong adalah kebutuhan hidup manusia yang tidak dapat dipungkiri sebagai makhluk
sosial. Kenyataan membuktikan, bahwa suatu pekerjaan atau apa saja selalu
membutuhkan pihak lain. Pekerjaan tidak akan dapat dilakukan sendirian oleh
seseorang (kelompok suku, kelompok bangsa) meski dia memiliki kemampuan dan
pengetahuan tentang hal itu. Ini menunjukkan, bahwa tolong-menolong dan saling
membantu (adanya gotong royong dan teamwork)
adalah suatu keharusan dalam hidup manusia yang ada secara naluriah dalam hati
yang bersih. Mestinya tidak ada keraguannya. Untuk itu perlu Allah Subhana wa Ta’ala mengingatkan manusia
yang mungkin hatinya telah lalai - sehingga ragu dalam menyadarinya, dengan
berfirman-Nya mempertegas sebagai berikut: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan permusuhan” [QS Al-Maidah 5:2].
Ta’awun dalam artian
semangat teamwork dalam bekerja, yaitu tolong menolong dimana yang kuat
menolong yang lemah dan yang memiliki kelebihan menolong orang yang kekurangan.
Nah kalau ada saja pandangan atau paradigma yang menjadi ideologi masing-masing
negara seperti tersebut, maka harapan dunia akan damai, sejahtera dan tenteram
akan ada - artinya tanpa ada peperangan, akan tercapai. Potensi untuk
berperang-perangan nantinya lebih, lebih, lebih dahsyad lagi dari perang pacific dengan “bom atom” yang
dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, akan dapat dihindari.
17 Shafiyyur-Rahman
Al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, Pustaka Al-Kautsar,1999, hal 250.
18 afaisalmarzuki.blogspot.com/2015/10/piagam-madinah.html
19 The
Koran, commonly called The Alcoran of Mohammed, di terbitkan tahun 1734 , di
Cetak oleh C. Ackers, London, Inggris. The
Koran ini sebagai buku pegangan Thomas Jefferson dalam memahi pengetahuannya
dalam bidang hukum dalam ajaran Islam dan muslim. Lihat uraian yang dimuat pada
http://bedahbuku-faisal.blogspot.com/2016/09/siapa-george-sale.html dan pada
http://bedahbuku-faisal.blogspot.com/2016/06/thomas-jefferson-dan-quran.html
20 http://bedahbuku-faisal.blogspot.com/2016/06/thomas-jefferson-dan-quran.html
Al-Qur’an yang oleh umat muslim dipercayai sebagai buku yang berisikan
tuntunan-tuntunan spiritual (ibadah mahdah) juga dipercayai sebagai buku yang
berisi tuntunan hukum dan syariat (ibadah ghaira mahdah - muamalah yaitu
hubungan antar manusia). Karena seringnya Pufendorf membahas hukum-hukum yang
dicantumkan dalam Al-Qur’an. Sehubungan dengan itu, Jefferson * terdorong untuk
membeli dan membaca langsung hukum-hukum tersebut dari sumber aslinya
(Al-Quran) yang dibeli dari rumah percetakan Virginia Gazzette pada musim semi
tahun 1765.
Tidak hanya sampai disitu saja, Jefferson juga membeli buku George Sale lainnya yang berjudul Sale’s “Preliminary Discourse” karena buku tersebut menyajikan uraian yang lebih detail mengenai hukum Islam, terutama pada bab ke-6 dengan sub judul “Of The Institutions of the Koran in the Civil Affair”. Dalam buku ini, Sale yang menganggap Muhammad SAW sebagai legislator dan lawgiver bagi bangsa Arab (atau ajarannya kadang disebut Mohammedan). Dan mengingat pentingnya hukum tersebut untuk dibaca, ia menyarankan dalam bukunya bahwa “if the religious and civil institutions of foreign nations are worth of knowledge, those of Mohammed, the lawgiver of Arabians, and founder of an Empire which in less than a century spread itself over a greater part of the world than the Romans were ever masters of, must needs be so”
Artinya: Jika hukum-hukum agama dan sistem lembaga sipil dari bangsa asing penting untuk diketaui, maka aturan dan hukum yang dibuat oleh Muhammad (saw), penguasa dan penegak hukum bangsa Arab yang mampu mengembangkan bangsanya lebih besar daripada bangsa Romawi dalam waktu kurang dari satu abad, juga sangat penting untuk dipelajari.
Jefferson juga sempat mendalami bahasa Arab dan sangat berminat dalam mendalami Al-Qur’an. Jefferson mulai mendalami basic grammar bahasa arab dengan membeli buku yang berjudul Rudimenta Linguae Arabicae karanganThomas Erpensius dan buku Simplification des Langues Orientales karangan C.F. Folney. Seiring dengan kegiatannya membaca Al-Qur’an, ia juga seorang yang sangat teliti dan memiliki hobi untuk selalu melakukan cross-check tentang apa yang ia baca dari Al-Qur’an dengan buku-buku lain yang mencantumkan ayat-ayat Al-Qur’an baik dalam bahasa Arab dan yang telah diterjemahkan. Salah satu fakta yang sangat menggangu pikiran Jefferson tentang Al-Quran adalah berkenaan dengan keotentikan serta tidak terdapatnya sedikitpun kontradiksi dari Kitab tersebut. Ia menyatakan bahwa tidak ada satu bukupun yang pernah ditulis (written text) dapat diklaim memiliki kesempurnaan yang absolute kecuali oleh orang Islam terhadap Al-Qur’annya.
*Jefferson, lengkapnya Thomas Jefferson
adalah ahli hukum; Penyusun naskah proklamasi kemerdekaan Amerika – Declaration of Independence of America
dari tangan kerajaan Inggris; Presiden ke-3 Amerika Serikat yang terpilih dalam
dua kali term – setelah selesai masa
jabatannya, selanjutnya terpilih lagi. □□□