Thursday, February 26, 2015

Muslim Penjelajah Dunia.



Oleh: A.Faisal Marzuki



  • Allah-lah yang menundukkan lautan untuk supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya. ●Dan supaya kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya. ●Dan mudah-mudahan kamu dapat bersyukur (memanfaatkannya dengan baik dijalan-Nya). [QS Al-Jātsiyah 45-12]



B
oleh jadi ayat-ayat mengenai pelayaran dengan kapal laut seperti tersebut diatas memberikan motifasi kuat bagi seorang Muslim untuk melakukan pengembaraan ke dunia dari tempatnya dia berasal.

Semangat orang-orang Islam saat itu tidak lain adalah untuk mencari karunia Allah yaitu melakukan perdagangan dan berdakwah. Beberapa nama yang begitu tersohor sampai saat ini (bahkan hampir semua orang pernah mendengarnya), antara lain adalah Cheng Ho - muslim asal China dan Ibnu Batutta.

   Jauh sebelum Columbus menemukan daratan Amerika tercatat Muslim telah terlebih dulu menjelajahinya. Seperti yang dipaparkan para ahli geografi dan intelektual dari kalangan Muslim mencatat perjalanan ke benua Amerika adalah Abul-Hassan Ali Ibn Al Hussain Al Masudi (meninggal tahun 957), Al Idrisi (meninggal tahun 1166), Chihab Addin Abul Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300-1384) dan Ibn Battuta (meninggal tahun 1369).

Bahkan menurut catatan ahli sejarah dan ahli geografi muslim Al Masudi (871-957) menerangkan bahwa Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad seorang navigator muslim dari Cordoba di Andalusia, telah sampai ke benua Amerika pada tahun 889 Masehi. Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad yang hidup semasa pemerintahan Khalifah Spanyol Abdullah Ibn Muhammad (888-912) 1 berlayar dari Delba (Palos) Andalusia (Spanyol) pada tahun 889, menyeberangi Lautan Atlantik, hingga mencapai wilayah yang belum dikenal yang disebutnya ‘Ard Majhoola’, dan kemudian kembali dengan membawa hasil jual beli berbagai barang-barang yang menakjubkan.

Sesudah itu banyak pelayaran yang dilakukan untuk mengunjungi daratan di seberang Lautan Atlantik  yang gelap dan berkabut itu. Al Masudi juga menulis buku ‘Akhbar Az Zaman’ yang memuat bahan-bahan sejarah dari pengembaraan para pedagang ke Afrika dan Asia.
●●●
    
   Dr. Youssef Mroueh juga menulis bahwa selama pemerintahan Khalifah Abdul Rahman III (tahun 929-961) dari dinasti Umayah, tercatat adanya orang-orang Islam dari Afrika yang berlayar juga dari pelabuhan Delba (Palos) di Andalusia (Spanyol) ke barat menuju ke lautan lepas yang gelap dan berkabut, Lautan Atlantik. Mereka berhasil kembali dengan membawa barang-barang bernilai yang diperolehnya dari tanah yang asing.

Beliau juga menuliskan menurut catatan ahli sejarah Abu Bakr Ibn Umar Al-Gutiyya bahwa pada masa pemerintahan Khalifah Spanyol, Hisham II (976-1009), seorang navigator dari Granada bernama Ibn Farrukh tercatat meninggalkan pelabuhan Kadesh pada Februari tahun 999 melintasi Lautan Atlantik dan mendarat di Gando (Kepulaun Canary).

Ibn Farrukh berkunjung kepada Raja Guanariga dan kemudian melanjutkan ke barat hingga melihat dua pulau dan menamakannya Capraria dan Pluitana. Ibn Farrukh kembali ke Spanyol pada Mei 999.

Perlayaran melintasi Lautan Atlantik dari Maroko dicatat juga oleh penjelajah laut Shaikh Zayn-eddin Ali bin Fadhel Al-Mazandarani. Kapalnya berlepas dari Tarfay di Maroko pada zaman Sultan Abu-Yacoub Sidi Youssef (1286-1307), raja keenam dalam dinasti Marinid. Kapalnya mendarat di pulau Green di Laut Karibia pada tahun 1291. Menurut Dr. Morueh, catatan perjalanan ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuwan Islam.

   Sultan-sultan dari kerajaan Mali di Afrika barat yang beribukota di Timbuktu, ternyata juga melakukan perjalanan sendiri hingga ke benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300-1384) memerinci eksplorasi geografi ini dengan seksama. Timbuktu yang kini dilupakan orang, dahulunya merupakan pusat peradaban, perpustakaan dan keilmuan yang maju di Afrika. Ekspedisi perjalanan darat dan laut banyak dilakukan orang menuju Timbuktu atau berawal dari Timbuktu.

Sultan yang tercatat melanglang buana hingga ke benua baru saat itu adalah Sultan Abu Bakari I (1285-1312), saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312-1337), yang telah melakukan dua kali ekspedisi melintas Lautan Atlantik hingga ke Amerika dan bahkan menyusuri sungai Mississippi.

Sultan Abu Bakari I melakukan eksplorasi di Amerika tengah dan utara dengan menyusuri sungai Mississippi antara tahun 1309-1312. Para eksplorer ini berbahasa Arab. Dua abad kemudian, penemuan benua Amerika diabadikan dalam peta berwarna Piri Re’isi yang dibuat tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I tahun 1517. Peta ini menunjukkan belahan bumi bagian barat, Amerika selatan dan bahkan benua Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil secara cukup akurat.

   Columbus sendiri mengetahui bahwa orang-orang Carib (Karibia) adalah pengikut Nabi Muhammad. Dia paham bahwa orang-orang Islam telah berada di sana, terutama orang-orang dari Pantai Barat Afrika. Mereka mendiami Karibia, Amerika Utara dan Selatan. Namun tidak seperti Columbus yang ingin menguasai tanah penduduk (rakyat setempat) Amerika, orang-Orang Islam datang untuk berdagang dan bahkan menikahi orang-orang pribumi.

Lebih lanjut Columbus mengakui pada 21 Oktober 1492, 70 tahun dalam pelayarannya antara Gibara dan Pantai Kuba melihat sebuah masjid (berdiri di atas bukit dengan indahnya menurut sumber tulisan lain). Sampai saat ini sisa-sisa reruntuhan masjid telah ditemukan di Kuba, Mexico, Texas dan Nevada.

Dua orang nahkoda kapal yang dipimpin oleh Columbus, kapten kapal Pinta dan Nina adalah orang-orang Islam, yaitu dua bersaudara Martin Alonso Pinzon dan Vicente Yanex Pinzon yang masih keluarga dari Sultan Maroko Abuzayan Muhammad III (1362). 2
 
●●●
    
   Sekitar 70 tahun sebelum Columbus menancapkan benderanya di tanah Amerika, Laksamana Cheng Ho sudah terlebih dahulu datang ke sana. Para peserta seminar yang diutus oleh Royal Geographical Society di London sangat kaget  karena penemuan seorang anak buah kapal selam dan uraian sejarawan bernama Gavin Menzies. Dia juga seorang mantan perwira Angkatan Laut Kerajaan Inggris. 3

Menzies yang tampil dengan penuh keyakinan, menjelaskan teorinya tentang pelayaran terkenal dari pelaut mashur asal China, Laksamana Cheng Ho. Bersama bukti-bukti yang ditemuinya dari catatan sejarah, dia lantas membuat kesimpulan bahawa pelaut serta pengembara ulung dari Dinasti Ming itu adalah penemu awal benua Amerika, dan bukannya Columbus.

Bahkan menurutnya, Cheng Ho ‘mengalahkan’ Columbus dengan jarak (perbedaan) waktu sekitar 70 tahun. Apa yang dikemukakan Menzies tentu membuat semua orang keliru karena masyarakat dunia selama ini mengetahui bahwa Columbus-lah penemu benua Amerika pada sekitar abad ke-15. Penjelasan Menzies ini dikuatkan dengan sejumlah bukti sejarah.

Kapal Laksamana Cheng Ho (belakang), Colombus (depan).

Menzies menunjukkan sebuah peta  sebelum Columbus memulai ekspedisinya, lengkap dengan gambar benua Amerika serta sebuah peta astronomi milik Cheng Ho yang disandarkan sebagai bahan bukti.

Saksikan pula tayangan video yang menjelaskan ekspedisi Cheng Ho ke benua Amerika dengan mengklik tanda httpsnya: https://youtu.be/4yK-9hxk5HY?t=122


Bahan Bacaan:
Salam-Online – Selasa, 25 Muharram 1436 H / 18 November 2014 08:33

Catatan kaki:
1 Dalam buku Al-Masudi: ‘Muruj Adh-dhahab wa Maadin al-Jawhar’ (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels).
2 Thacher, John Boyd: Christopher Columbus, New York 1950.
3 Biography Gavin Menzies.

Blog Archive