oleh A. Faisal Marzuki
M
|
ukaddimah ke-4 pengantar
kepada World Views of Islam selanjutnya adalah dalam meneruskan pembicaraan
manusia sebagai species makhluk unggulan dari Sang Pencipta Alam Raya di Raya -
universe, dimana manusia khalifah ini diserahi
tugas untuk mengelola kehidupan manusia di bumi sebagai pemakmur bumi. 1
“Wa
idz qõla Robbuka lil-malāikati innī jā-‘ilun fil ardhi khalīfah” 2
Artinya, “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat (para Malak): “Sesungguhnya Aku (Allah swt) hendak
menjadikan seorang khalīfah. Kata
Arab khalīfah diartikan dalam bahasa Indonesia sebagaimana juga bunyinya dalam
bahasa aslinya yaitu khalifah. Sedangkan oleh Abdullah Yusuf Ali, dalam bukunya
“The Qur’an, Text, Translation and Comentary” menyebutkan khalīfah dalam bahasa
Inggris sebagai visegerent. Visegerent bentuk kata benda yang artinya adalah, a
person appointed by another especially by ruler. Yaitu orang yang mendapatkan
tugas yang biasanya diberikan oleh seorang penguasa (yang kekuasaannya lebih
tinggi daripada yang mendapat tugas).
Untuk apa? Untuk to exercise the latter’s power and authority. Demikianlah manusia khalifah diciptakan dan diberi
tugas untuk melaksanakan kekuasaan dan otoritas dari-Nya. Manusia khalifah
tersebut sebagai deputy atau wakil-Nya selaku mandataris untuk mengelola
kehidupan manusia di bumi. Latter bentuk kata sifat yang
artinya it represents the original. 3 Yaitu melakukannya
sesuai dengan apa-apa yang di perintahkan-Nya.
Dari keterangan Abdullah Yusuf Ali tersebut,
artinya disini adalah kalaupun dia manusia berkuasa dan mempunyai otoritasnya
itu dalam melakukan tugasnya mesti dan sepantasnya sesuai dengan isi perintah dan
ketentuan-ketentuan dalam (cara) pelaksanaan dari pemberi mandatnya. Sebagaimana
seorang Jendral memerintahkan Prajuritnya. Ada disiplin aturan yang mesti
dipatuhinya. Begitu pula seorang Manager terhadap Bossnya. Jadi kalau dia -
manusia sewenang-wenang dalam menjalankannya ‘power’ yang ada padanya itu tidak sesuai dengan pemberi mandat maka
akan terjadi worst (malapetaka) dan chaos (kekacauan) bagi manusia itu
sendiri, karena akan mengacaukan keseimbangan terhadap ‘induk master plan’ yang
sudah ada dimana khalifah menjalankan ‘sub
master plan’ yang sudah dibuat oleh atasan-Nya untuk dilaksanakan. Ada amanah yaitu
perintah sekaligus diberi kuasa (power) dan otoritas melaksanakannya, maka
disitu timbul tanggung jawab dalam melaksanakan tugas kewajibannya. Jadi disini
ada nilai moral integritas yang harus dipedomaninya dalam melaksanakan kewajibannya.
●●●
Setelah langit dengan enam langit yang lain;
4 bintang-bintang dalam kelompok galaksinya masing-masing; tata
surya yaitu matahari dengan planet-planet yang mengitarinya termasuk bumi,
hidup dalam garis edar masing-masing. Kemudian proses ‘evolusi’ berikutnya
adalah dengan mulai diciptakan makhluk biologis dari yang bersel satu bentuk
sederhana, sampai yang bersel lebih banyak yang kompleks. Dalam bentuk nabati seperti pepohonan yang
hidupnya di tempat dimana akarnya berada. Lainnya lagi adalah khewani yaitu binatang-binatang
yang dapat berjalan dan melata di daratan. Ada pula binatang-binatang yang
hidup dan berenang di air. Dan ada lagi yang dapat terbang di udara. Adanya kesemua
makhluk biologis ini karena di dukung oleh bumi yang subur; air segar yang melimpah;
udara yang segar; dan sinar matahari menambah seronok dan marak kehidupan di bumi.
Serta rembulan berbentuk bulat di hari ke-15 menambah syahdu di malam hari. Setelah
itu semua ada, barulah makhluk insaniyah - manusia diciptakan-Nya dan kelak di
tempatkan di bumi. Tidak di bulan atau planet-planit lain dari sistim tatasurya.
Kalau makhluk biologis lainnya dapat hidup di bumi, maka manusiapun akan dapat
hidup, karena tubuh pisik manusia terbuat dari zat-zat biologis sebagai ‘cangkang’
hidupnya ‘ruh’. Dengan kondisi bumi seperti itu, ditempatkanlah manusia di
bumi, karena planet bumilah yang sudah jelas-jelas mendukung kehidupan manusia.
Demikianlah manusia khalifah diciptakan yang diberi fasilitas tempat hidup yang
‘fit’ dengan alam tubuh biologisnya, serta menantang ‘ruh’-nya untuk ‘mencoba’ memerankan
perannya dengan baik dalam menjalankan tugas sebagai khalifah di bumi.
Karena demikian besarnya fasilitas kekuasaan
dan otoritas di bumi yang diberikan kepada manusia khalifah tersebut, sebatas pengetahuan
para Malak (Malaikat) meragukan kemampuannya dalam melakukan tugas sebagai
khalifah di bumi. Untuk itu para Malak menanyakan kepada Allah dan
memberitahukan kepada-Nya akan akibat fatal yang dilakukan manusia sebagaimana
yang sudah dijelaskan pada World Views Islam II yang lalu. Dalam hal ini para
Malak (Malaikat) telah alpa (tidak menyadari) bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa juga
Tuhan Yang Maha Mengetahui perkara-perkara terang (alam syahadat) dan
tersembunyi (alam ghaib) dan perkara-perkara
yang lalu, sedang dan akan datang. His knowledge (absolute) more more step
ahead than His creatures knowledge (relative).
“Wa ‘allama
Ādamal asmā-a kullahā.” 5 Artinya: “Dan Dia (Allah swt)
mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya.” Arti dalam bahasa
Indonesia mengenai asmā-a kullahā secara literal artinya nama-nama
(benda-benda) seluruhnya. Oleh Abdullah Yusuf Ali diartikannya “And He taught Adam the nature of all things.” 6 The nature of all things adalah terjemahan
yang diartikan bukan secara literal, sedangkan literalnya adalah “The name of
things” yaitu nama-nama (benda-benda) seluruhnya.
Sudah barang tentunya dalam menjalankan
tugas manusia sebagai khalifah (mandataris) Allah swt di muka bumi, perlu
diberikan pengetahuan, kalau tidak maka dia - manusia khalifah tidak tahu
bagaimana menjalankan ‘role’ (peran) kekalifahannya. Jadi wajar
sekali Allah mengajarkan ilmu pengetahuan lebih dulu. Dan hal inilah yang tidak
di duga sebelumnya oleh Malaikat, yaitu bahwa Knowledge is power.
Karena Adam telah diberi bekal ilmu lebih dulu,
kemudian Allah swt mengemukakan kepada para Malak (Malaikat) lalu berfirman
(menanyakan): “Sebutkanlah kepada-Ku (Allah swt) ‘nama benda-benda’ itu jika
kamu (Malaikat) memang orang-orang yang benar (sungguh mengetahui)!” 7
Mereka (para Malak, Malaikat) menjawab: “Maha
Suci (Sempurna) Engkau (Allah swt), tidak ada yang kami ketahui selain dari apa
yang telah Engkau ajarkan kepada kami (Malaikat); Sesungguhnya Engkaulah (Allah
swt) Yang (lebih) Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (daripada kami, Malaikat).”
8 Selanjutnya, Allah berfirman: Hai Adam, beritahukanlah kepada
mereka (para Malak, Malaikat) ‘nama-nama benda ini”. Maka setelah
diberitahukannya kepada mereka benda-benda itu, Allah berefirman: “Bukankah
sudah Ku (Allah swt) katakan kepadamu (Malaikat), bahwa sesungguhnya Aku (Allah
swt) mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu (Malaikat)
lahirkan (sebutkan) dan apa yang kamu sembunyikan (sudah menduga-duga tahu tapi
masih disimpan dalam fikiran atau hati)?” 9 Dengan demikian
timbullah perasaan Malaikat sekarang ini bahwa memang pantaslah kalau begitu Manusia
di jadikan-Nya sebagai khalifah. Maha benar firman-Mu ya Allah.
Yang dimaksudkan oleh firman Allah yang
tertulis dalam surat ke-2 al-Baqarah ajat 31 “Wa ‘allama Ādamal asmā-a kullahā.” Artinya: “Dan Dia (Allah swt)
mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya” adalah: ● Meliputi
pengetahuan umum; ● Pengetahuan yang berkenaan dengan tugasnya sebagai
khalifah; ● Pengetahuan tentang moral yaitu mana yang baik dan mana yang buruk,
mana yang bermanfaat dan mana yang mudarat, mana yang pantas mana yang tidak; ●
Dan last but not lease adalah, akhlak integritas serta keadilan. Dengan itu
manusia-manusia khalifah generasi berikutnya seperti di abad ke-21 ini akan
berhasil dalam menegakkan peradaban maju dengan berbekal ilmu-ilmu seperti
tersebut diatas. Dengan itu sangat memungkinkan dan terbuka lebar jalan untuk membuat
penduduk dunia menjadi respect each others (lita’arafu);
peace;
safe;
and
well being, berkat adanya ilmu-ilmu pemberian Allah swt yang bermanfaat
bagi manusia dan ekosistimnya. 10 ©AFM
Bersambung
ke: World
Views of Islam (V)
Catatan kaki:
1
QS Hud 11:61.
2
QS al-Baqarah 2:30.
3
Yusuf Ali, The Qur’an, Text, Translation and Comentary, Published by Tahrike
Tarsile Qur’an Inc. P.O. Box 1115 Corona-Elmhurst Station, Elmhurst, New York
11373-1115. hal. 24.
4
…Dia (Allah swt) berkehendak menuju
langit, lalu dijadikannya tujuh langit. [QS al-Baqarah 2:29].
5
QS al-Baqarah 2:31.
6
Yusuf Ali, The Qur’an, Text, Translation and Comentary, Published by Tahrike
Tarsile Qur’an Inc. P.O. Box 1115 Corona-Elmhurst Station, Elmhurst, New York
11373-1115. hal. 24.
7
QS al-Baqarah 2:31.
8
QS al-Baqarah 2:32.
9
QS al-Baqarah 2:33.
10
QS al-Baqarah 2:31; Yang mengajarkan
manusia dengan perantaraan pena (ilmu-ilmu yang dicatat menjadi buku-buku);
(dengan itu) Dia (Allah swt) mengajarkan
manusia apa yang (tadinya) tidak diketahuinya. [QS al-‘Alaq 96:4,5]; Yang mengajarkan al-Qur’an; Mengajarnya
(mengajarkan Manusia) pandai berbicara (menjelaskannya dan mengajarkan kepada
manusia lainnya) [QS ar-Rahman 55:2,4]; Dengan ilmu itu, “Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS
al-Mujadalah 58:11). Malah dalam dua hadits berikut ini menyatakan: “Seeking knowledge is compulsory on every
Muslim”. “Whoever follows a path seeking knowledge, Allah will make his path to
paradise easy”.