oleh A. Faisal Marzuki
S
|
ekarang kita masuk
kepada inti tema World Views of Islam yakni, bagaimana ajaran Islam memandang
kehidupan manusia di bumi dalam mengartikan hidup ini dan selanjutnya mengaplikasikannya
dalam kehidup sehari-hari (berbuat nyata). Dimana sebelumnya baru mukaddimahnya
saja. Dengan kata lain mukaddimah dalam 4 seri pembahasan sebelumnya itu baru
sebagai pembuka jalan agar tema pokok itu nantinya bukan saja mudah dipahami, 1
tetapi ‘tertangkap-basah’ sebagaimana ‘kiper’ pemain sepak bola professional
menangkapnya. Karena apa? Karena telah direngkuh kuat-kuat dalam dekapan
dadanya pengertiannya seperti apa yang telah diuraikan dalam World Views of Islam (I)
sampai dengan World Views of Islam (IV).
Boleh sangat jadi (tadinya) telah terpaku
kepada (jalan) fikiran yang (mencoba untuk memahami gambar-bentuk model dunia yang dipahami oleh nara sumber pemberitaan) seperti apa yang ada dalam
pemberitaan yang tersebar secara sistematis, massif, mendunia melalui aneka
jaringan pemberitaan. Yakni yang telah dilakukan secara berlebih-lebihan (karena
sakit hati, hasad dan dengki?) melalui jaringan social konvensional (secara
halus atau kasar) dalam majalah-majalah; surat kabar-surat kabar; jaringan radio;
dan jaringan TV, dan media produk teknologi tinggi seperti internet; text massager;
facebook; twitter; whatsapp dengan menggunakan computer desktop atau laptop
serta smart phone. Yaitu bahwa Islam itu ‘teroris’ dan ‘agama yang salah’ serta Nabi-Rasul Muhammad itu 'tidak pantas dijadikan panutan'. Pada
hal semuanya itu sangat bertolak belakang 180 derajat dari ajaran Islam yang sesungguh dan sebenarnya,
yaitu menebarkan kedamaian; keadilan; keselamatan; kebahagiaan; kesejahteraan
hidup di dunia dan bahkan di akhirat kelak. Semua bersumber dari Kitab Suci Al-Qur'an baik isinya dan riwayatnya yang jelas, bersih dari campur tangan manusia. Tidak seperti kitab-kitab yang lain, Al-Qur'an adalah benar-benar firman Allah 'Azza wa Jalla (words of the God). Dengan begitu prinsip-prinsip dan
dalil-dalil nash al-Qur’an (dan hadits) yang akan diuraikan itu menjadi tidak
asing lagi bagi semua orang. Karena kalau tidak, tertolak dengan sendirinya.
Artinya jangan sampai baru di sebutkan tema pembicaraan tentang Islam dengan
cara langsung 2 (tanpa ada mukaddimah), mereka sudah antipati. Selanjutnya
lari, tanpa tahu latar belakang kenapa muslim yang mengerti (ajaran) Islam
(yang sebenarnya akan) tidak mungkin melakukan terror dan pengrusakan seperti
itu.
Ajaran Islam bukan ajaran akhirat (religious)
saja, dimana sama sekali tidak ada hubungannya atau sangkut pautnya dengan
kehidupan di dunia dalam bersosial kemasyarakatan dalam pemerintahan atau dalam
bentuk ekstrimnya dilupakan atau diabaikan saja. Sebaliknya begitu pula, bahwa ajaran Islam
bukan tentang ajaran dunia (seculer), tapi ajaran akhirat saja. Artinya
beribadat ritual kepada Tuhan saja (untuk hari akhirat saja). Karena itu tidak ada hubungannya dengan dunia,
jadi kalau ada juga ditiadakan atau diabaikan saja dengan berbagai alasan. Dalam
ajaran Islam yang benar dan yang sesungguhnya kedua macam kehidupan ini
diajarkan secara konprehensif dan kedua ajaran Islam itu diperlukan “● Dan
carilah negeri Akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu. ● Tapi
janganlah kamu lupakan bagianmu (hidupmu semasih) di Dunia.” 3
Hidup di dunia ini ladang ibadah, 4 bagi manusia ‘ruh’ yang berjasad ‘biologis’, sebagai
firmannya menyebutkan: “…Bumi adalah tempat kediaman dan kesenanganmu sampai
waktu yang telah ditentukan.” 5 “Di sana (bumi) kamu hidup, dan disana (pula)
kamu mati, dan dari sana (juga) kamu akan dibangkitkan.” 6 Sungguh, Kami (Allah swt) telah menciptakan
manusia (di bumi) berada dalam ‘susah payah’. Maksudnya untuk mendapatkan
sesuatu yang diinginkan mesti ada usaha terlebih dahulu (hukum sunatullah). Untuk
memenuhi kebutuhan hidup ‘basic need’ saja seperti pangan
(makan, minum, kesehatan, sekolah, transportasi); sandang (pakaian); papan
(perumahan, shelter) dst. perlu asaha atau kerja dengan itu diperoleh
pendapatan usaha atau gaji dan upah dalam bekerja. Baru dari hasil usaha atau
kerja itu diperoleh laba usaha atau gaji dimana selanjutnya dibelanjakan untuk
kehidupan sehari-hari. Usaha atau kerja semacam itu adalah ibadah karena
menjalankan sunatullahnya di dunia ini. “Dan Aku (Allah swt) tidak menciptakan Jin
dan Manusia, melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku (Allah swt).” 7 Jadi tidaklah sempurna atau seimbang jika
sebelah pihak dipenuhi (ajaran akhirat saja), sementara itu pihak yang lain
tidak (ajaran hidup di dunia dalam bermuamalah dan berekosistim). Begitu pula
sebaliknya. Ajaran Vertical (akhirat) dan ajaran Horizontal (dunia) ini ‘berjalin-berkelindan’,
yaitu satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan dalam satu kesatuan yang kompak
dan kaffah. Dengan begitu hidup di dunia ini bagi seorang Muslim adalah sangat perlu
dan sangat penting, karena dari sinilah awal atau bekal atau jembatan 8
untuk sampai bisa mencapai surga (di akhirat), kelak. Tidak melalui terror dan tidak
melalui pengrusakan seperti yang diberitakan itu, bahwa itulah (ajaran) Islam? Rabbana atina fid-dunya khasanah, wa
fil-akhirati khasanah. Hidup baik (bahagia dan sejahtera) di Bumi. Hidup
baik (bahagia dan sejahtera) di Akhirat. Untuk itu tebarkanlah salam kedamaian dan hidup sejahtera
selama di dunia ini.
●
Yang diajarkan dalam Islam, bukan ‘teori’
yang teoritis. Tetapi ‘teori’ (paradigm Islam; prinsip-prinsip Islam: dan
ajaran Islam) yang praktisi (dapat dijalankan, applicable). Ini artinya menjadi
‘make
sense’ for every human being’.
Karena, ajarannya tidak relatif (bisa baik, bisa buruk) melainkan absolute (selalu
baik, tidak bisa buruk atau tidak akan menjadi buruk). Ajaran Islam datangnya
atau sumbernya dari Tuhan Penguasa Alam Raya; Tuhan Penguasa Manusia; Almighty
God as a Singgle Master or Single Lord and Creator of the
worlds. Yang Maha Kasih lagi Maha Sayang for His creation. 9
menggunakan jalan paradigma, prinsip-prinsip dan ajaran-Nya itu, manusia dapat hidup
dalam damai, aman dan sejahtera. Dengan itu membuat baik dan bahagia dalam hidup
di dunia for every single humankind. Sekarang, pada abad ke-21 ini, telah mencapai enam
milyard manusia. Hidupnya di ‘kolong langit’. Tempat tinggalnya itu, ‘fit’
untuk mendukung kehidupannya. Dan last
but not lease agar pula baik
dan bahagia hidup di Akhirat bagi mereka yang beriman kaffah-beribadat-taqwa
kepada-Nya dan (dengan syarat mesti) melakukan kebajikan kepada sesama manusia
dalam ekosistim 10 yang tersedia dan terpelihara baik (pada awalnya,
selanjutnya manusia mesti memeliharanya pula seperti sediakala).
●
Suatu cara pandang yang dipegang teguh,
membawa akibat kepada cara penanganan yang sama dengan apa cara pandangannya.
Begitu pula prinsip-prinsip. Apa yang menjadi prinsip-prinsip yang dipahaminya
itu, menjadikan dasar dari penangan apa yang akan ditanganinya. Begitu pula ajaran,
membawa hasil yang sama dengan apa yang
diajarkan dalam ajarannya itu. Begitu pula halnya dengan paradigma Islam
mengandung hal-hal seperti tersebut diatas. Dalam Islam sebagai keyakinan agama
(religious) bersikap ‘yakin-yang-sempurna’ kepada ajaran aqidah Islam yang
ditetapkan dalam kitab Suci al-Qur’an dan al-Hadits yang bertalian dengannya. Kendatipun
begitu, toleran dengan keyakinan saudara-saudaranya yang menganut kepercayaan
yang lain. 11 Masing-masing beribadah menurut caranya ibadahnya
masing-masing. 12 Dalam kewajibannya berdakwah (mengajak) manusia ke
jalan Islam, umat Islam tetap mesti melakukannya. 13 Dengan tidak
boleh memaksa sama sekali. 14 Semasa the golden age imperium
Islam tidak pernah dalam berdakwah (mengajak) dengan cara paksa kepada umat
lainnya harus ‘pindah’ agama. Apalagi 'tricky' (deception, tercampur atau dicampur yang benar dengan yang tidak benar) dalam berdakwahnya. Oleh karena itu dari enam milyard manusia yang
ada hanya lebih kurang hanya seperempatnya memeluk agama Islam,
selebihnya tidak. Dalam bermuamalah (hubungan sesama manusia, humankind)
ajaran Islam mengajarkan normal (sebagaimana biasanya, tidak dilarang) sama dengan warga Muslim dan non Muslim serta mesti berlaku adil. 15 Bahkan dimestikan pula saling lita’arafu yaitu saling kenal
dan menghargai, respect each other. 16 Bahkan tolong menolong dalam kehidupan
bertetangga, siapapun dia. 17 ©AFM
Bersambung ke: World
Views of Islam (VI)
Catatan kaki:
1
Kewajiban ummat Islam adalah mengajak kepada Islam, ”Serulah (ajaklah manusia)
kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah (bijak) * dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah
(berargumentasilah) dengan mereka dengan cara yang baik. [QS An-Nahl 16:125]
*Perkataan yang tegas dan benar yang
dapat membedakan yang hak dan yang batil.
2 Dengan tidak
diterimanya (atau tidak dihargainya) Islam karena tidak diterangkan hal-ihwal;
sebab-akibat atau karena kegunaannya tidak di mengerti bahwa itu bermanfaat
baik atau tidak ada contoh dan penjelasan yang baik, maka ajakan dakwah yang
ditawarkan itu tertolak dengan sendirinya. Apatah lagi dengan adanya ‘negative campaign’
yang ditujukan kepada Islam. Termasuk dari tulisan Huntington dalam bukunya
“The Clach of Civilizations” bahwa setelah usai ‘perang dingin’ musuh
berikutnya adalah Islam. The Clash of Civilizations is a theory,
proposed by political scientist Samuel P. Huntington, that people's cultural
and religious identities will be the primary source of conflict in the post-Cold
War world. The theory was originally formulated in a 1992 lecture at the
American Enterprise Institute, which was then developed in a 1993 Foreign
Affairs article titled "The Clash of Civilizations?", in response
to Francis Fukuyama's 1992 book, The End of History and the Last Man.
Huntington later expanded his thesis in a 1996 book The Clash of
Civilizations and the Remaking of World Order.
3 [QS al-Qashash
28:77]
4 ”Dan
Dia-lah (Allah swt) yang menjadikan kamu khalifah-khalifah* di bumi.” [QS al-An’am
6:165]. “Dia telah menciptakan
kamu dari bumi dan menjadikan kamu pemakmurnya**”. (Dalam rangka beribadah
melalui perantaraan hidup di dunia). [QS Hud 11:61]
*Para mandatarisnya yaitu menjalankan
dan mengelola kehidupan sesuai dengan paradigma Islam; Prinsip-prinsip Islam; dan
ajaran Islam yang telah tertuang dalam aturan-utaran ‘manual operating’ yang
telah ditetapkan-Nya. Dengan itu manusia menjalankannya sesuai dengan ‘manual
operating’ yang telah ditetapkan-Nya itu dan dicontahkan Rasul-Nya.
** Manusia di jadikan dan bertempat
tinggal di bumi untuk menguasai dalam rangka memakmurkan bumi bagi kegunaan dan
kemanfaatan manusia dalam hidup bersosial kemasyarakatan agar damai dan
sejahtera di bumi. Dan bagi umat yang percaya adanya hari akhirat juga akan
damai, bahagia dan sejahtera yang abadi di akhirat kelak, dengan memperoleh surga
yang sangat menyenangkan.
5 [QS al-‘Arāf 7:24]
6 [QS al-‘Arāf 7:25]
7
[QS Adz-Dzāriyāt 51:56]
8
Idem catatan kaki 3 “●Dan carilah negeri Akhirat dengan apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu. ●Tapi janganlah kamu lupakan bagianmu (hidupmu
semasih) di Dunia.”
9
“Dia-lah (Allah swt) Yang Maha Pemurah (Kasih atau Pengasih) lagi Maha
Penyayang. [QS al-Hasyr 59:22]
10
Contohnya seperti memanfaatkan recycling material; dan sembur alam yang renewable
seperti sumber listrik bertenaga angin, cahaya matahari, atau air; gasoline
dari tumbuhan seperti ethanol yang terbuat dari jagung.
11
Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku [QS al-Kāfirūn 109:6]
12
“Dan kamu (non Muslim) bukan penyembah Tuhan yang aku sembah”. “Dan aku
(Muslim) tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu (non Muslim) sembah”. [QS
al-Kāfirūn 109:3,4]
13
Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi kitab dan kepada orang buta
huruf (atheis, agnostic) “Sudahkah masuk agama Islam?” Jika masuk
Islam, berarti mereka telah mendapat petunjuk. [QS Ali ‘Imrān 3:20]
14
Tetapi jika mereka (non Muslim) berpaling (tidak mau), maka kewajibanmu
hanyalah menyampaikan. [QS Ali ‘Imrān
3:20] Tidak ada paksaan untuk (memasuki)
agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang
sesat. [QS al-Baqarah 2:256]. Dan katakanlah, “Kebenaran
itu datangnya dari Tuhanmu; barang siapa menghendaki (beriman) hendaklah dia
beriman, barang siapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir.” [QS al-Kahfi
18:29]
15
Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu
dari negerimu. [QS al-Mumtahanah 60:8]
16
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal mengenal (lita’arafu, respect each other). [QS
al-Hujarāt 49:13]
17
Dan berbuat baiklah kepada: ●Dua orang
ibu-bapak, ●Karib-kerabat, ●Anak-anak yatim, ● Orang-orang miskin, ●Tetangga
yang dekat dan tetangga yang jauh, ●Teman sejawat, ●Ibnu sabil (orang dalam
perjalanan). [QS
An-Nisā’
4:36]