oleh A. Faisal Marzuki
Aurora Borealis |
M
|
asih melanjutkan
‘Mukaddimah’ pengantar kepada World View of Islam. Memang perbedaan pendapat yang
mencoba orang lain (harus) mengerti apa yang disampaikan dirinya kepada orang
diluar dirinya, sementara itu dirinya sendiri tidak berusaha (harus) mencoba
mengerti apa yang dikatakan orang diluar dirinya, pembicaraan itu akan ‘dead
lock’. Dengan kata lain tidak dapat dikompromikan. Dikuatirkan nantinya
akan berlanjutan menjadi perselisihan atau pertengkaran. Karena apa? Karena masing-masing
[keduanya, mungkin ketiga atau keempat dst], bersikukuh membenarkan pendapatnya
masing-masing.1
Selanjutnya, yang
dikuatirkan dunia dan kita yang cinta damai, adalah bahwa ‘planet biru’ yang
kita diami inilah yang telah pasti (sepanjang pengetahuan manusia) dapat
mendukung kehidupan ‘human life and
another creature’ dengan sangat ‘mudah’ dan ‘efisien’. Contohnya di banding
dengan kehidupan di bulan. Di bulan sumber air tidak jelas, begitu pula
oksigen. Pepohanan tidak ada, apalagi binatang ternak. Artinya sumber untuk
kehidupan di bulan tidak ada sejauh ini. Berlainan halnya dengan di bumi, segala
kehidupan yang bersifat biologis dan non biologis tumbuh marak. Sepanjang pengetahuan
para ilmuan berbagai disiplin ilmu mengamati dan menelusurinya ini tidak ada
satupun sumber hidup dan kehidupan di planet-planet tata surya lainnya. Di
planet biru ini, nama lain dari bumi mudah mendapatkannya sumber hidup dan
kehidupan. Dengan itu semestinya kita
manfaatkan –‘utilize’ sebaik-baiknya
bagi kehidupan sesamanya. Yang menjadi ‘concern’
pencinta kedamaian (ajaran Islam itu adalah salah satu sisinya untuk kedamaian
sesamanya seperti muslim dan muslim serta muslim dan non muslim) adalah
kekhawatiran dalam hal yaitu, jika ditanggapinya perbedaan itu dengan ‘kepala
panas lagi mendidih’ maka ini akan berlanjut dan bertendensi kepada tindakan
kekerasan pisik massal, apalagi disitu ada ‘interest’ (kepentingan) yang
strategis (menurutnya) dibalik peristiwa-peristiwa kekerasan yang terjadi. Yang
satu ingin menguasai ‘dunia’ diluar batas teritorialnya, dan yang satunya lagi tidak
mau dikuasai territorial miliknya, etc, etc. Itulah dasar-dasar dari adanya
‘ego’-‘ego’ dari diri manusia itu dalam skala kecil dan ‘ego’-‘ego’ Negara dan
Bangsa dalam bentuk yang skala besar.
Kalau hal seperti itu
sungguh ada, maka boleh jadi kiamat
dunia akan lebih awal terjadinya dari yang semestinya. Kenapa terjadi?
Terjadinya bukan lagi lantaran menggunakan tinju, silat atau lempar batu. Bukan
pula lantaran menggunakan panah atau bambu runcing. Bukan lantaran menggunakan pedang. Bukan pula lantaran
menggunakan tombak. Bukan lantaran menggunakan ‘bola api’ yang dilontarkan. Itu
semua yang telah disebutkan, dibandingkan dengan menggunakan sistim persenjataan
sekarang tidak ada apa-apanya. Abad berikutnya setelah manusia mengenal 'bubuk
mesiu' mulailah manusia menggunakan pistol atau senapan, tapi bukan lantaran
menggunakan itu. Bukan pula lantaran menggunakan senapan mesin; meriam; tank
baja; granat; ranjau; roket; atau bom-bom pesawat udara yang ditebarkan Sekutu
kewilayah Jerman dan sebaliknya. Atau senjata-senjata yang digunakan Kolonial
penjajah untuk menduduki, menguasai dan mengeksploitir, orang-orang dan
sumber-sumber alam dari tanah-tanah jajahannya. Melainkan, lantaran bom atom
yang ditemukan abad ke-20 yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki yang side
effect-nya masih ada sempai sekarang ini?
Senjata-senjata yang
digunakan abad dulu kala dan perang dunia ke-2 berbeda jauh jauh sekali dengan
senjata-senjata abad ke-21 ini, lebih sophisticated dan daya rusaknya
‘ribuanjuta’ kali dibanding sebelumnya. Senjata sekarang ini bersifat pemusnah
yang tak terbatas, massal, masive yang melumatkan kehidupan manusia tanpa
pandang bulu. Bukan hanya tentara saja, tapi warga sipil, anak-anak, dan orang
tua tak berdosa, dibuat lumat semuanya. No mercy, no human.
Lebih jauh dari itu
adalah meluluh lantakkan bangunan tempat kediaman penduduk sebagai shelter-nya;
Bangunan tempat peribadatan semua agama untuk rasa aman, keselamatan dan
perlindungan-Nya; Sekolah dan universitas tempat belajar dan mengajarkan
manusia berpengetahuan dan penelitian; Gedung perpustakaan, sumber pengetahuan
yang siap dibaca dan dipahami pembacanya; Taman (park) tempat berileks,
jogging, dan picnic; Mall tempat berbelanja; Perkebunan yang menghasilkan
buah-buahan dan rempah-rempah dan herbal lainnya untuk manusia; Pertanian yang
menghasilkan gandum, beras dan jagung sebagai sumber karbon hidrat dan makanan
bagi manusia; Peternakan tempat menghasilkan hewan ternak sebagai sumber
protein dan makanan bagi manusia; Perikanan menghasilkan berjenis-jenis ikan
dan udang sebagai protein dam makanan bagi manusia; Bangunan industri untuk
menghasilkan alat-alat keperluan manusia dan makanan; Bangunan dan dam pembangkit
tenaga listrik keperluan bagi manusia; Jalan, jembatan, tumbuhan, sumber air, sebagai
infra struktur dan keperluan hidup manusia dan sebagainya, semuanya itu menjadi
puing dan merata dengan tanah. Menjelma dari yang tadinya ‘taman surga yang
indah’, menjadi ‘neraka’ padang pasir tandus yang mengandung radiasi nuklir.
Kalaupun manusia pemenangnya masih hidup, pun sengsara. Akhirnya mati pula, akibat lingkungan
hidupnya terkena kontaminasi radiasi radio aktif. Maka, punah pulah peradaban
manusia. Semuanya itu mudah dilakukan. Cukup hanya dengan tekan tombol, maka
bekerjalah dengan cepat dan leluasanya senjata nuklir itu. Lain lagi senjata ‘bio
chemical’ hanya makhluk biologis saja yang mati. Seluruh makhluk manusia yang kena racun bio chemical ini akan mati, karena senjata ini didesign-cipta untuk itu. Mungkin juga sebagian atau seluruh binatang dan tumbuhan juga akan mati di daerah radius zona yang dekat dengan target manusia. Senjata bio chemical ini telah digunakan ketika perang Irak dengan Iran, dan perang di Syria, mengenaskan melihat janazah secara masal bergelintangan di jalan-jalan, na 'udzubilLahi min zalik - kejamnya manusia yang menggunakan senjata semacam ini. Korban termasuk warga sipil yang tidak berdosa dan tidak tahu apa-apa akan hal seperti itu terkena kepadanya.
Senjata Nuklir dan Bio Chemical ini masih tetap diproduksi untuk digunakan bila mana perlu oleh negara super power, karena negara-negara super power-lah yang mempunyai ilmu dan teknologi semacam itu dan mampu memproduksinya. Yang kita kuatirkan adalah 'mishandling by human mistake' walaupun tidak disengaja akan bisa terjadi, sebagaimana telah terjadinya dalam peperangan akhir-akhir ini di Afganistan dengan tidak disengaja menembak bukan musuhnya tapi kawannya sesama Allied (NATO) - friendly shooting? Nah kalau senjata Nuklir atau Bio Chemical yang terjadi bagaimana? Apalagi kalau dibalas, dan saling membalas lagi (out of control)? Demikianlah yang akan bisa terjadi kalau manusia 'bermain-main dengan api'.
Janganlah bermimpi dulu dengan ‘Star War’, cerita ‘fiction’ yang sangat sangat ‘sophisticated’ dan berbahaya itu, ‘Earth War’ yang akan datang nyata-nyata mengancam negara-negara yang lemah yang kaya bahan-bahan sumber alamnya. Namun giliran berikutnya negara-negara yang kuat akan terpecah lagi menjadi fraksi-fraksi dalam ajang memperebutkan ‘interest’ yang sama yang mau dikuasi sendiri oleh masing-masing diantaranya. Dengan ada hawa nafsu negatif dalam sistim hidup ‘Homo Homini Lupus’ (manusia memangsa manusia lainnya) meresahkan kita, karena sudah dapat orang awam bayangkan merupakan perang semesta ‘colossal’ dan ‘catastrophic’ yang sangat-sangat-sangat mengerikan itu.
Senjata Nuklir dan Bio Chemical ini masih tetap diproduksi untuk digunakan bila mana perlu oleh negara super power, karena negara-negara super power-lah yang mempunyai ilmu dan teknologi semacam itu dan mampu memproduksinya. Yang kita kuatirkan adalah 'mishandling by human mistake' walaupun tidak disengaja akan bisa terjadi, sebagaimana telah terjadinya dalam peperangan akhir-akhir ini di Afganistan dengan tidak disengaja menembak bukan musuhnya tapi kawannya sesama Allied (NATO) - friendly shooting? Nah kalau senjata Nuklir atau Bio Chemical yang terjadi bagaimana? Apalagi kalau dibalas, dan saling membalas lagi (out of control)? Demikianlah yang akan bisa terjadi kalau manusia 'bermain-main dengan api'.
Janganlah bermimpi dulu dengan ‘Star War’, cerita ‘fiction’ yang sangat sangat ‘sophisticated’ dan berbahaya itu, ‘Earth War’ yang akan datang nyata-nyata mengancam negara-negara yang lemah yang kaya bahan-bahan sumber alamnya. Namun giliran berikutnya negara-negara yang kuat akan terpecah lagi menjadi fraksi-fraksi dalam ajang memperebutkan ‘interest’ yang sama yang mau dikuasi sendiri oleh masing-masing diantaranya. Dengan ada hawa nafsu negatif dalam sistim hidup ‘Homo Homini Lupus’ (manusia memangsa manusia lainnya) meresahkan kita, karena sudah dapat orang awam bayangkan merupakan perang semesta ‘colossal’ dan ‘catastrophic’ yang sangat-sangat-sangat mengerikan itu.
Hal-hal dari cara-cara hidup
merusak semacam itulah yang dikhawatirkan oleh para Malak yaitu kemungkinan
yang akan terjadinya ‘worst scenario’ dari sisi kehidupan
manusia dalam bersosial, bernegara, dan antar negara seperti uraian diatas,
sebagaimana dengan tingkat pengetahuan yang di miliki Malaikat? Namun dengan
rasa hormat dan takzimnya, memberanikan diri dalam menanyakan seperti apa yang terlintas dalam perasaan
pengetahuannya kepada Tuhan Khalik Yang Maha Kuasa lagi Maha Kasih dan Maha
Sayang. Selanjutnya Allah Azza wa Jalla memberikan pula kesempatan untuk
bertanya, Apakah dengan diciptakannya manusia pertama Adam as sebagai ‘khalifah’ dan keturunan selanjutnya
yaitu “akan merusak dan menumpahkan
darah”? 2
Hanya orang yang ‘gila’ perang sajalah yang menyukainya.
Yang sebenar-benarnya manusia insaniah-lah yaitu manusia ‘Homo Sosial’ (manusia yang bertatanan hidup) yang mendambakan dan
menyukai hidup dalam peace, harmony, love, and well being antar sesamanya. Seperti halnya alam
semestanya yang di taburi bintang-bintang dalam kelompok galaxy masing-masing
yang jumlahnya ‘uncountable’ tak terhitung banyaknya, eksis pada garis edarnya
masing-masing. Hidup dalam harmoni. Begitu pula halnya tubuh biologis manusia yang
terdiri dari 40 trilion sel hidup ceria dan giat bekerja. Setiap individu sel hidup
dalam saling topang-menopang, harmonis dalam menjalankan tugas masing-masing, saling
tolong menolong, saling berkomunikasi dan berkoordinasi yang teratur, efisien.
Semua tanpa di perintah manusia, namun menopang kehidupan manusia.
Saksikanlah tayangan video akibat ‘bom
atom’ di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang pada Perang (yang disebut sebagai
perang) Dunia Kedua ini di tahun1945. 24 Setalah 'Bom Atom' Hiroshima dan Hiroshima and Nagasaki©AFM
Catatan kaki:
Bersambung
ke: World
Views of Islam (III)
1
Demikianlah halnya di zaman jahiliyah, sebelum Islam datang. Rasul saw berusaha
untuk menggantiya dengan yang lebih ‘civilize’. Yaitu ajaran Islam yang
kaya dalam ajaran bermuamalah antar sesama manusia dan alam. Diamalkan Rasul
saw ketika itu, dan berhasil
2
[Malaikat bertanya kepada Allah [terhadap diciptakan manusia pertama sebagai ‘khalifah’,
tentunya dengan keturunannya] dengan pertanyaannya sebagai berikut: “Mengapa Engkau (Allah) hendak menjadikan seorang
khalifah di bumi ini orang yang akan membuatan kerusakan [kerusakan dalam material
dan makhluk lainnya] padanya, dan menumpahkan darah [membunuh sesama makhluk
manusia], padahal kami [Malaikat] senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau
(Allah) dan memuliakan Engkau (Allah)” [QS al-Baqarah 2:30]
Maksud ayat ini
menerangkan bahwa manusia khalifah tersebut adalah penguasa yang akan dapat
(dan mungkin) menyalah gunakan jabatannya seperti merusak dan menumpahkan darah.
Sebagaimana juga diabad modern ini menyebutkan bahwa kekuasaan atau power yang
dimiliki, cenderung kepada penyalah gunaannya, “Power is tend to corrupt.”