Monday, November 10, 2014

World Views of Islam (II)



oleh A. Faisal Marzuki




Aurora Borealis



M
asih melanjutkan ‘Mukaddimah’ pengantar kepada World View of Islam. Memang perbedaan pendapat yang mencoba orang lain (harus) mengerti apa yang disampaikan dirinya kepada orang diluar dirinya, sementara itu dirinya sendiri tidak berusaha (harus) mencoba mengerti apa yang dikatakan orang diluar dirinya, pembicaraan itu akan ‘dead lock’. Dengan kata lain tidak dapat dikompromikan. Dikuatirkan nantinya akan berlanjutan menjadi perselisihan atau pertengkaran. Karena apa? Karena masing-masing [keduanya, mungkin ketiga atau keempat dst], bersikukuh membenarkan pendapatnya masing-masing.1

   Selanjutnya, yang dikuatirkan dunia dan kita yang cinta damai, adalah bahwa ‘planet biru’ yang kita diami inilah yang telah pasti (sepanjang pengetahuan manusia) dapat mendukung kehidupan ‘human life and another creature’ dengan sangat ‘mudah’ dan ‘efisien’. Contohnya di banding dengan kehidupan di bulan. Di bulan sumber air tidak jelas, begitu pula oksigen. Pepohanan tidak ada, apalagi binatang ternak. Artinya sumber untuk kehidupan di bulan tidak ada sejauh ini. Berlainan halnya dengan di bumi, segala kehidupan yang bersifat biologis dan non biologis tumbuh marak. Sepanjang pengetahuan para ilmuan berbagai disiplin ilmu mengamati dan menelusurinya ini tidak ada satupun sumber hidup dan kehidupan di planet-planet tata surya lainnya. Di planet biru ini, nama lain dari bumi mudah mendapatkannya sumber hidup dan kehidupan. Dengan itu semestinya  kita manfaatkan –‘utilize’ sebaik-baiknya bagi kehidupan sesamanya. Yang menjadi ‘concern’ pencinta kedamaian (ajaran Islam itu adalah salah satu sisinya untuk kedamaian sesamanya seperti muslim dan muslim serta muslim dan non muslim) adalah kekhawatiran dalam hal yaitu, jika ditanggapinya perbedaan itu dengan ‘kepala panas lagi mendidih’ maka ini akan berlanjut dan bertendensi kepada tindakan kekerasan pisik massal, apalagi disitu ada ‘interest’ (kepentingan) yang strategis (menurutnya) dibalik peristiwa-peristiwa kekerasan yang terjadi. Yang satu ingin menguasai ‘dunia’ diluar batas teritorialnya, dan yang satunya lagi tidak mau dikuasai territorial miliknya, etc, etc. Itulah dasar-dasar dari adanya ‘ego’-‘ego’ dari diri manusia itu dalam skala kecil dan ‘ego’-‘ego’ Negara dan Bangsa dalam bentuk yang skala besar.

   Kalau hal seperti itu sungguh ada, maka boleh jadi kiamat dunia akan lebih awal terjadinya dari yang semestinya. Kenapa terjadi? Terjadinya bukan lagi lantaran menggunakan tinju, silat atau lempar batu. Bukan pula lantaran menggunakan panah atau bambu runcing. Bukan  lantaran menggunakan pedang. Bukan pula lantaran menggunakan tombak. Bukan lantaran menggunakan ‘bola api’ yang dilontarkan. Itu semua yang telah disebutkan, dibandingkan dengan menggunakan sistim persenjataan sekarang tidak ada apa-apanya. Abad berikutnya setelah manusia mengenal 'bubuk mesiu' mulailah manusia menggunakan pistol atau senapan, tapi bukan lantaran menggunakan itu. Bukan pula lantaran menggunakan senapan mesin; meriam; tank baja; granat; ranjau; roket; atau bom-bom pesawat udara yang ditebarkan Sekutu kewilayah Jerman dan sebaliknya. Atau senjata-senjata yang digunakan Kolonial penjajah untuk menduduki, menguasai dan mengeksploitir, orang-orang dan sumber-sumber alam dari tanah-tanah jajahannya. Melainkan, lantaran bom atom yang ditemukan abad ke-20 yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki yang side effect-nya masih ada sempai sekarang ini?

   Senjata-senjata yang digunakan abad dulu kala dan perang dunia ke-2 berbeda jauh jauh sekali dengan senjata-senjata abad ke-21 ini, lebih sophisticated dan daya rusaknya ‘ribuanjuta’ kali dibanding sebelumnya. Senjata sekarang ini bersifat pemusnah yang tak terbatas, massal, masive yang melumatkan kehidupan manusia tanpa pandang bulu. Bukan hanya tentara saja, tapi warga sipil, anak-anak, dan orang tua tak berdosa, dibuat lumat semuanya. No mercy, no human.

   Lebih jauh dari itu adalah meluluh lantakkan bangunan tempat kediaman penduduk sebagai shelter-nya; Bangunan tempat peribadatan semua agama untuk rasa aman, keselamatan dan perlindungan-Nya; Sekolah dan universitas tempat belajar dan mengajarkan manusia berpengetahuan dan penelitian; Gedung perpustakaan, sumber pengetahuan yang siap dibaca dan dipahami pembacanya; Taman (park) tempat berileks, jogging, dan picnic; Mall tempat berbelanja; Perkebunan yang menghasilkan buah-buahan dan rempah-rempah dan herbal lainnya untuk manusia; Pertanian yang menghasilkan gandum, beras dan jagung sebagai sumber karbon hidrat dan makanan bagi manusia; Peternakan tempat menghasilkan hewan ternak sebagai sumber protein dan makanan bagi manusia; Perikanan menghasilkan berjenis-jenis ikan dan udang sebagai protein dam makanan bagi manusia; Bangunan industri untuk menghasilkan alat-alat keperluan manusia dan makanan; Bangunan dan dam pembangkit tenaga listrik keperluan bagi manusia; Jalan, jembatan, tumbuhan, sumber air, sebagai infra struktur dan keperluan hidup manusia dan sebagainya, semuanya itu menjadi puing dan merata dengan tanah. Menjelma dari yang tadinya ‘taman surga yang indah’, menjadi ‘neraka’ padang pasir tandus yang mengandung radiasi nuklir. Kalaupun manusia pemenangnya masih hidup, pun sengsara. Akhirnya mati pula, akibat lingkungan hidupnya terkena kontaminasi radiasi radio aktif. Maka, punah pulah peradaban manusia. Semuanya itu mudah dilakukan. Cukup hanya dengan tekan tombol, maka bekerjalah dengan cepat dan leluasanya senjata nuklir itu. Lain lagi senjata ‘bio chemical’ hanya makhluk biologis saja yang mati. Seluruh makhluk manusia yang kena racun bio chemical ini akan mati, karena senjata ini didesign-cipta untuk itu. Mungkin juga sebagian atau seluruh binatang dan tumbuhan juga akan mati di daerah radius zona yang dekat dengan target manusia. Senjata bio chemical ini telah digunakan ketika perang Irak dengan Iran, dan perang di Syria, mengenaskan melihat janazah secara masal bergelintangan di jalan-jalan, na 'udzubilLahi min zalik - kejamnya manusia yang menggunakan senjata semacam  ini. Korban termasuk warga sipil yang tidak berdosa dan tidak tahu apa-apa akan hal seperti itu terkena kepadanya.

   Senjata Nuklir dan Bio Chemical ini masih tetap diproduksi untuk digunakan bila mana perlu oleh negara super power, karena negara-negara super power-lah yang mempunyai ilmu dan teknologi semacam itu dan mampu memproduksinya. Yang kita kuatirkan adalah 'mishandling by human mistake' walaupun tidak disengaja akan bisa terjadi, sebagaimana telah terjadinya dalam peperangan akhir-akhir ini di Afganistan dengan tidak disengaja menembak bukan musuhnya tapi kawannya sesama Allied (NATO) - friendly shooting? Nah kalau senjata Nuklir atau Bio Chemical yang terjadi bagaimana? Apalagi kalau dibalas, dan saling membalas lagi (out of control)? Demikianlah yang akan bisa terjadi kalau manusia 'bermain-main dengan api'.

   Janganlah bermimpi dulu dengan ‘Star War’, cerita ‘fiction’ yang sangat sangat ‘sophisticated’ dan berbahaya itu, ‘Earth War’ yang akan datang nyata-nyata mengancam negara-negara yang lemah yang kaya bahan-bahan sumber alamnya. Namun giliran berikutnya negara-negara yang kuat akan terpecah lagi menjadi fraksi-fraksi dalam ajang memperebutkan ‘interest’ yang sama yang mau dikuasi sendiri oleh masing-masing diantaranya. Dengan ada hawa nafsu negatif dalam sistim hidup ‘Homo Homini Lupus’ (manusia memangsa manusia lainnya) meresahkan kita, karena sudah dapat orang awam bayangkan merupakan perang semesta ‘colossal’ dan ‘catastrophic’ yang sangat-sangat-sangat mengerikan itu.

   Hal-hal dari cara-cara hidup merusak semacam itulah yang dikhawatirkan oleh para Malak yaitu kemungkinan yang akan terjadinya ‘worst scenario’ dari sisi kehidupan manusia dalam bersosial, bernegara, dan antar negara seperti uraian diatas, sebagaimana dengan tingkat pengetahuan yang di miliki Malaikat? Namun dengan rasa hormat dan takzimnya, memberanikan diri dalam menanyakan seperti apa yang terlintas dalam perasaan pengetahuannya kepada Tuhan Khalik Yang Maha Kuasa lagi Maha Kasih dan Maha Sayang. Selanjutnya Allah Azza wa Jalla memberikan pula kesempatan untuk bertanya, Apakah dengan diciptakannya manusia pertama Adam as sebagai ‘khalifah’ dan keturunan selanjutnya yaitu “akan merusak dan menumpahkan darah”? 2
   
  Hanya orang yang ‘gila’ perang sajalah yang menyukainya. Yang sebenar-benarnya manusia insaniah-lah yaitu manusia ‘Homo Sosial’ (manusia yang bertatanan hidup) yang mendambakan dan menyukai hidup dalam peace, harmony, love, and well being antar sesamanya. Seperti halnya alam semestanya yang di taburi bintang-bintang dalam kelompok galaxy masing-masing yang jumlahnya ‘uncountable’ tak terhitung banyaknya, eksis pada garis edarnya masing-masing. Hidup dalam harmoni. Begitu pula halnya tubuh biologis manusia yang terdiri dari 40 trilion sel hidup ceria dan giat bekerja. Setiap individu sel hidup dalam saling topang-menopang, harmonis dalam menjalankan tugas masing-masing, saling tolong menolong, saling berkomunikasi dan berkoordinasi yang teratur, efisien. Semua tanpa di perintah manusia, namun menopang kehidupan manusia.
 
Saksikanlah tayangan video akibat ‘bom atom’ di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang pada Perang (yang disebut sebagai perang) Dunia Kedua ini di tahun1945. 24 Setalah 'Bom Atom' Hiroshima dan Hiroshima and Nagasaki©AFM




Catatan kaki:

1 Demikianlah halnya di zaman jahiliyah, sebelum Islam datang. Rasul saw berusaha untuk menggantiya dengan yang lebih ‘civilize’. Yaitu ajaran Islam yang kaya dalam ajaran bermuamalah antar sesama manusia dan alam. Diamalkan Rasul saw ketika itu, dan berhasil

2 [Malaikat bertanya kepada Allah [terhadap diciptakan manusia pertama sebagai ‘khalifah’, tentunya dengan keturunannya] dengan pertanyaannya sebagai berikut:  “Mengapa Engkau (Allah) hendak menjadikan seorang khalifah di bumi ini orang yang akan membuatan kerusakan [kerusakan dalam material dan makhluk lainnya] padanya, dan menumpahkan darah [membunuh sesama makhluk manusia], padahal kami [Malaikat] senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau (Allah) dan memuliakan Engkau (Allah)” [QS al-Baqarah 2:30]

Maksud ayat ini menerangkan bahwa manusia khalifah tersebut adalah penguasa yang akan dapat (dan mungkin) menyalah gunakan jabatannya seperti merusak dan menumpahkan darah. Sebagaimana juga diabad modern ini menyebutkan bahwa kekuasaan atau power yang dimiliki, cenderung kepada penyalah gunaannya, “Power is tend to corrupt.”

Blog Archive