KATA PENGANTAR
H
|
ari ini adalah hari peringatan ‘Soempah
Pemoeda’ - dalam ejaan van Ophuysen, dikumandangkan
oleh para pemuda anak bangsa pada tahun sebelum Indonesia memproklamasi
kemerdekaannya di bumi yang sebelumnya di kenal dengan nama Nusantara.
Sumpah Pemuda adalah
satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia yang
disemangati Falsafah ‘Ibu Pertiwi’. Ikrar atau sumpah yang diselenggarakan oleh
Kongres Pemuda selama dua hari, yaitu pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di
Batavia - nama Jakarta ketika itu yang masih dibawah pemerintahan kolonial Belanda atau disebut juga Hindia Belanda.
Penyelenggarakan Kongres Pemuda ke-2 ini dinilai sebagai kristalisasi semangat
untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia. Istilah ‘Soempah
Pemoeda’
sendiri tidak muncul dalam putusan kongres tersebut, melainkan diberikan
setelahnya.
Hadir pula Wage Rudolf Supratman yang
memainkan lagu Indonesia Raya di Kongres Pemuda dengan alunan biolanya. Lagu
Indonesia Raya juga dinyanyikan untuk pertamakalinya dalam kongres ini oleh
Dolly Salim yang tidak lain adalah putri dari Haji Agus Salim.
Sejak 1959, tanggal 28 Oktober ditetapkan
sebagai Hari Sumpah Pemuda,
yaitu hari nasional yang bukan hari libur yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia
melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 untuk memperingati
peristiwa Sumpah Pemuda.
Untuk menghayati peristiwa fenomenal itu mari
ikuti tulisan yang bertemakan “Makna ‘Sumpah Pemuda’ Disemangati Falsafah
‘Ibu Pertiwi’ sebagaimana dipaparkan dalam tulisan berikut dibawah ini.
MAKNA SUMPAH PEMUDA
DISEMANGATI FALSAFAH ‘IBU PERTIWI’
Oleh: A. Faisal Marzuki
PENDAHULUAN
S
|
umpah Pemuda adalah
satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini
dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya
negara Indonesia yang disemangati oleh Falsafah ‘Ibu Pertiwi’.
Kata falsafah dapat didefinisi
atau diartikan - sebagaimana yang dituliskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) - adalah (n) anggapan, gagasan, dan sikap batin yang paling dasar yang
dimiliki oleh orang atau masyarakat atau dapat pula disimpulkan sebagai
‘pandangan hidup’ dalam memaknai sesuatu hal yang ingin diketahui atau dikaji.
Maka dalam
konteks keindonesiaan, makna ‘Ibu Pertiwi’ bagi Indonesia tidak lain adalah tanah
airku, tanah tumpah darahku, tempat berlindung, tanah yang suci, tanah yang
sakti, hutan gunung sawah dan lautan, simpanan kekayaan. Kesemua itu adalah
negara Republik Indonesia yang berwilayahkan dari Sabang (daerah yang terletak di
ujung pulau Sumatra) sampai Marouke (daerah yang terletak di ujung pulau Papua
yang dulu disebut Irian Barat).
Dalam agama Hindu, ‘Ibu Pertiwi’ mengacu ke ‘Dewi Bumi’
atau ‘Ibu Bumi’. Sang Bapak
adalah bapak angkasa atau penguasa langit. Jadi, makna Ibu Pertiwi yang
tidak lain adalah konsep personifikasi nasional Indonesia sebagaimana
disenandungkan dalam lagu kebangsaan Indonesia Raya sebagaimana lirik lagu
kebangsaan Indonesia Raya dalam tiga stanza versi terbaru sebagai berikut
dibawah ini.
Indonesia
Raya
Stanza/Bait-1
|
Indonesia
Raya
Stanza/Bait-2I
|
Indonesia
Raya
Stanza/Bait-3
|
Indonesia
tanah airku,
Tanah
tumpah darahku,
Di
sanalah aku berdiri,
Jadi
pandu ibuku.
Indonesia
kebangsaanku,
Bangsa
dan tanah airku,
Marilah
kita berseru,
Indonesia
bersatu.
Hiduplah
tanahku,
Hiduplah
neg'riku,
Bangsaku,
Rakyatku, semuanya,
Bangunlah
jiwanya,
Bangunlah
badannya,
Untuk
Indonesia Raya.
Reff:
Indonesia
Raya,
Merdeka,
medeka
Tanahku,
neg'riku yang kucinta!
Indonesia
Raya,
Merdeka,
merdeka
Hiduplah
Indonesia Raya.
|
Indonesia,
tanah yang mulia,
Tanah
kita yang kaya,
Di
sanalah aku berdiri,
Untuk
s’lama-lamanya.
Indonesia,
tanah pusaka,
P’saka
kita semuanya,
Marilah
kita mendoa,
Indonesia
bahagia.
Suburlah
tanahnya,
Suburlah
jiwanya,
Bangsanya,
rakyatnya, semuanya,
Sadarlah
hatinya,
Sadarlah
budinya,
Untuk
Indonesia Raya.
Reff:
Indonesia
Raya,
Merdeka,
merdeka
Tanahku,
neg'riku yang kucinta!
Indonesia
Raya,
Merdeka,
merdeka
Hiduplah
Indonesia Raya.
|
Indonesia,
tanah yang suci,
Tanah
kita yang sakti,
Di
sanalah aku berdiri,
N’jaga
ibu sejati.
Indonesia,
tanah berseri,
Tanah
yang aku sayangi,
Marilah
kita berjanji,
Indonesia
abadi.
S’lamatlah
rakyatnya,
S’lamatlah
putranya,
Pulaunya,
lautnya, semuanya,
Majulah
Neg’rinya,
Majulah
pandunya,
Untuk
Indonesia Raya.
Reff:
Indonesia
Raya,
Merdeka,
merdeka,
Tanahku,
neg'riku yang kucinta!
Indonesia
Raya,
Merdeka,
merdeka,
Hiduplah
Indonesia Raya.
|
Bait-bait dalam lagu kebangsaan Indonesia Raya seperti
diatas itu adalah menggambarkan sosok Sang Ibu ‘Pertiwi’ sebagai seorang ibu
yang dicintai, ibu yang membuai dan membesarkan dan memotivasi anak-anaknya
untuk pandai dan maju. Ibu yang dapat bersedih hati, bersusah hati, berlinangan
air mata, merintih dan berdoa serta bergembira agar pertumbuhan anaknya berhasil
dikemudian hari.
ISI LAGU KEBANGSAAN SEBAGAI BAHAN RENUNGAN
S
|
ewaktu penulis sebagai siswa SMP dan SMA telah
tiga kali berpartisipasi dalam aubade
kemerdekaan bersama siswa-siswa lainnya di lapangan Istana Merdeka yang
menghadap ke Taman Monumen Nasional (Monas). Istana in terletak di Jalan Medan Merdeka
Utara, Jakarta. Dalam kesempatan aubade
ini para siswa-siswa ini berbaris teratur ditengah lapangan istana menghadap tangga
dan gedung Istana yang didepannya ada Presiden dan tamu-tamu lainnya menghadiri
upacara peringatan hari Kemerdekaan Indonesia dengan menyajikan lagu-luga yang
bertalian dengan tanah air Indonesia dan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang
dipimpin oleh seorang konduktor disertai iringan musik.
Sering kali saat penulis mendengrkan lagu kebangsaan
Indonesia Raya ini bersama hadirin yang menghadiri Upacara Kemerdekaan 17
Agustus di lapangan rumah kediaman Dutabesar di Tilden Street, Washington D. C.,
rasanya begitu magis dan menyentuh
jiwa yang paling dalam dalam mengimpikan Indonesia seperti negera-negara besar yang
piawai dalam mengelola negaranya seperti sekarang dimana penulis berdomisili’.
Dalam lagu kebangsaan Indonesia ini tergambarkan
bahwa semua warga bangsa Indonesia adalah anaknya, anak bangsa atau putra
kesayangannya. Isi lagu kebangsaan ini berisi konsep nasional yang makna
konteksnya berbicara mengenai konsep bernegara agar tumbuh sukses dalam mengayomi
semua warganya.
Personifikasi dari sosok yang dibela dan diayomi
ini, yang mendasari sikap kepahlawanan dan menjadi alasan jiwa patriotik, baik
dalam masa perjuangan sebelum dan setelah kemerdekaan. Atas nama Ibu Pertiwi,
pengorbanan jiwa dan raga, hidup atau mati, adalah bukti jiwa pengabdian dan
kecintaan pada negeri yang merdeka.
Dalam bait pertama lagu kebangsaan Indonesia
Raya dalam stanza/bait satu ada kata “Jadi Pandu Ibuku” adalah bermakna kewajiban
semua warga memelihara, menumbuhkan, membela, mempertahankan negara. Kata ini
milik semua warga Indonesia baik yang berada di dalam negeri maupun luar
negeri.
Cara termudah mengartikan konsep yang disebutkan
itu adalah bila warganya memerankan diri sebagai pahlawan nasional dalam
praktek pengabdiannya kepada negara. Atau dalam kekinian, bila warga
membayangkan dirinya sebagai seorang tentara nasional dan siap siaga menghadapi
perang dengan resiko nyawa digaris terdepan. Atau lebih sederhana, bila warga
dipanggil negara untuk wajib perang.
Dalam keniscayaan sejarah ‘Ibu Pertiwi’ ini konflik
interest pribadi, baik itu kepentingan keluarga, istri dan anak, ataupun
perjuangan kelompok, golongan, kesukuan atau etnis serta agen asing menjadi
taruhan kuat melemahnya pertahanan dan ketahanan nasional Indonesia yang
berdaulat yang dengan itu memungkin bangsa lain akan menguasai atau mendikte ‘Ibu
Pertiwi'.
Patriotik menempatkan kepentingan negara di atas
segala-galanya dalam konteks kenegaraan sebenarnya bukanlah jamannya
mempertanyakan kembali persatuan dan kesatuan bangsa. Atau masih perlukah tiap
warganya membuang energi, termakan provakasi, membahas atau memperuncingkan
perbedaan antarwarga sendiri tanpa ada keinginan saling menghargai, saling
mengisi, saling memperkaya, dan saling percaya?
Sementara ia lahir dan besar, hidup dan makan,
berdoa dan bekerja di tanah Indonesia yang merdeka. Dan negara itu ada karena
pengorbanan para pahlawan bangsa atas segala kepentingan dan miliknya yang
berharga itu.
Makna konsep tanah airku, tanah tumpah darahku,
tempat berlindung, tanah yang suci, tanah yang sakti, hutan gunung sawah dan
lautan, simpanan kekayaan ini menjadi hambar, tidak bernilai, jika
pengabdian para pahlawan, atau tentara, adalah penghargaan yang sesuai dengan
jamannya saja. Negara bukanlah sekedar ‘perusahaan’ yang mudah bangkrut. Negara
ada sepanjang jaman karena pengabdian rakyatnya dan negara tidak melupakan
sejarahnya.
Konsep ini menjadi kosong makna bila kemerdekaan
hanya milik dari satu bagian elemen atau komponen bangsa dan kelompok interst
lainnya. Padahal makna kemerdekaan adalah hak segala bangsa, maka kemerdekaan
itu adalah hak dan milik semua elemen bangsa. Dengan itu ‘penjajahan’ sesama
elemen anak bangsa harus dihapuskan, karena hal itu juga berarti tidak sesuai
dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan seperti yang disebutkan dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar sebagai bingkai bagaimana berbangsa.
Dengan demikianlah bangsa dapat bersatu dan
mengisi kemerdekaan dalam konteks kekinian. Citra apapun dan menginginkan
mandat apapun dari Ibu Pertiwi, termasuk dari para pahlawan bangsa yang telah
berjasa dan meninggal dunia di medan laga. Semua ini mesti disadari dari hati
nurani anak bangsa. Termasuk anak bangsa yang selalu bertanya-tanya apa arti
kemerdekaan, bila keadilan dan kemanusiaan serta hak-hak demokrasi anak-anak
“Ibu Pertiwi” masih dikoyak-koyak oleh atas nama “Pengelola Ibu Pertiwi”.
Apakah tidak begitu jelas bahwa yang tampak itu
oleh “Ibu Pertiwi” sebenarnya tidak begitu sulit untuk dimengerti oleh sebagian
anak bangsa dalam kenyataan sehari-hari? Bahwa sekarang penyelenggaraan negara
dalam alam kemerdekaan, telah menjadi hak sepenuhnya oleh bangsa sendiri. Bukan
penjajah dari bangsa lain lagi. Nyanyian Ibu Pertiwi berkumandang ke seluruh
pelosok tanah air. Nyanyian Indonesia Raya pun berkumandang ke seluruh dunia
ketika anak bangsa meraih prestasi tingkat dunia.
PENUTUP
R
|
enungilah bahwa ada, anak-anak bangsa itu yang
tidak dapat lagi menahan keharuan. Ada, derai air matanya larut dalam tiap kata-kata
nyanyian lagu Indonesia Raya. Ada, mereka yang ingin melihat Ibu Pertiwi
bahagia. Ada, mereka yang ingin mengusap tangisan Ibu Pertiwi. Bahkan ada,
mereka yang ingin Ibunya tersenyum dan bangga. Sepanjang lagu Indonesia Raya
dikumandangkan, entah sampai kapan, maka makna Ibu Pertiwi tak lekang oleh
masa, tak lekang berkalang tanah.
Di pundak anak anak bangsa, kejayaan negara ini
dititipkan. Ibu berkata, “Tiap jengkal tanah yang Ibu berikan, jagalah ia
dengan segenap hati. Tiap tetes darah Ibu saat Engkau dilahirkan, Jagalah ia
bagaikan emas di hatinurani. Majulah engkau anakku. Bawalah bangsa ini
berprestasi. Selenggarakan negara ini dengan hati nurani. Karena di dalam
doaku, namamu sudah aku sebut satu demi satu. Kalau engkau kembali bertanya,
kapan kerusuhan-kurusuhan yang terjadi berhenti; kapan tindak korupsi benar-benar
berkurang - bahkan tidak ada lagi; kapan Indonesia bisa maju; kapan rakyat akar
rumput ada pekerjaan yang layak untuk hidup cukup seperti makan, minum, pakaian,
perumahan, pendidikan, kesehatan dan
pensiun hari tua; kapan timnas sepakbola
ikutan piala dunia, tanyakanlah pada ‘kehijauan rumput-rumput Ibu Pertiwi yang
bergoyang’. Mengertilah. Semuanya ada dipundakmu Nak. Semua sudah ada dalam SDA
yang kuberikan, tapi nyatanya inilah hasil pengelolaan yang aku terima dari “pengelola
Ibu Pertiwi. Inikah balasanmu? Semoga tulisan ini menyadarkan kita arti berbangsa dan
bernegara yang sesungguhnya.
Penulis akhiri paparan ini dengan mengutif reff - pengulangan sebagai pemadat makna -
lagu kebangsaan Indonesia Raya: “Indonesia Raya; Merdeka, medeka; Tanahku,
neg'riku yang kucinta!; Indonesia Raya; Merdeka, merdeka; Hiduplah Indonesia
Raya”. Semoga ‘bahan renungan’ tulisan ini bermanfaat hendaknya. Mari Jaga Bara
Emas Kemerdekaan ini. □ AFM
SUMBER BAHAN PENULISAN:
https://id.wikipedia.org/wiki/Istana_Merdeka
https://id.wikipedia.org/wiki/Sumpah_Pemuda
https://www.kompasiana.com/bangkemal0622/54ffcfeea333111e50510dce/makna-ibu-pertiwi
https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/28/075634465/hari-ini-dalam-sejarah-kongres-pemuda-dan-lahirnya-sumpah-pemuda?page=all
https://en.wikipedia.org/wiki/Agus_Salim
https://www.websitependidikan.com/2018/04/lirik-lagu-kebangsaan-indonesia-raya-3-stanza-bait-1-2-3-terbaru-asli-resmi.html
Dan sumber-sumber lainnya. □□