Oleh: A. Faisal Marzuki
- Salah satu masih tegaknya peradaban dan eksisnya suatu bangsa adalah karena adanya keadilan. Untuk itu mari kita tegakkan keadilan itu wahai umat seluruh dunia yang cerdas lagi berakal serta punya rasa hati yang peka.
- Firman Allah ‘Azza wa Jalla dalam surat an-Nahl ayat 90 menyebutkan: “Innal Lāha ya’-muru bil-’adli wal ihsāni” artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh (memerintahkan kamu) ●Berlaku adil (adli) dan ●Berbuat ihsan (kebajikan).
M
|
akna
kata adil itu apa? Supaya lebih sangat terasa pedas-pedas manisnya apa makna
dari pada kata adil ini lebih baik ditampilkan disini lawan dari kata Adil itu ialah Zalim. Zalim, yaitu memungkiri kebenaran karena hendak mencari
keuntungan bagi diri sendiri. Ada juga karena rasa malu, karena telah terlanjur
mengaku diri hebat, kuat atau karena mempunyai kedudukan tinggi. Oleh karena
itu tetap mempertahankan perbuatan yang salah. Yang boleh-boleh saja mungkin
mengakuinya dalam hati kecil. Sehingga perlahan-lahan mengakui juga bahwa yang
benar itu benar dan yang salah itu salah. Betul bahwa kebenaran pada hakekatnya tidak bisa mungkin bercampur
dengan yang salah. Kalaupun masih tetap ada, sifatnya sementara dan hanya pada
orang-orang tertentu yang hatinya sudah beku menerima kenyataan yang sebenarnya
(minoritas).
Sifat zalim
ini adalah sifatnya thaghut, evil atau setan. Jiwa kesatriaan (knight)
tidak ada. Jiwa sportifitasnya mandek. Permohonan (dan pemberian) maaf dari
orang yang bertabiat thaghut tidak ada sebagaimana iblis yang tidak mau tunduk
kepada Adam as di langit sebagai mana yang diperintahkan-Nya. Tabiat makhluk
manusia semacam ini cukup banyak kalau dikaitkan dengan keinginan selalu
mengejar dunia (hubbud dunya) terutama yang berkaitan dengan materi dan
kekuasaan.
Hal ini
terjadi karena kosa kata batinnya tidak tersirat sedikitpun. Karena apa? Karena telah tertutup (kafir) dalam
mengenal adanya hari akhirat. Hari dimana setelah matinya, dibangkitkan kembali
untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya selama ini. 1 Orang
semacam ini tidak peka dengan kata keadilan. Yang ada didirinya adalah (menginginkan)
materi dan (bahkan) kekuasaan. Kawan saya menyebutkan ‘money and power are yummy’
(lezat).
Itulah
satu ciri negatifnya peradaban abad ke-21 ini. Makanya jika ada yang mencoba
membawa dan mengingatkan kebada yang sifatnya ‘religious’ ditolak
mentah-mentah. Ekstrim dari bentuk tatanan masyarakat semacam ini adalah
komunisme, karena agama dianggap sebagai ‘opium’ baginya.
Yang agak katakanlah moderat adalah
sekularisme. Boleh beragama. Boleh mendirikan rumah ibadat dan lakukanlah disana
sepuas hati untuk melakukan ‘worship’ ibadah penyembahan kepada
Tuhan dan berdoa serta menasehati kehidupan spiritual anggota jemaahnya. Tapi
tidak dalam urusan-urasan (dalam katanya) dunia. Maka dengan entengnya menyebutkan syariat tidak boleh dalam bernegara. Padahal mereka itu tidak mengerti arti kata syariat yang sebenarnya, kendatipun muslim sendiri yang tidak terpelajar akan hal ini atau terpelajar (katanya) namun lebih memilih angin sepoi-sepoi peradaban Barat yang memang lebih maju secara materi. Serta terkesima dengan iptek dan cara-cara menangani sistim pemerintahan dan kesejahteraan rakyatnya. Tapi lupa bahwa mereka itu sangat menghargai sistim kehidupan hubbud dunya.
●●●
Kenapa peradaban dunia ini masih tetap eksis
walaupun tidak begitu sempurna dalam kacamata ajaran Islam yang mengajarkan
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Karena jiwa dan moral yang ditanaman
dalam peribadatan agamanya melahirkan kebajikan yang ekstrimnya walau sebesar
(seberat) biji sawi akan dibalasinya. 2
Jika
selama kebaikan nilai-nilai ketuhahan masih ada maka keadilan itu masih
terdapat pada diri (masyarakat) dalam pergaulan hidup manusia, selama itu pula pergaulan
dalam tatanan hidupnya akan harmonis, aman, damai. Dengan keadaan itu timbul
amanat dan percaya mempercai sesamanya. Dengan itu dapat dipetiklah buah dari
keadilan itu, yaitu: family bonds, universal
brotherhood of humankind, truthfulness, kindness, caring each other.
●●●
Bagaimana dengan ridho Allah ‘Azza wa Jalla? Jawabnya, wal-lahu ‘alam
bish-shawab. Yang pasti tahu hanya Allah Subhāna wa Ta’āla. Tapi perlu
sama-sama kita mengingatkan bahwa segala amalan itu tergantung dari niatnya. 3 Kalau hidup ini niatnya karena Dunia maka hanya dunialah yang didapat.
Dan memang didapatnya, karena dia tekun, rajin (tidak bermalas-malas) dan
sangat bergiat untuk itu. Tapi bagian di akhirat tidak akan dapat lagi,
sebagaimana firman-Nya:
- Barang siapa menghendaki keuntungan di Akhirat, akan kami tambahkan keuntungan itu. Dan barang siapa menghendaki keuntungan di Dunia, Kami berikan sebagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian di Akhirat. 4
Sebaliknya mereka yang meyakini hari akhirat dengan melakukan sholat,
membaca dan mempelajari al-Qur’an dan al-Hadits, beribadah mahdah lainnya serta
berakhlak mulia sesama muslim dan non muslim serta kepada alam lingkungan. Kemudian
memandang hidup di dunia sebagai ‘ladang ibadah’, karena manusia di ciptakan
untuk melakukan ibadah kepada-Nya. 5 Disamping itu manusia melaksanakan tugas pula sebagaimana yang
diperintahkan-Nya yaitu ‘memakmurkan kehidupan di dunia’ 6 bersama anggota masyarakat lingkungannya serta dunia. Maka dia akan mendapati
kebaikan di Bumi dan kebaikan di Akhirat. 7 ©AFM
Catatan kaki:
1Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami (Allah) menciptakan kamu
(manusia) secara main-main (tidak ada maksud, sebagai makhluk khalifah di bumi
untuk beribadat dan memakmurkan bumi), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan
(untuk mempertanggung-jawabkan perbuatannya di dunia) kepada Kami (Allah). [QS
al-Mu’minun 23:115]
2(Luqmān berkata), “Wahai anakku! Sungguh jika ada (sesuatu perbuatan)
seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah
akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Mahateliti. [QS Luqmān
31:16]
Siapa saja yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan
melihat (akibat, balasan)nya. Dan siapa saja yang mengerjakan kejahatan (zalim)
seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (akibat, balasan)nya. [QS
az-Zalzalah 99:7,8]
3[al-Hadits]
4[QS asy-Syūra 42:20]
5”Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan Manusia, melainkan agar
mereka beribadah kepada-Ku. [QS adz-Dzāriyāt 51:56]
6Dia (Allah) telah menciptakan kamu (manusia) dari bumi dan menjadikan
kamu (manusia) pemakmurnya.* [QS Hud 11:61]
*Manusia dijadikan penghuni bumi untuk menguasai dan memakmurkan hidup di
dunia untuk keperluan kesejahtaraan dan kebahagian hidupny selama berada di
alam dunia (bumi).
7Ya Tuhan Kami, berilah kami kebaikan di Dunia, dan kebaikan (pula) di
Akhirat. Dan peliharalah kami dari azab
neraka. [QS al-Baqarah 2:201] □