KATA PENGANTAR
Hari ini adalah hari Arafah, tanggal 9
Dzul Hijjah 1441 AH yang jatuhnya bertepatan dengan tanggal 10 Agustus 2019 CE tanggalan
umat yang berada di Amerika Utara. Sedangkan peristiwa wukuf di Arafah, Saudi
Arabia bagi yang berhaji terjadi sehari sebelumnya.
Wukuf di Arafah syah bila wukufnya di
sekitar lapangan Jabal Rahmah. Jika wukufnya dibalik bukit yang mengelilingi
padang Arafah - yang menghalangi terlihatnya Jabal Rahmah - maka wukufnya tidak
syah.
Mengapa demikian sentralnya kedudukan
Jabal Rahmah ini? Untuk itu mari ikuti paparannya berikut dibawah ini.
MAKNA
JABAL RAHMAH
DI
PADANG ARAFAH
Oleh: A. Faisal Marzuki
●
Al-Hajju Arafah – Haji itu adalah
wukuf di Arafah.
●
Membangunkan Kesadaran Perdamaian dari Umat Islam sebagai jamaah yang mesti kompak-bersatu.
●
Tidaklah sempurna iman seseorang dari kalian, sehingga dia mencintai saudaranya
sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri. [HR Bukhari]
K
|
etika Adam dan Hawa - orang tua pertama
dari keturunan manusia - turun ke bumi [1] tiada manusia lain di bumi ketika
itu kecuali mereka berdua, namun hidupnya terpisah. Seumpama dua kapsul yang
dijatuhkan dari langit ke bumi, yang satu berada entah dimana, yang lainnya
begitu pula. Keduanya sepi dari kesendiriannya masing-masing di bumi yang asing
bagi mereka berdua - biasa mereka berdua hidup nyaman dan apa yang dimaui ada
ketika berada di Surga [2].
Masing-masing hidup saling mencari.
Detik demi detik. Jam demi jam. Hari demi hari. Pekan demi pekan. Bulan demi
bulan. Tahun demi tahun. Sejuta tahun rasanya belum bertemu juga. Tak tahu arah
dimana mau bertemu. Untuk mengetahui dimana masing-masingnya berada - ketika
itu belum ada teknologi GPS dan cellpone.
Dalam keadaan seperti itu teringatlah betapa enaknya hidup mereka berdua di
Surga [2] nan indah itu.
Ditengah dataran yang amat luas itu,
berdirilah suatu bukit. Tentunya bukit lebih tinggi dari dataran tanah
sekitarnya, memungkinkan mereka mudah melihat apa yang sedang dicari. Akhirnya,
bertemulah mereka berdua diatas bukit yang terletak di hamparan padang yang
sangat luas.
Dapat kita bayangkan bagaimana
detik-detik yang sangat sangat sangat berbahagia itu tampak di wajah
masing-masing. Selama ini, sepi dari kesendirian masing-masing. Rindu rendam,
kangen yang akhirnya kesampaian. Mereka berdua ini sungguh bersukacita yang tak
terperikan. Mereka berdua terlepas dari kesengsaraan hidup sendiri. Mereka
berdua tidak mau terpisah lagi, sampai hayat dikandung badan. Bukit tempat
pertemuan itu masih tegak abadi kini, namanya Jabal ar-Rahmah. Dalam bahasa Indonesia dinamakan Bukit Rahmah.
Artinya, “Bukit Kasih”. Terambil dari kata Jabal, artinya Bukit. Dan Rahmah
artinya, Kasih. Padang dataran luas disekitar bukit bernama Arafah yang artinya “Pertemuan”. Nah
kini dapatlah kita mengerti sekarang kenapa wukuf di Arafah bagi yang berhaji ini
wajib dilakukan dalam rangkaian peribadatan haji, dimana wukuf di Arafah ini
menjadi titik sentralnya.
Dengan peristiwa Arafah ini dapat
diambil pelajaran yang sangat berharga sekali, yaitu ajaran muamalah
(bermasyarakat) dalam Islam. Semestinya sesama umat mesti ada kesetiakawanan.
Malah hadits [3] menyatakan antara sesama Muslim ini diikat oleh tali
persaudaraan. Sakit salah satu dari anggotanya, maka rasa sakit terasakan bagi
semua anggotanya. Berarti kita mesti bekerja sama, itulah arti dari
kesetiakawanan itu. Kalau tidak tentunya hidup ini hambar, lemah dan tak
bermakna. Padahal naluri hidup manusia itu adalah hidup “bermasyarakat”.
Demikianlah makna Jabal Rahmah - dalam ritual
wukuf di Arafah bagi yang berhaji - yang berdiri tegak di padang Arafah ini
pegangan sentral yang amat menentukan dalam berhaji dan bermasyarakat. Tanpa
mengerti makna dari peristiwa-peristiwa di Jabal Rahmah, maka apa-apa yang
dilakukan selama berhaji belum maksimal, maksudnya hampir boleh dikatakan
sia-sia. Kini bertemulah makna haji yang disebutkan oleh Rasul Shallallahu ‘Alayhi Wasallam bahwa ‘haji
itu adalah Arafah - Al-Hajju Arafah’.
Dengan peritiwa Jabal Rahmah di Arafah itu
mengingatkan kita generasi sekarang yang hidup di seperlima abad ke-21 ini
dalam millennium ke-3 bahwa hidup bernafsi-nafsi bukanlah sifat asli atau
fitrah manusia. Satu sama lainnya saling butuh dalam mengarungi lautan
kehidupan ini. Dalam kehidupan ini terkadang ombaknya tinggi, angin sangat
kencang, membuat oleng kapal kehidupan. Dihempaskan ke kiri dan ke kanan.
Kadang menurun, kadang meninggi. Kadang terperosok di pusaran air. Kadang
tersandung di batu karang. Harap harap cemas. Namun dengan semangat kesatuan
dan kesetiakawanan serta persaudaraan dan saling cinta kasih, memudahkan
menghadapi tantangan hidup.
Tanpa kesatuan dan cinta kasih bahtera kehidupan
berkeluarga, bermasyarakat, berorganisasi (dalam komuniti), berbangsa dan
berantar bangsa, maka manusia akan memangsa sesamanya dalam memperebutkan
pengaruh dalam kekuatan ekonomi, keuangan, politik, militer dan power dari ego pribadi atau bangsa yang
terkotak-kotak dalam kelompok-kelompok atau pakta-pakta (blok-blok) dalam
berbangsa. Faham yang dimengertinya atau yang dilakukannya seperti itu memang
terjadi dalam hidup di millennium ke-2, hasilnya membuat dunia tidak stabil,
perang-perang dahsyat terjadi (dalam PD I korbannya 20 juta, PD II 80 juta) dan
hampir-hampir binasa dalam menghadapi perang nuklir tahun 60-an antara Amerika
Serikat dan USSR (Uni Sovyet).
Pada millennium ke-3 ini dunia hakekatnya tidak
dapat lagi disekat-sekat, karena arus globalisasi sudah sedemikian menderas.
Teknologi telah mendekatkan warga dunia satu sama lainnya. Perlu pendekatan
baru, lebih aman, lebih stabil, lebih manusiawi, dan hasilnya “win-win” -
semuanya dapat. Yaitu asal menegakkan ta’aruf
(saling mengenal) [4], tafahum
(saling memahami), ta’awun (kerja
sama), itsar (saling membela, tidak
bertengkar).
Last
but not least mari kita tutup paparan dalam tulisan ini dengan
berdoa: “Ya Allah jadikanlah tahun ini tahun kebaikan. Hari yang tidak menjadi
sempit. Urusan yang tidak menjadi rusak. Jadikanlah setiap langkah menjadi
taufiq, mudah dan terhitung pahala”. Billāhit Taufiq wal-Hidāyah. □ AFM
CATATAN KAKI
[1] Adam dan Hawa di turun ke Bumi dari
Surga. [QS Al-Baqarah 2:36]
[2] Surga.
● Dan orang-orang yang beriman dan
beramal shaleh (berada) di dalam taman-taman surga, mereka memperoleh apa yang
mereka kehendaki di sisi Tuhan mereka. Yang demikian itu adalah kurunia yang
besar. [QS Asy-Syūrā 42:22]
● “Perumpamaan Surga yang dijanjikan
kepada prang-orang yang bertaqwa ialah (seperti taman) mengalir sungai di
dalamnya, buah yang tak henti-hentinya, sedang naungannya (demikian pula).
Itulah tempat kesudahannya bagi orang yang bertaqwa. [QS Ar-Ra’d 13:35]
[3] Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam bersabda: ●“Perumpamaan orang Islam
yang saling mengasihi dan mencintai satu sama lain adalah ibarat satu tubuh,
Jika salah satu anggota tubuh merasa sakit, maka seluruh tubuh akan ikut merasa
sakit dan tidak bisa tidur.” [HR Bukhari]
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam: ● Tidak lah sempurna iman seseorang
dari kalian, sehingga dia mencintai saudaranya (sesama Islam) sebagaimana dia
mencintai dirinya sendiri.” [HR Bukhari]
Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam bersabda: ● “Seorang muslim adalah
saudara bagi sesama muslim lainnya. Tidak boleh menganiaya ataupun membiarkan
dianiaya. Barang siapa memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi
kebutuhannya. Barang siapa membebaskan kesusahannya, maka Allah akan
membebaskan kesusahannya di hari kiamat. Barang siapa menutupi aib-nya, maka
Allah akan menutupi aib-nya dihari kiamat ” [HR Bukhari].
[4] Lita
‘ārafū (ta’āruf), Wahai Manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal (Lita ‘ārafū, ta’āruf). [QS Al-Hujarāt 49:13] [Untuk selanjutnya tafahum (saling memahami), ta’awun (kerja sama), itsar (saling membela, tidak
bertengkar)]. □□
SUMBER