Kata Pengantar
“Berpuasalah
engkau di bulan Ramadhan. Tunaikan zakat dari harta yang kau miliki” [Diambil
dari Khutbah Haji Wada’ Rasul saw]
Sekarang tanggal 13 Sha’ban
1439 Hijriyah, bertepatan tanggal 29 April 2018 CE. Berarti 17 hari lagi
tanggal 16 Mai 2018 CE, bertepatan (Insya Allah) 1 Ramadhan 1439 Hijriyah.
Artinya pada tanggal itu
adalah hari pertama puasa di bulan Ramadhan dimulai bagi umat Islam bukan saja
di Amerika tapi di Dunia.
Dalam kesempatan ini
mari kita merefleksikan diri kita sebagai umat Muhammad – umat Islam merenungi
kembali isi khutbah Beliau saw yang terakhir yang mengandung pesan-pesan kepada
bukan saja kepada umat Muhammad saja, tapi umat manusia secara keseluruhan.
Isinya pesan kemanusiaan
ini wajib kita ketahui dan pahami serta amalkan, terutama bagi umat Islam –
umat Muhammad yang penuh rahmat bagi alam semesta termasuk umat manusia (Islam
sebagai rahmatan lil ‘ālamīn).
Billahit Taufiq Wal-Hidayah. Selamat menyimaknya. □ AFM
PENDAHULUAN
K
|
hutbah Terakhir Muhammad
saw yang mengharukan disampaikan ketika melaksanakan Haji
Wada’ yang dikenal dengan nama Haji Perpisahan Nabi Muhammad saw. Beliau
mengumumkan niatnya pada 25 Dzulqaidah tahun 10 Hijriyah atau setahun sebelum
beliau wafat.
Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari
Jabir ra, ia berkata:
“Selama
9 tahun tinggal di Madinah Munawwarah, Rasulullah saw belum melaksanakan Haji.
Kemudian pada tahun kesepuluh beliau mengumumkan hendak melakukan haji. Maka
berduyun-duyun orang datang ke Madinah, semuanya ingin mengikuti Rasulullah saw
dan mengamalkan ibadah haji sebagaimana amalan beliau.”
Peristiwa Haji Wada adalah momen besar yang
menjadi perpisahan beliau dengan umatnya. Pada akhir tahun 10 Hijriyah,
tampaklah beberapa tanda yang mengindikasikan bahwa ajal Rasulullah saw telah
dekat.
Pada bulan Dzul Qa’dah tahun 10 Hijriyah, mulailah Nabi
saw mempersiapkan diri untuk menunaikan haji yang pertama sekaligus yang
terakhir dalam kehidupan beliau. Sejarah mencatat, ketika Rasulullah saw
menyeru kaum muslimin dari berbagai kabilah untuk menunaikan ibadah haji
bersamanya.
Diriwayatkan, jamaah haji pada tahun itu berjumlah lebih dari 100.000 orang
bahkan lebih. Ada yang mengatakan jumlah rombongan jamaah calon haji yang
langsung di bawah pimpinan Rasulullah kurang lebih 114.000 orang.
Pada tanggal 8 Dzul Hijjah 10 H, Nabi saw
berangkat menuju Mina. Beliau shalat Zuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya di sana.
Kemudian bermalam di Mina dan menunaikan shalat Subuh juga di tempat itu.
Setelah matahari terbit, beliau berangkat menuju Arafah. Setelah matahari mulai
bergeser, condong ke barat, Nabi saw mulai memberikan khotbah di sebuah tempat
bernama Namirah. Setelah beliau berkhotbah, Allah swt menurunkan ayat:
“…Pada
hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untuk kamu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku
bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu…” [QS
Al-Mā’idah 5:3]
Khutbah Terakhir
Saat Haji Wada’, Rasulullah menyampaikan khutbah
yang merupakan wasiatnya yang terakhir. Khutban ini disampaikan pada 9 Zulhijah
tahun 10 Hijriyah di Lembah Uranah, Gunung Arafah.
Khutbah Haji Wada’ (perpisahan) ini adalah
Deklarasi Global Islam dan Ajarannya bagi manusia sedunia.
Khutbah Haji Wada’ Rasulullah saw ini adalah Orasi
Ideologi Pengingat Umat
ISI KHUTBAH HAJI WADA’
W
|
ahai manusia, dengarlah baik-baik apa yang
hendak kukatakan. Aku tidak tahu apakah aku dapat bertemu lagi dengan kalian
setelah tahun ini. Maka dengarlah kata-kataku dengan teliti dan sampaikanlah
kepada mereka yang tidak hadir disini.”
“Wahai manusia, seperti halnya kalian menganggap
bulan dan kota ini sebagai kota suci, maka anggaplah jiwa dan harta setiap
orang muslim sebagai amanah yang suci. Kembalikan harta yang diamanahkan kepada
kalian kepada pemiliknya yang berhak. Jangan kau sakiti orang lain, agar ia
tidak menyakitimu pula.”
“Wahai manusia! Sesungguhnya darahmu dan hartamu
adalah haram (terlarang) bagimu, sampai datang masanya kamu menghadap Tuhan,
dan pasti kamu menghadap Tuhan; pada waktu itu kamu dimintai pertanggung
jawaban atas perbuatanmu. Saya sudah menyampaikan ini. Maka barangsiapa yang
telah diserahi amanat, tunaikanlah amanat itu kepada yang berhak menerimanya.”
“Ingatlah bahwa sesungguhnya kamu akan menemui
Tuhanmu, dan Dia pasti membuat perhitungan di atas segala amalan kamu. Allah
telah mengharamkan riba. Oleh karena itu, segala urusan yang melibatkan riba
dibatalkan mulai sekarang.”
“Semua riba sudah tidak berlaku. Tetapi kamu
berhak menerima kembali modalmu. Jangan kamu berbuat aniaya terhadap orang
lain, dan jangan pula kamu teraniaya. Allah telah menentukan bahwa tidak ada
lagi riba, dan riba Abbas bin Abdul Muttalib semua sudah tidak berlaku. Semua
tuntutan darah selama masa jahiliyah tidak berlaku lagi, dan tuntutan darah
pertama yang kuhapuskan ialah darah Ibn Rabi’a bin Harith bin Abdul Muttalib.”
Waspadalah terhadap setan demi keselamatan
agamamu. Sesunggunya ia telah berputus asa untuk menyesatkanmu dalam
perkara-perkara besar. Maka berjaga-jagalah supaya jangan sampai kamu
disesatkan dalam perkara-perkara kecil.
“Wahai manusia! Hari ini setan sudah berputus
asa untuk disembah di tanah ini selama-lamanya. Tetapi bila kamu perturutkan
dia maka senanglah dia. Karena itu peliharalah agamamu ini
sebaik-baiknya. Zaman itu berputar sejak Allah menciptakan langit dan
bumi ini. Jumlah bilangan bulan menurut Tuhan ada duabelas bulan, empat bulan
di antaranya ialah bulan suci.”
“Wahai manusia, sebagaimana kamu mempunyai hak
atas istrimu, mereka juga mempunyai hak atasmu. Sekiranya mereka menyempurnakan
hak mereka atasmu, maka mereka juga mempunyai hak atas nafkahmu secara lahir
maupun batin.”
“Layanilah mereka dengan baik dan belaku lemah
lembut terhadap mereka, karena sesungguhnya mereka adalah teman dan sahabatmu
yang setia, serta halal hubungan suami-istri atas kalian. Dan kamu berhak
melarang mereka memasukkan orang yang tidak kamu sukai ke dalam rumahmu.”
“Wahai manusia, dengarlah dengan sungguh-sungguh
kata-kataku ini. Sembahlah Allah dan dirikanlah shalat lima waktu dalam sehari.
Berpuasalah engkau di bulan Ramadhan. Tunaikan zakat dari harta yang kau
miliki, serta tunaikan ibadah haji sekiranya engkau mampu melaksanakannya.
Ketahuilah, bahwa setiap muslim adalah saudara dengan derajat yang sama, tidak
seorang pun yang lebih mulia dari yang lainnya, kecuali dalam taqwa dan amal
shaleh.”
“Ingatlah, bahwa kamu akan menghadap Allah pada
suatu hari nanti. Dan pada hari itu, kamu akan dimintai pertanggungjawabkan
segala yang kamu perbuat. Karena itu, waspadalah, jangan sampai kamu keluar
dari landasan kebenaran selepas ketiadaanku.”
“Wahai manusia, tidak akan ada lagi nabi dan rasul selepas ketiadaanku dan
tidak akan lahir agama baru. Oleh karena itu, wahai manusia, dengarlah dengan
sungguh-sungguh dan pahamilah kata-kataku yang telah kusampaikan kepadamu.
Sesungguhnya telah aku tinggalkan dua hal kepadamu, yakni Al-Qur’an dan
Sunnahku, yang sekiranya kamu berpegang teguh dan mengikuti keduanya, niscaya
kamu tidak akan tersesat selamanya.”
“Hendaklah orang-orang yang mendengar ucapanku
menyampaikan kepada orang lain, dan hendaknya orang lain itu menyampaikan
kepada yang lain. Semoga yang terakhir lebih memahami kata-kataku ini dari
mereka yang hanya sekedar mendengar dariku tanpa memahaminya. Saksikanlah Ya
Allah, bahwa telah aku sampaikan risalah ini kepada hamba-hamba-Mu.”
Versi
yang lain dimana inti isinya sama
“Wahai manusia!
Dengarkanlah nasihatku baik-baik, karena
barangkali aku tidak dapat lagi bertemu dengan kamu semua di tempat ini.
Tahukah kamu semua, hari apakah ini? Inilah Hari
Nahr, hari kurban yang suci. Tahukah kamu bulan apakah ini? Inilah bulan suci.
Tahukah kalian tempat apakah ini? Inilah kota yang suci. Karena itu, aku
permaklumkan kepada kalian semua bahwa darah dan nyawa kalian, harta benda kalian
dan kehormatan yang satu terhadap yang lainnya haram atas kalian sampai kalian
bertemu dengan Rabb kalian kelak. Semua harus kalian sucikan sebagaimana
sucinya hari ini, sebagaimana sucinya bulan ini, dan sebagaimana sucinya kota
ini. Hendaklah berita ini disampaikan kepada orang-orang yang tidak hadir di
tempat ini oleh kamu sekalian!
Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah,
saksikanlah!
Hari ini hendaklah dihapuskan segala macam
bentuk riba. Barang siapa yang memegang amanah di tangannya, maka hendaklah
dibayarkan kepada yang memiliki. Dan, sesungguhnya riba jahiliyah adalah batil.
Dan awal riba yang pertama sekali kuberantas adalah riba yang dilakukan pamanku
sendiri, Al-’Abbas bin’Abdul-Muththalib.
Hari ini haruslah dihapuskan semua bentuk
pembalasan dendam pembunuhan jahiliyah, dan penuntutan darah cara jahiliyah.
Yang pertama kali kuhapuskan adalah tuntutan darah ‘Amir bin Al-Harits.
Wahai manusia!
Hari ini setan telah putus asa untuk dapat
disembah pada bumimu yang suci ini. Tetapi, ia bangga jika kamu dapat
menaatinya walau dalam perkara yang kelihatannya kecil sekalipun. Karena itu,
waspadalah kalian atasnya! Wahai manusia! Sesungguhnya zaman itu beredar
sejakAllah menjadikan langit dan bumi.
Wahai manusia!
Sesungguhnya bagi kaum wanita (istri kalian) itu
ada hak-hakyang harus kalian penuhi, dan bagi kalian juga ada hak-hak yang
harus dipenuhi istri itu. Yaitu, mereka tidak boleh sekali-kali membawa orang
lain ke tempat tidur selain kalian sendiri, dan mereka tak boleh membawa orang
lain yang tidak kalian sukai ke rumah kalian, kecuali setelah mendapat izin
dari kalian terlebih dahulu. Karena itu, sekiranya kaum wanita itu melanggar
ketentuan-ketentuan demikian, sesungguhnya Allah telah mengizinkan kalian untuk
meninggalkan mereka, dan kalian boleh melecut ringan terhadap diri mereka yang
berdosa itu. Tetapi, jika mereka berhenti dan tunduk kepada kalian, menjadi
kewajiban kalianlah untuk memberi nafkah dan pakaian mereka dengan
sebaik-baiknya. Ingatlah, kaum hawa adalah makhluk yang lemah di samping kalian.
Mereka tidak berkuasa. Kalian telah membawa mereka dengan suatu amanah dari
Tuhan dan kalian telah halalkan kehormatan mereka dengan kalimat Allah. Karena
itu, bertakwalah kepada Allah tentang urusan wanita dan terimalah wasiat ini
untuk bergaul baik dengan mereka.
Wahai umatku!
Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah,
saksikanlah!
Wahai manusia!
Sesungguhnya aku meninggalkan kepada kalian
sesuatu, yang jika kalian memeganginya erat-erat, niscaya kalian tidak akan
sesat selamanya. Yaitu: Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Wahai manusia!
Dengarkanlah baik-baik apa yang kuucapkan kepada kalian, niscaya kalian bahagia
untuk selamanya dalam hidupmu!
Wahai manusia!
Kalian hendaklah mengerti bahwa orang-orang
beriman itu bersaudara. Karena itu, bagi tiap-tiap pribadi di antara kalian
terlarang keras mengambil harta saudaranya, kecuali dengan izin hati yang
ikhlas.
Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah
saksikanlah!
Janganlah kalian, setelah aku meninggal nanti,
kembali kepada kekafiran, yang sebagian kalian mempermainkan senjata untuk
menebas batang leher kawannya yang lain. Sebab, bukankah telah kutinggalkan
untuk kalian pedoman yang benar, yang jika kalian mengambilnya sebagai pegangan
dan lentera kehidupan kalian, tentu kalian tidak akan sesat, yakni Kitab Allah.
Wahai umatku!
Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah,
saksikanlah!
Wahai manusia!
Sesungguhnya Tuhan kalian itu satu, dan
sesungguhnya kalian berasal dari satu bapak. Kalian semua dari Adam dan Adam
terjadi dari tanah. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian semua
di sisi Tuhan adalah orang yang paling bertakwa. Tidak sedikit pun ada
kelebihan bangsa Arab dari yang bukan Arab, kecuali dengan takwa.
Wahai umatku!
Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah,
saksikanlah!
Karena itu, siapa saja yang hadir di antara
kalian di tempat ini berkewajiban untuk menyampaikan wasiat ini kepada mereka
yang tidak hadir!”
PENUTUP
T
|
ak lama setelah Rasulullah saw menyampaikan khutbah
tersebut, turunlah firman Allah swt, “…Pada
hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untuk kamu, dan telah Aku cukupkan
nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu…” [QS
Al-Mā’idah 5:3]
Mendengar firman Allah swt tersebut, ‘Umar bin
Al-Khaththab ra pun meneteskan air mata. Melihat hal itu, dia pun ditanya,
“‘Umar! Mengapa engkau menangis? Bukankah engkau ini jarang sekali menangis?”
“Karena aku tahu, selepas kesempurnaan hanya ada
kekurangan,” jawab Umar ra. Ia telah merasakan suasana perpisahan dengan
Rasulullah saw yang sangat dicintainya. [1]
Di era millinial ini, relevansi khutbah
wada’ Rasulullah saw mengingatkan pula kaum muslimin akan wajibnya terikat
dengan ajaran-ajaran Islam yang difirmankan Allah swt. Terikatnya kaum muslimin
dengan sumber hukum dari ajaran Islam dinyatakan oleh Beliau saw adalah jaminan
bahwa umat ini tidak akan tersesat selama-lamanya.
“Hai kaum muslimin, camkan baik-baik
apa yang kukatakan. Hal itu telah aku sampaikan! Kutinggalkan bagi kalian
sesuatu yang jika kalian berpegang teguh padanya. Kalian tidak akan sesat
selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya!”
[Sirah Ibnu Hisyam, juz 2, hal. 603]
Nasihat ini amat jelas menyebutkan
bahwa bangkit atau terpuruknya nasib umat ditentukan oleh sejauhmana
keterikatan mereka kepada ajaran-ajaran Islam. Terpuruknya nasib umat
disebabkan karena mereka melepaskan diri dari ajaran-ajaran Islam yang
terkandung dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.
Sungguh ganjil umat ini, demikian
menaati setiap rukun peribadatan haji; rela berkain ihram yang sederhana,
menelusuri bukit Shafa dan Marwa untuk ber-sa’i, melempar jumrah, kedinginan
saat bermalam di Mina dan berpanas terbakar matahari sepanjang peribadatan
haji, hingga akhirnya melakukan tahallul.
Akan tetapi ketaatan itu sirna saat
ibadah haji selesai ditunaikan. Beramai-ramai melupakan sumber ajaran dan
sumber hukum Allah saat kembali ke tanah air. Tentang keadilan, tentang
ketimpangan ekonomi, hukum yang berjalan tidak semestinya, pelaksanaan amanah
yang diberikan tapi tidak dilaksanankan atau tidak ditepati, masalah kemiskinan, ekonomi
ribawi yang masih berlangsung padahal di antara isi nasihat Rasulullah saw
dalam khutbah wada’ adalah menghapuskan praktek ekonomi ribawi. Sabda Beliau
saw:
“Allah
telah menetapkan bahwa riba tidak boleh dilakukan lagi, dan riba Al-Abbas bin
Abdul Mutthalib sudah tidak berlaku!”
Pantaslah bila kondisi umat saat ini
terpuruk dan berada di bibir kesesatan. Bukannya menerapkan aturan Allah swt,
justru mempraktekkan demokrasi liberal dan otokrasi (demokrasi yang sewenang-wenang)
dan kapitalisme. Akibatnya perekonomian terpuruk dibelit sistem ribawi, hanya
segelintir orang yang menikmati kekayaan sementara banyak orang berada dalam
kemiskinan. Menurut data BPS pada Maret 2011 jumlah orang miskin di tanah air
mencapai 30,02 juta jiwa atau 12,49% dari jumlah penduduk Indonesia.
Angka ini pun dikritik karena BPS
menggunakan standar pendapatan yang terlalu rendah yaitu warga dikategorikan
miskin bila berpendapatan Rp 7000/hari. Padahal di negara lain seperti Vietnam
sudah menggunakan standar pendapatan Bank Dunia yaitu Rp 18.000/hari. Bila BPS
menggunakan standar Bank Dunia maka jumlah orang miskin di tanah air bisa
mencapai angka 42 juta jiwa.
Wahai kaum muslimin! Sadarilah, bukankah
empat belas abad silam Rasulullah saw telah mengingatkan kita akan kewajiban
ini?
Apakah kita akan melupakan begitu saja
khutbahnya yang telah menggetarkan hati para sahabat di Arafah? Apakah kita
rela hidup menderita diakibatkan terlepasnya kita dari Kitabullah dan Sunnah
Rasul-Nya? Ingatlah ketika di penghujung khutbahnya Rasulullah saw bertanya
kepada para sahabat:
“Ya
Allah, bukankah aku telah sampaikan?” Dengan bergemuruh di Padang
Arafah para sahabat menjawab, “Allahumma na’am (Ya kami dengar Tuhan-ku). Lalu Rasulullah saw
meneruskan, “Ya Allah saksikanlah!”
Sadarlah, hanya dengan kembali kepada sumber
hukum dan ajaran Islam kita akan bangkit dari keterpurukan dan terbebas dari
kesesatan. Billahit Taufiq Wal-Hidayah.
Semoga bermanfaat. □ AFM
Catatan
Kaki:
[1] HR Bukhari dari Ibnu Umar. Teks diambil dari
Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam. □□
Sumber
Bacaan:
https://www.islampos.com/haji-wada-dan-khutbah-terakhir-muhammad-saw-yang-mengharukan-41929/
https://muslimpeduli.wordpress.com/2010/07/03/khutbah-rasulullah-saat-haji-wada/
https://www.iwanjanuar.com/khutbah-haji-wada-rasulullah-saw-orasi-ideologis-pengingat-umat/ □□□