Sunday, April 29, 2018

Khutbah Terakhir Rasullullah




Kata Pengantar


“Berpuasalah engkau di bulan Ramadhan. Tunaikan zakat dari harta yang kau miliki” [Diambil dari Khutbah Haji Wada’ Rasul saw]


Sekarang tanggal 13 Sha’ban 1439 Hijriyah, bertepatan tanggal 29 April 2018 CE. Berarti 17 hari lagi tanggal 16 Mai 2018 CE, bertepatan (Insya Allah) 1 Ramadhan 1439 Hijriyah.

Artinya pada tanggal itu adalah hari pertama puasa di bulan Ramadhan dimulai bagi umat Islam bukan saja di Amerika tapi di Dunia.

Dalam kesempatan ini mari kita merefleksikan diri kita sebagai umat Muhammad – umat Islam merenungi kembali isi khutbah Beliau saw yang terakhir yang mengandung pesan-pesan kepada bukan saja kepada umat Muhammad saja, tapi umat manusia secara keseluruhan.

Isinya pesan kemanusiaan ini wajib kita ketahui dan pahami serta amalkan, terutama bagi umat Islam – umat Muhammad yang penuh rahmat bagi alam semesta termasuk umat manusia (Islam sebagai rahmatan lil ‘ālamīn).
Billahit Taufiq Wal-Hidayah. Selamat menyimaknya. □ AFM



PENDAHULUAN

K
hutbah Terakhir Muhammad saw yang mengharukan disampaikan ketika melaksanakan Haji Wada’ yang dikenal dengan nama Haji Perpisahan Nabi Muhammad saw. Beliau mengumumkan niatnya pada 25 Dzulqaidah tahun 10 Hijriyah atau setahun sebelum beliau wafat.

Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Jabir ra, ia berkata:

“Selama 9 tahun tinggal di Madinah Munawwarah, Rasulullah saw belum melaksanakan Haji. Kemudian pada tahun kesepuluh beliau mengumumkan hendak melakukan haji. Maka berduyun-duyun orang datang ke Madinah, semuanya ingin mengikuti Rasulullah saw dan mengamalkan ibadah haji sebagaimana amalan beliau.”

Peristiwa Haji Wada adalah momen besar yang menjadi perpisahan beliau dengan umatnya. Pada akhir tahun 10 Hijriyah, tampaklah beberapa tanda yang mengindikasikan bahwa ajal Rasulullah saw telah dekat.

Pada bulan Dzul Qa’dah tahun 10 Hijriyah, mulailah Nabi saw mempersiapkan diri untuk menunaikan haji yang pertama sekaligus yang terakhir dalam kehidupan beliau. Sejarah mencatat, ketika Rasulullah saw menyeru kaum muslimin dari berbagai kabilah untuk menunaikan ibadah haji bersamanya.

Diriwayatkan, jamaah haji pada tahun itu berjumlah lebih dari 100.000 orang bahkan lebih. Ada yang mengatakan jumlah rombongan jamaah calon haji yang langsung di bawah pimpinan Rasulullah kurang lebih 114.000 orang.

Pada tanggal 8 Dzul Hijjah 10 H, Nabi saw berangkat menuju Mina. Beliau shalat Zuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya di sana. Kemudian bermalam di Mina dan menunaikan shalat Subuh juga di tempat itu. Setelah matahari terbit, beliau berangkat menuju Arafah. Setelah matahari mulai bergeser, condong ke barat, Nabi saw mulai memberikan khotbah di sebuah tempat bernama Namirah. Setelah beliau berkhotbah, Allah swt menurunkan ayat:

“…Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untuk kamu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu…” [QS Al-Mā’idah 5:3]


Khutbah Terakhir

Saat Haji Wada’, Rasulullah menyampaikan khutbah yang merupakan wasiatnya yang terakhir. Khutban ini disampaikan pada 9 Zulhijah tahun 10 Hijriyah di Lembah Uranah, Gunung Arafah.

Khutbah Haji Wada’ (perpisahan) ini adalah Deklarasi Global Islam dan Ajarannya bagi manusia sedunia.

Khutbah Haji Wada’ Rasulullah saw ini adalah Orasi Ideologi Pengingat Umat



ISI KHUTBAH HAJI WADA’


W
ahai manusia, dengarlah baik-baik apa yang hendak kukatakan. Aku tidak tahu apakah aku dapat bertemu lagi dengan kalian setelah tahun ini. Maka dengarlah kata-kataku dengan teliti dan sampaikanlah kepada mereka yang tidak hadir disini.”

“Wahai manusia, seperti halnya kalian menganggap bulan dan kota ini sebagai kota suci, maka anggaplah jiwa dan harta setiap orang muslim sebagai amanah yang suci. Kembalikan harta yang diamanahkan kepada kalian kepada pemiliknya yang berhak. Jangan kau sakiti orang lain, agar ia tidak menyakitimu pula.”

“Wahai manusia! Sesungguhnya darahmu dan hartamu adalah haram (terlarang) bagimu, sampai datang masanya kamu menghadap Tuhan, dan pasti kamu menghadap Tuhan; pada waktu itu kamu dimintai pertanggung jawaban atas perbuatanmu. Saya sudah menyampaikan ini. Maka barangsiapa yang telah diserahi amanat, tunaikanlah amanat itu kepada yang berhak menerimanya.”

“Ingatlah bahwa sesungguhnya kamu akan menemui Tuhanmu, dan Dia pasti membuat perhitungan di atas segala amalan kamu. Allah telah mengharamkan riba. Oleh karena itu, segala urusan yang melibatkan riba dibatalkan mulai sekarang.”

“Semua riba sudah tidak berlaku. Tetapi kamu berhak menerima kembali modalmu. Jangan kamu berbuat aniaya terhadap orang lain, dan jangan pula kamu teraniaya. Allah telah menentukan bahwa tidak ada lagi riba, dan riba Abbas bin Abdul Muttalib semua sudah tidak berlaku. Semua tuntutan darah selama masa jahiliyah tidak berlaku lagi, dan tuntutan darah pertama yang kuhapuskan ialah darah Ibn Rabi’a bin Harith bin Abdul Muttalib.”

Waspadalah terhadap setan demi keselamatan agamamu. Sesunggunya ia telah berputus asa untuk menyesatkanmu dalam perkara-perkara besar. Maka berjaga-jagalah supaya jangan sampai kamu disesatkan dalam perkara-perkara kecil.

“Wahai manusia! Hari ini setan sudah berputus asa untuk disembah di tanah ini selama-lamanya. Tetapi bila kamu perturutkan dia maka senanglah dia. Karena itu peliharalah agamamu ini sebaik-baiknya.  Zaman itu berputar sejak Allah menciptakan langit dan bumi ini. Jumlah bilangan bulan menurut Tuhan ada duabelas bulan, empat bulan di antaranya ialah bulan suci.”


“Wahai manusia, sebagaimana kamu mempunyai hak atas istrimu, mereka juga mempunyai hak atasmu. Sekiranya mereka menyempurnakan hak mereka atasmu, maka mereka juga mempunyai hak atas nafkahmu secara lahir maupun batin.”

“Layanilah mereka dengan baik dan belaku lemah lembut terhadap mereka, karena sesungguhnya mereka adalah teman dan sahabatmu yang setia, serta halal hubungan suami-istri atas kalian. Dan kamu berhak melarang mereka memasukkan orang  yang tidak kamu sukai ke dalam rumahmu.”

“Wahai manusia, dengarlah dengan sungguh-sungguh kata-kataku ini. Sembahlah Allah dan dirikanlah shalat lima waktu dalam sehari. Berpuasalah engkau di bulan Ramadhan. Tunaikan zakat dari harta yang kau miliki, serta tunaikan ibadah haji sekiranya engkau mampu melaksanakannya. Ketahuilah, bahwa setiap muslim adalah saudara dengan derajat yang sama, tidak seorang pun yang lebih mulia dari yang lainnya, kecuali dalam taqwa dan amal shaleh.”

“Ingatlah, bahwa kamu akan menghadap Allah pada suatu hari nanti. Dan pada hari itu, kamu akan dimintai pertanggungjawabkan segala yang kamu perbuat. Karena itu, waspadalah, jangan sampai kamu keluar dari landasan kebenaran selepas ketiadaanku.”

“Wahai manusia, tidak akan ada lagi nabi dan rasul selepas ketiadaanku dan tidak akan lahir agama baru. Oleh karena itu, wahai manusia, dengarlah dengan sungguh-sungguh dan pahamilah kata-kataku yang telah kusampaikan kepadamu. Sesungguhnya telah aku tinggalkan dua hal kepadamu, yakni Al-Qur’an dan Sunnahku, yang sekiranya kamu berpegang teguh dan mengikuti keduanya, niscaya kamu tidak akan tersesat selamanya.”

“Hendaklah orang-orang yang mendengar ucapanku menyampaikan kepada orang lain, dan hendaknya orang lain itu menyampaikan kepada yang lain. Semoga yang terakhir lebih memahami kata-kataku ini dari mereka yang hanya sekedar mendengar dariku tanpa memahaminya. Saksikanlah Ya Allah, bahwa telah aku sampaikan risalah ini kepada hamba-hamba-Mu.”


Versi yang lain dimana inti isinya sama


“Wahai manusia!
Dengarkanlah nasihatku baik-baik, karena barangkali aku tidak dapat lagi bertemu dengan kamu semua di tempat ini.

Tahukah kamu semua, hari apakah ini? Inilah Hari Nahr, hari kurban yang suci. Tahukah kamu bulan apakah ini? Inilah bulan suci. Tahukah kalian tempat apakah ini? Inilah kota yang suci. Karena itu, aku permaklumkan kepada kalian semua bahwa darah dan nyawa kalian, harta benda kalian dan kehormatan yang satu terhadap yang lainnya haram atas kalian sampai kalian bertemu dengan Rabb kalian kelak. Semua harus kalian sucikan sebagaimana sucinya hari ini, sebagaimana sucinya bulan ini, dan sebagaimana sucinya kota ini. Hendaklah berita ini disampaikan kepada orang-orang yang tidak hadir di tempat ini oleh kamu sekalian!

Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah, saksikanlah!

Hari ini hendaklah dihapuskan segala macam bentuk riba. Barang siapa yang memegang amanah di tangannya, maka hendaklah dibayarkan kepada yang memiliki. Dan, sesungguhnya riba jahiliyah adalah batil. Dan awal riba yang pertama sekali kuberantas adalah riba yang dilakukan pamanku sendiri, Al-’Abbas bin’Abdul-Muththalib.

Hari ini haruslah dihapuskan semua bentuk pembalasan dendam pembunuhan jahiliyah, dan penuntutan darah cara jahiliyah. Yang pertama kali kuhapuskan adalah tuntutan darah ‘Amir bin Al-Harits.

Wahai manusia!
Hari ini setan telah putus asa untuk dapat disembah pada bumimu yang suci ini. Tetapi, ia bangga jika kamu dapat menaatinya walau dalam perkara yang kelihatannya kecil sekalipun. Karena itu, waspadalah kalian atasnya! Wahai manusia! Sesungguhnya zaman itu beredar sejakAllah menjadikan langit dan bumi.

Wahai manusia!
Sesungguhnya bagi kaum wanita (istri kalian) itu ada hak-hakyang harus kalian penuhi, dan bagi kalian juga ada hak-hak yang harus dipenuhi istri itu. Yaitu, mereka tidak boleh sekali-kali membawa orang lain ke tempat tidur selain kalian sendiri, dan mereka tak boleh membawa orang lain yang tidak kalian sukai ke rumah kalian, kecuali setelah mendapat izin dari kalian terlebih dahulu. Karena itu, sekiranya kaum wanita itu melanggar ketentuan-ketentuan demikian, sesungguhnya Allah telah mengizinkan kalian untuk meninggalkan mereka, dan kalian boleh melecut ringan terhadap diri mereka yang berdosa itu. Tetapi, jika mereka berhenti dan tunduk kepada kalian, menjadi kewajiban kalianlah untuk memberi nafkah dan pakaian mereka dengan sebaik-baiknya. Ingatlah, kaum hawa adalah makhluk yang lemah di samping kalian. Mereka tidak berkuasa. Kalian telah membawa mereka dengan suatu amanah dari Tuhan dan kalian telah halalkan kehormatan mereka dengan kalimat Allah. Karena itu, bertakwalah kepada Allah tentang urusan wanita dan terimalah wasiat ini untuk bergaul baik dengan mereka.

Wahai umatku!
Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah, saksikanlah!

Wahai manusia!
Sesungguhnya aku meninggalkan kepada kalian sesuatu, yang jika kalian memeganginya erat­-erat, niscaya kalian tidak akan sesat selamanya. Yaitu: Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Wahai manusia! Dengarkanlah baik-baik apa yang kuucapkan kepada kalian, niscaya kalian bahagia untuk selamanya dalam hidupmu!

Wahai manusia!
Kalian hendaklah mengerti bahwa orang-orang beriman itu bersaudara. Karena itu, bagi tiap­-tiap pribadi di antara kalian terlarang keras mengambil harta saudaranya, kecuali dengan izin hati yang ikhlas.

Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah saksikanlah!

Janganlah kalian, setelah aku meninggal nanti, kembali kepada kekafiran, yang sebagian kalian mempermainkan senjata untuk menebas batang leher kawannya yang lain. Sebab, bukankah telah kutinggalkan untuk kalian pedoman yang benar, yang jika kalian mengambilnya sebagai pegangan dan lentera kehidupan kalian, tentu kalian tidak akan sesat, yakni Kitab Allah.

Wahai umatku!
Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah, saksikanlah!

Wahai manusia!
Sesungguhnya Tuhan kalian itu satu, dan sesungguhnya kalian berasal dari satu bapak. Kalian semua dari Adam dan Adam terjadi dari tanah. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian semua di sisi Tuhan adalah orang yang paling bertakwa. Tidak sedikit pun ada kelebihan bangsa Arab dari yang bukan Arab, kecuali dengan takwa.

Wahai umatku!
Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah, saksikanlah!

Karena itu, siapa saja yang hadir di antara kalian di tempat ini berkewajiban untuk menyampaikan wasiat ini kepada mereka yang tidak hadir!”



PENUTUP


T
ak lama setelah Rasulullah saw menyampaikan khutbah tersebut, turunlah firman Allah swt, “…Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untuk kamu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu…” [QS Al-Mā’idah 5:3]

Mendengar firman Allah swt tersebut, ‘Umar bin Al-Khath­thab ra pun meneteskan air mata. Melihat hal itu, dia pun dita­nya, “‘Umar! Mengapa engkau menangis? Bukankah engkau ini jarang sekali menangis?”

“Karena aku tahu, selepas kesempurnaan hanya ada ke­kurangan,” jawab Umar ra. Ia telah merasakan suasana perpisahan dengan Rasulullah saw yang sangat dicintainya. [1]

Di era millinial ini, relevansi khutbah wada’ Rasulullah saw mengingatkan pula kaum muslimin akan wajibnya terikat dengan ajaran-ajaran Islam yang difirmankan Allah swt. Terikatnya kaum muslimin dengan sumber hukum dari ajaran Islam dinyatakan oleh Beliau saw adalah jaminan bahwa umat ini tidak akan tersesat selama-lamanya.

“Hai kaum muslimin, camkan baik-baik apa yang kukatakan. Hal itu telah aku sampaikan! Kutinggalkan bagi kalian sesuatu yang jika kalian berpegang teguh padanya. Kalian tidak akan sesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya!” [Sirah Ibnu Hisyam, juz 2, hal. 603]

Nasihat ini amat jelas menyebutkan bahwa bangkit atau terpuruknya nasib umat ditentukan oleh sejauhmana keterikatan mereka kepada ajaran-ajaran Islam. Terpuruknya nasib umat disebabkan karena mereka melepaskan diri dari ajaran-ajaran Islam yang terkandung dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.

Sungguh ganjil umat ini, demikian menaati setiap rukun peribadatan haji; rela berkain ihram yang sederhana, menelusuri bukit Shafa dan Marwa untuk ber-sa’i, melempar jumrah, kedinginan saat bermalam di Mina dan berpanas terbakar matahari sepanjang peribadatan haji, hingga akhirnya  melakukan tahallul.

Akan tetapi ketaatan itu sirna saat ibadah haji selesai ditunaikan. Beramai-ramai melupakan sumber ajaran dan sumber hukum Allah saat kembali ke tanah air. Tentang keadilan, tentang ketimpangan ekonomi, hukum yang berjalan tidak semestinya, pelaksanaan amanah yang diberikan tapi tidak dilaksanankan atau tidak ditepati, masalah kemiskinan, ekonomi ribawi yang masih berlangsung padahal di antara isi nasihat Rasulullah saw dalam khutbah wada’ adalah menghapuskan praktek ekonomi ribawi. Sabda Beliau saw:

“Allah telah menetapkan bahwa riba tidak boleh dilakukan lagi, dan riba Al-Abbas bin Abdul Mutthalib sudah tidak berlaku!”

Pantaslah bila kondisi umat saat ini terpuruk dan berada di bibir kesesatan. Bukannya menerapkan aturan Allah swt, justru mempraktekkan demokrasi liberal dan otokrasi (demokrasi yang sewenang-wenang) dan kapitalisme. Akibatnya perekonomian terpuruk dibelit sistem ribawi, hanya segelintir orang yang menikmati kekayaan sementara banyak orang berada dalam kemiskinan. Menurut data BPS pada Maret 2011 jumlah orang miskin di tanah air mencapai 30,02 juta jiwa atau 12,49% dari jumlah penduduk Indonesia.

Angka ini pun dikritik karena BPS menggunakan standar pendapatan yang terlalu rendah yaitu warga dikategorikan miskin bila berpendapatan Rp 7000/hari. Padahal di negara lain seperti Vietnam sudah menggunakan standar pendapatan Bank Dunia yaitu Rp 18.000/hari. Bila BPS menggunakan standar Bank Dunia maka jumlah orang miskin di tanah air bisa mencapai angka 42 juta jiwa.

Wahai kaum muslimin! Sadarilah, bukankah empat belas abad silam Rasulullah saw telah mengingatkan kita akan kewajiban ini?

Apakah kita akan melupakan begitu saja khutbahnya yang telah menggetarkan hati para sahabat di Arafah? Apakah kita rela hidup menderita diakibatkan terlepasnya kita dari Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya? Ingatlah ketika di penghujung khutbahnya Rasulullah saw bertanya kepada para sahabat:

“Ya Allah, bukankah aku telah sampaikan?” Dengan bergemuruh di Padang Arafah para sahabat menjawab, “Allahumma na’am (Ya kami dengar Tuhan-ku). Lalu Rasulullah saw meneruskan, “Ya Allah saksikanlah!”

Sadarlah, hanya dengan kembali kepada sumber hukum dan ajaran Islam kita akan bangkit dari keterpurukan dan terbebas dari kesesatan. Billahit Taufiq Wal-Hidayah. Semoga bermanfaat. □ AFM



Catatan Kaki:
[1] HR Bukhari dari Ibnu Umar. Teks diambil dari Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam. □□


Sumber Bacaan:

https://www.islampos.com/haji-wada-dan-khutbah-terakhir-muhammad-saw-yang-mengharukan-41929/ 
https://muslimpeduli.wordpress.com/2010/07/03/khutbah-rasulullah-saat-haji-wada/
https://www.iwanjanuar.com/khutbah-haji-wada-rasulullah-saw-orasi-ideologis-pengingat-umat/   □□□

Blog Archive