Oleh: A.Faisal Marzuki
- Allah-lah yang menundukkan lautan untuk supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya. ●Dan supaya kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya. ●Dan mudah-mudahan kamu dapat bersyukur (memanfaatkannya dengan baik dijalan-Nya). [QS Al-Jātsiyah 45-12]
B
|
oleh jadi ayat-ayat mengenai pelayaran
dengan kapal laut seperti tersebut diatas memberikan motifasi kuat bagi seorang
Muslim untuk melakukan pengembaraan ke dunia dari tempatnya dia berasal.
Semangat orang-orang Islam saat itu tidak
lain adalah untuk mencari karunia Allah yaitu melakukan perdagangan dan berdakwah.
Beberapa nama yang begitu tersohor
sampai saat ini (bahkan hampir semua orang pernah mendengarnya), antara lain
adalah Cheng Ho - muslim asal China dan Ibnu Batutta.
Jauh sebelum Columbus menemukan daratan Amerika tercatat Muslim telah
terlebih dulu menjelajahinya. Seperti yang dipaparkan para ahli geografi dan
intelektual dari kalangan Muslim mencatat perjalanan ke benua Amerika adalah
Abul-Hassan Ali Ibn Al Hussain Al Masudi (meninggal tahun 957), Al Idrisi
(meninggal tahun 1166), Chihab Addin Abul Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300-1384)
dan Ibn Battuta (meninggal tahun 1369).
Bahkan menurut catatan ahli sejarah dan
ahli geografi muslim Al Masudi (871-957) menerangkan bahwa Khashkhash Ibn Saeed
Ibn Aswad seorang navigator muslim dari Cordoba di Andalusia, telah sampai ke
benua Amerika pada tahun 889 Masehi. Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad yang hidup
semasa pemerintahan Khalifah Spanyol Abdullah Ibn Muhammad (888-912) 1
berlayar dari Delba (Palos) Andalusia (Spanyol) pada tahun 889, menyeberangi
Lautan Atlantik, hingga mencapai wilayah yang belum dikenal yang disebutnya ‘Ard
Majhoola’, dan kemudian kembali dengan membawa hasil jual beli berbagai barang-barang
yang menakjubkan.
Sesudah itu banyak pelayaran yang
dilakukan untuk mengunjungi daratan di seberang Lautan Atlantik yang gelap dan berkabut itu. Al Masudi juga
menulis buku ‘Akhbar Az Zaman’ yang memuat bahan-bahan sejarah dari
pengembaraan para pedagang ke Afrika dan Asia.
●●●
Dr. Youssef Mroueh juga menulis bahwa selama pemerintahan Khalifah Abdul
Rahman III (tahun 929-961) dari dinasti Umayah, tercatat adanya orang-orang
Islam dari Afrika yang berlayar juga dari pelabuhan Delba (Palos) di Andalusia
(Spanyol) ke barat menuju ke lautan lepas yang gelap dan berkabut, Lautan
Atlantik. Mereka berhasil kembali dengan membawa barang-barang bernilai yang
diperolehnya dari tanah yang asing.
Beliau juga menuliskan menurut catatan
ahli sejarah Abu Bakr Ibn Umar Al-Gutiyya bahwa pada masa pemerintahan Khalifah
Spanyol, Hisham II (976-1009), seorang navigator dari Granada bernama Ibn
Farrukh tercatat meninggalkan pelabuhan Kadesh pada Februari tahun 999
melintasi Lautan Atlantik dan mendarat di Gando (Kepulaun Canary).
Ibn Farrukh berkunjung kepada Raja
Guanariga dan kemudian melanjutkan ke barat hingga melihat dua pulau dan
menamakannya Capraria dan Pluitana. Ibn Farrukh kembali ke Spanyol pada Mei
999.
Perlayaran melintasi Lautan Atlantik
dari Maroko dicatat juga oleh penjelajah laut Shaikh Zayn-eddin Ali bin Fadhel
Al-Mazandarani. Kapalnya berlepas dari Tarfay di Maroko pada zaman Sultan
Abu-Yacoub Sidi Youssef (1286-1307), raja keenam dalam dinasti Marinid.
Kapalnya mendarat di pulau Green di Laut Karibia pada tahun 1291. Menurut Dr.
Morueh, catatan perjalanan ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuwan Islam.
Sultan-sultan dari kerajaan Mali di Afrika barat yang beribukota di
Timbuktu, ternyata juga melakukan perjalanan sendiri hingga ke benua Amerika.
Sejarawan Chihab Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300-1384)
memerinci eksplorasi geografi ini dengan seksama. Timbuktu yang kini dilupakan
orang, dahulunya merupakan pusat peradaban, perpustakaan dan keilmuan yang maju
di Afrika. Ekspedisi perjalanan darat dan laut banyak dilakukan orang menuju
Timbuktu atau berawal dari Timbuktu.
Sultan yang tercatat melanglang buana
hingga ke benua baru saat itu adalah Sultan Abu Bakari I (1285-1312), saudara
dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312-1337), yang telah melakukan dua kali
ekspedisi melintas Lautan Atlantik hingga ke Amerika dan bahkan menyusuri
sungai Mississippi.
Sultan Abu Bakari I melakukan
eksplorasi di Amerika tengah dan utara dengan menyusuri sungai Mississippi
antara tahun 1309-1312. Para eksplorer ini berbahasa Arab. Dua abad kemudian, penemuan
benua Amerika diabadikan dalam peta berwarna Piri Re’isi yang dibuat tahun
1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I tahun 1517. Peta ini
menunjukkan belahan bumi bagian barat, Amerika selatan dan bahkan benua
Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil secara cukup akurat.
Columbus sendiri mengetahui bahwa orang-orang Carib (Karibia) adalah
pengikut Nabi Muhammad. Dia paham bahwa orang-orang Islam telah berada di sana,
terutama orang-orang dari Pantai Barat Afrika. Mereka mendiami Karibia, Amerika
Utara dan Selatan. Namun tidak seperti Columbus yang ingin menguasai tanah penduduk
(rakyat setempat) Amerika, orang-Orang Islam datang untuk berdagang dan bahkan
menikahi orang-orang pribumi.
Lebih lanjut Columbus mengakui pada 21
Oktober 1492, 70 tahun dalam pelayarannya antara Gibara dan Pantai Kuba melihat
sebuah masjid (berdiri di atas bukit dengan indahnya menurut sumber tulisan
lain). Sampai saat ini sisa-sisa reruntuhan masjid telah ditemukan di Kuba,
Mexico, Texas dan Nevada.
Dua orang nahkoda kapal yang dipimpin
oleh Columbus, kapten kapal Pinta dan Nina adalah orang-orang Islam, yaitu dua
bersaudara Martin Alonso Pinzon dan Vicente Yanex Pinzon yang masih keluarga
dari Sultan Maroko Abuzayan Muhammad III (1362). 2
●●●
Sekitar 70 tahun sebelum Columbus menancapkan benderanya di tanah
Amerika, Laksamana Cheng Ho sudah terlebih dahulu datang ke sana. Para peserta
seminar yang diutus oleh Royal Geographical Society di London sangat kaget
karena penemuan seorang anak buah kapal selam dan uraian sejarawan
bernama Gavin Menzies. Dia
juga seorang mantan perwira Angkatan Laut Kerajaan Inggris. 3
Menzies yang tampil dengan penuh
keyakinan, menjelaskan teorinya tentang pelayaran terkenal dari pelaut mashur
asal China, Laksamana Cheng Ho. Bersama bukti-bukti yang ditemuinya dari
catatan sejarah, dia lantas membuat kesimpulan bahawa pelaut serta pengembara
ulung dari Dinasti Ming itu adalah penemu awal benua Amerika, dan bukannya
Columbus.
Bahkan menurutnya, Cheng Ho
‘mengalahkan’ Columbus dengan jarak (perbedaan) waktu sekitar 70 tahun. Apa
yang dikemukakan Menzies tentu membuat semua orang keliru karena masyarakat
dunia selama ini mengetahui bahwa Columbus-lah penemu benua Amerika pada
sekitar abad ke-15. Penjelasan Menzies ini dikuatkan dengan sejumlah bukti
sejarah.
Kapal Laksamana Cheng Ho (belakang), Colombus (depan). |
Menzies menunjukkan sebuah peta
sebelum Columbus memulai ekspedisinya, lengkap dengan gambar benua
Amerika serta sebuah peta astronomi milik Cheng Ho yang disandarkan sebagai
bahan bukti.
Saksikan pula tayangan video yang menjelaskan ekspedisi Cheng Ho ke benua Amerika dengan mengklik tanda httpsnya: https://youtu.be/4yK-9hxk5HY?t=122
Saksikan pula tayangan video yang menjelaskan ekspedisi Cheng Ho ke benua Amerika dengan mengklik tanda httpsnya: https://youtu.be/4yK-9hxk5HY?t=122
Bahan Bacaan:
Salam-Online
– Selasa, 25 Muharram 1436 H / 18 November 2014 08:33
Catatan kaki:
1
Dalam buku Al-Masudi: ‘Muruj Adh-dhahab wa Maadin al-Jawhar’ (The Meadows of
Gold and Quarries of Jewels).
2
Thacher, John Boyd: Christopher Columbus, New York 1950.
3 Biography Gavin
Menzies.