Kata Pengantar
Makalah
yang bersumber dari Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, Institut Studi Islam Darussalam (ISID)
Gontor Indonesia, membahas masalah “Worldview
Islam dan Kapitalisme Barat” perlu di baca dan diperhatikan isinya.
Hidup
di awal millennium ke-3 perkembangan dunia dan apa yang terjadi mulai abad
ke-21 ini perlu disimak. Pendekatan ‘Islam tradisional’ dalam melihat ‘dunia
dan perkembangannya’ tidak cukup memadai lagi, melainkan - perlu ditambah
dengan - menggunakan pendekatan-pendekatan kontemporer agar wawasan
pembahasannya updated. Sementara di
luar Dunia Islam telah ‘maju’ baik dalam iptek, ekonomi dan militer serta
menejemen pengorganisasiannya.
Francis
Fukuyama dalam bukunya ‘The End of
History, and the Last Man’
mengakui bahwa kini dunia Barat Posmodern dengan prinsip ‘free market” kapitalisme dan “liberalisme”
merupakan babak akhir dari sejarah manusia (the
end of History). Di dalam bukunya itu, Fukuyama menyatakan bahwa dalam
politik Islam pernah menjadi tantangan bagi demokrasi liberal… Tapi kini
menurutnya kekuatan Islam tidak demikian… dia menyimpulkan: “Tidak diragukan
lagi, dunia Islam dalam jangka panjang akan nampak lebih lemah menghadapai
ide-ide liberal ketimbang sebaliknya, sebab selama seabad setengah yang lalu
liberalisme telah memukau banyak pengikut Islam yang kuat. Salah satu sebab
munculnya ‘fundamentalisme’ adalah kuatnya ancaman nilai-nilai liberal dan
Barat terhadap masyarakat Islam tradisional.”
Lebih
lanjut mari ikuti saja bahasan berikutnya yang terdiri dari 2 bagian tulisan.
Selamat menyimaknya bagian ke-2: 6. Kapitalisme dan Islam; 7. Penutup. □ AFM
WORLDVIEW ISLAM
& KAPITALISME BARAT (2)
6. KAPITALISME DAN
ISLAM
S |
ejalan
dengan pandangan hidup Barat modern yang bercirikan rasionalisme, saintifisme,
sekularisme, dan cara pandang yang empiristis, maka kapitalisme dapat dikatakan
sebagai produk dari padangan hidup Barat modern.
Salah satu elemen pandangan hidup
Barat yang mempengaruhi kapitalisme adalah rasionalisme. Menurut Weber yang
menonjol dalam pemikiran kapitalisme adalah semangat kalkulasi rasional (spirit of rational calculation) yang
dikembangkan menjadi prinsip-prinsip pengembangan teknologi dan produksi. Yang
terpenting di sini bagi Weber adalah semangat entrepreneurship yang merebak ke bidang politik dan kultural.
Kapitalisme akhirnya mempengaruhi perkembangan bentuk perusahaan, kepercayaan
publik dan birokrasi dunia modern. Weber dengan tegas menyatakan:
It
might thus seem that the development of the spirit of capitalism is best
understood as part of the development of rationalism as a whole, and could be
deduced from the fundamental position of rationalism on the basic problems of
life. In the process Protestantism would only have to be considered in so far
as it had formed a stage prior to the development of a purely rationalistic
philosophy. [42]
Terjemahannya (admin blog):
Dengan demikian mungkin tampak bahwa perkembangan semangat kapitalisme paling baik dipahami sebagai bagian dari perkembangan rasionalisme secara keseluruhan, dan dapat ditarik kesimpulan dari posisi fundamental rasionalisme pada persoalan-persoalan dasar kehidupan. Dalam prosesnya, Protestanisme hanya perlu dipertimbangkan sejauh ia telah membentuk suatu tahap sebelum perkembangan filsafat yang murni rasionalistik.
Kutipan di atas menunjukkan bahwa
perkembangan semangat kapitalisme dapat dipahami dengan baik dari perkembangan
rasionalisme di Barat, dan yang lebih jelas lagi dari pandangan rasionalisme
terhadap problem-problem kehidupan. Protestanisme hanya diperhitungkan sebagai
suatu tahapan sebelum berkembangnya filsafat rasionalistis yang murni. Jadi
kapitalisme tidak dapat dilepaskan dari pandangan hidup Barat yang
rasionalistis.
Dari semangat rasionalisme Protestan
dan Barat modern itu, maka kapitalisme berkembang menjadi sistem ekonomi yang
mendunia yang oleh Joseph disebut Capitalist
Civilization (Kebudayaan Kapitalis). Pada pendahuluan di atas telah
disebutkan bahwa asas setiap kebudayaan dan peradaban adalah worldview, maka dari itu kapitalisme
adalah kebudayaan dan sekaligus pandangan hidup (worldview). Sebagai suatu pandangan hidup tentu ia mempunyai elemen
dan ciri-cirinya tersendiri. Joseph A. Schumpeter menyebutkan ciri-ciri
kebudayaan kapitalisme sejalan dengan ciri-ciri rasionalisme Barat, sebagai
berikut:
1. Adanya pemikiran atau perilaku individu yang
rasional yang berkembang menjadi pemikiran kolektif yang mengkritisi berbagai
pihak termasuk kekuasaan politik dan agama.
2. Kapitalisme juga berkembang menjadi cara pandang
masyarakat terhadap alam semesta, tentang kehidupan, tentang arti keadilan,
konsep keindahan, kesehatan, filsafat hidup, dan lainlain.
3. Kapitalisme merupakan sikap terhadap sains
modern, manusia modern dan cara-cara sains modern dikembangkan. Dari sikap
hidup ini kemudian timbul seni kapitalis (capitalist
art) dan gaya hidup kapitalis (capitalist
style of life).
4. Oleh karena pengaruh rasionalisasi perilaku dan
pemikiran, maka rasionalisasi juga mempengaruhi sikap mereka terhadap
kepercayaan metafisis, mistik, dan ide-ide yang lain, sehingga semua itu akan
mengasah metode dalam mencapai tujuan akhir.
5. Kebebasan berpikir dan memandang dunia secara
pragmatis terjadi secara alami. [43]
Selain
dari yang diungkapkan Joseph di atas masih terdapat ciri-ciri lain dari
kapitalisme yang menyangkut cara pandang terhadap realitas. Ciri itu adalah
doktrin universalisme, yaitu kepercayaan bahwa di sana terdapat pernyataan umum
tentang dunia fisik dan sosial yang benar secara universal dan permanen. Tujuan
sains adalah mencari pernyataan ini, sehingga dapat menghilangkan apa yang
selama ini disebut subyektif. Universalisme ini kemudian menjadi keyakinan (faith) dan juga epistemologi dan
puncaknya adalah ideologi (kapitalisme). Untuk itu kapitalisme menggunakan
universitas sebagai tempat workshop ideologi dan singgasana kepercayaan itu,
selain sebagai tempat mencari kebenaran. Dan sejalan dengan sistem ekonomi
kapitalis, Amerika yang menganut liberalisme berpendirian bahwa kebenaran hanya
dapat diketahui dari hasil interaksi dalam pasar bebas bagi ide-ide (free market-place of ideas). [44]
Selain
itu ketika ekonomi dunia kapitalis disebarluaskan pada beberapa aktivitas yang
ikut serta di dalamnya, seperti Kristenisasi, pemaksaan penggunaan bahasa
Eropa, pengajaran tentang teknologi tertentu, perubahan undang-undang, dan
lain-lain. Sistem kapitalis ini seringkali disebarkan melalui kekuatan militer
atau lewat cara persuasif terhadap pemimpin yang didukung oleh militer.
Keseluruhan proses penyebaran sistem ini oleh Emmanuel Wallestein yang disebut
“westernisasi” atau lebih arogan lagi
mereka klaim “modernisasi” yang
dibumbui dengan kepercayaan pada ideologi universalisme tersebut di atas.
Globalisasi
merupakan proyek lain dan sangat menguntungkan kapitalisme. Kapitalisme lebih
kuat dari sistem ekonomi nonkapitalis, sebab ia mempunyai sarana dan strategi
yang kuat untuk menjadikan sistem pasar itu universal. Jadi globalisasi menurut
Gibson-Graham adalah tindak kekerasan yang berakhir dengan pembunuhan bentuk
ekonomi selain sistem kapitalisme. Gaya hubungan sosial dan ekonomi kapitalis
didesain agar dapat masuk ke dalam sistem sosial dan ekonomi lain, tapi tidak sebaliknya.
[45] Alasan yang sering digunakan adalah efisiensi ekonomi, tapi pada saat yang
sama menyebarkan norma-norma kultural baru dan menggeser kultur tradisional
yang menjadi saingannya. Norma-norma atau konsep baru yang dibawa kapitalisme
itu adalah demokrasi liberal, kebebasan sipil, kebebasan berpolitik, dan
kesempatan ekonomi bagi setiap warganegara. [46]
Kultur
yang dibawa oleh kapitalisme atau faktor pendukungnya telah merupakan
kebudayaan dan pandangan hidup. Menurut Huntington elemen-elemen kebudayaan
Barat Kapitalis yang ia namakan sebagai “paradigma peradaban” adalah
prinsip-prinsip keagamaan dan filsafat. [47] Paradigma peradaban dalam konteks
Negara Kapitalis Amerika ia sebut dengan America’s
core culture. Identitas peradaban Amerika itu dapat diketahui melalui
elemen-elemen pentingnya yaitu, 1. Agama Kristen, 2. Etos kerja dan nila-nilai
moralitias Protestan, 3. Filsafat, 4. Bahasa Inggris, 5. Tradisi hukum bangsa
Inggris, 6. Sistem politik demokrasi liberal, 7. Khazanah seni, sastra, filsafat,
dan musik Eropa, 8. Prinsip-prinsip liberalisme, persamaan, dan individualisme,
serta 9. Kapitalisme. [48]
Jika
elemen pandangan hidup Islam dan Barat dibandingkan akan diketahui
perbedaannya. Dari matrik pandangan hidup yang dipaparkan Thomas Wall di atas
yang terdiri dari konsep Tuhan, ilmu, realitas, diri, etika dan masyarakat, [49]
ditambah dengan America’s core culture
yang disebut oleh Huntington, jelaslah bahwa pandangan hidup Islam berbeda
secara diametris dan konseptual dari pandangan hidup Barat, baik Barat modern
maupun Barat postmodern, baik Eropa maupun Amerika.
Dari
pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pandangan hidup Barat adalah
gambaran khas tentang teori-teori pertumbuhan ekonomi. Pandangan hidup ini
berdasarkan pada asumsi utopis bahwa ekonomi adalah ilmu yang bebas nilai,
rasional, analitis dan teknis. Sistem ekonomi kapitalisme berpegang pada teori
bahwa perkembangan ekonomi ditentukan oleh pasar yang dalam buku-buku ekonomi
disebut kompetisi sempurna, atau dalam istilah Adam Smith dinamakan the invisible hand.
Pandangan
hidup Islam tidak berangkat dari pemikiran tentang kehidupan dunia tapi
kehidupan dunia dan akhirat sekaligus. Oleh sebab itu, konsep-konsep tentang
kehidupan dunia selalu terkait erat dengan konsep kehidupan akhirat. Maka dari
itu, jika kapitalisme memisahkan moralitas dari teologi, maka Islam tidak.
Islam tidak menafikan perlunya rasionalitas untuk menyelesaikan masalah
kehidupan dunia, tapi konsep rasional dalam Islam tidak hanya terbatas pada logika
matematis, ia melibatkan pula dimensi spiritual [49a] metafisis (admin blog:
yang disebutkan oleh oleh Daniel Goleman sebagai Kecerdasan Emosional - Emotional
Intelligent, dan oleh Danah Zohar dan Ian Marshal sebagai Kecerdasan Spiritual -
Spiritual Quotion. Malah disebutkan pula bahwa peran Kecerdasan Rasional-IQ
memberi keberhasilannya 20%. Selebihnya, 80% ditentukan oleh IE dan SQ. [49b]
Menurut Skala Motivasi Ian Marshal 1997 berdasarkan observasinya selama 40
tahun, keserakahan merupakan kebutuhan tingkat rendah, dimana keinginan materi
yang sebanyak-banyaknya bernilai minus 3). [49c]
Secara
keseluruhan Islam berbeda dari pandangan hidup Barat Kapitalis. Francis
Fukuyama dalam bukunya ‘The End of
History, and the Last Man’
mengakui bahwa kini dunia Barat Posmodern dengan prinsip ‘free market” kapitalisme dan “liberalisme”
merupakan babak akhir dari sejarah manusia (the
end of History). Artinya paham liberalisme adalah alternatif terakhir bagi
umat manusia, faham apapun yang tidak dapat mengakomodir ciri-ciri ini akan
tersingkir dari proses evolusi menuju kesempurnaan sejarah atau tertinggal jauh
di belakang. Namun ia mengakui pula bahwa Islam memiliki nilai moralitas dan
doktrin-doktrin politik dan keadilan sosialnya sendiri. Ia bahkan meletakkan
Islam sejajar dengan ideologi Liberalisme, Kapitalisme, Komunisme, dan
sebagainya. Cara pandang Fukuyama ini membuktikan bahwa Islam, liberalisme,
kapitalisme, dan komunisme adalah sederet worldview
yang secara konseptual tidak mungkin ada konvergensi [49d] konseptual.
Di
dalam bukunya itu, Fukuyama juga menyatakan bahwa dalam politik Islam pernah
menjadi tantangan bagi demokrasi liberal dan praktek-praktek liberal. Tapi kini
menurutnya kekuatan Islam tidak demikian bahkan kondisi Islam kini menjadi terbalik.
Maka dari itu dia menyimpulkan:
Tidak
diragukan lagi, dunia Islam dalam jangka panjang akan nampak lebih lemah
menghadapai ide-ide liberal ketimbang sebaliknya, sebab selama seabad setengah
yang lalu liberalisme telah memukau banyak pengikut Islam yang kuat. Salah satu
sebab munculnya fundamental-isme adalah kuatnya ancaman nilai-nilai liberal dan
Barat terhadap masyarakat Islam tradisional. [50]
Kesimpulan Fukuyama bahwa Islam nampak lebih
lemah menghadapi ide-ide liberal mungkin dapat diterima untuk sementara waktu.
Namun poin bahwa munculnya fundamentalisme disebabkan oleh kuatnya ancaman
nilai-nilai liberal tidaklah tepat. Sebab kini umat Islam telah mulai bersikap
kritis terhadap Barat, khususnya sejak abad ke 20 di mana kemakmuran ekonomi
dan stablitias politik mulai dinikmati oleh negara-negara Islam. Mungkin
Fukuyama tidak menyadari bahwa sistem ekonomi liberal tidak ditolak dengan
tindakan-tindakan kelompok “fundamentalis” yang seringkali dikaitkan dengan
terorisme. Akan tetapi direspon dengan gagasan, ide, dan bahkan praktek ekonomi
Islam. Jadi Islam tidak lemah dan hancur ketika menghadapi sistem ekonomi
kapitalis, tapi justru bangkit dengan perlahan-lahan dengan membawa ekonomi
Islam, meskipun melalui proses asimilasi dan Islamisasi.
7. PENUTUP
Kajian
tentang kapitalisme sebagai sistem ekonomi telah banyak dilakukan orang, namun
kajian tentang kapitalisme sebagai kebudayaan dan pandangan hidup memerlukan
pembahasan yang lebih komprehensif dan lebih mendetail. Jika konsep sentral ‘worldview Islam’ adalah Tuhan, maka
konsep utama ‘worldview kapitalis’
adalah kekayaan dan kemakmuran hidup di dunia. Konsep utama (‘worldview kapitalis’) ini pada
gilirannya akan mempengaruhi konsep-konsep yang lain. Meskipun konsep-konsep
lain yang akan dikembangkan itu relatif sama seperti harta, kebahagiaan,
kenikmatan, keadilan, distribusi, konsumsi, monopoli dan lain sebagainya, namun
perbedaan konsep sentral itu akan membedakan konsep turunannya yang
dikembangkan kemudian.
Oleh
sebab itu dengan berkaca kepada kapitalisme sebagai sistem eknomi yang memiliki
worldview tersendiri dengan
konsep-konsep sentralnya sendiri, maka ekonomi Islam secara konseptual harus
dikaitkan dengan ‘worldview Islam’
yang konsep sentralnya adalah ‘akidah’. Secara epistemologis ‘worldview Islam’ akan menjadi basis
filsafat ‘ilmu eknomi Islam’, dan secara sistemik ‘worldview Islam’ dapat menjadi basis konsep kesejahteraan dan
kemakmuran serta kebijakan ekonomi makro, serta menjadi tata nilai dalam
praktek kehidupan ekonomi mikro. □
Kembali ke, klik ---> Worldview Islam dan Kapitalisme Barat (1)
Catatan Kaki:
1 Lihat
Samuel P. Huntington, The Clash of Civilization and the Remaking of World
Order, (New York: Simon & Schuster, A Touchstone Book, 1996), 21; lihat
juga Samuel P. Huntington, “Clash of Civilization?” Foreign Affair 72 (Summer
1993), 22-49.
1a Manusia-manusia yang ada di bumi adalah pemimpin-pemimpin (Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di Bumi..., QS Fāthir 35:39). Mengemban amanah dari Allah untuk memakmurkan kehidupan di bumi (Dia telah menciptakan kamu dari bumi dan menjadikan kamu pemakmurnya..., QS Hūd 11:61) dengan berakhlak 3T1I - Ta’aruf - saling kenal; Tafahum - saling memaklumi; Ta’awun - saling bekerja sama; dan Itsar - saling peduli. Artinya bermoral integritas, jujur, benar, adil, beradab, amanah dan bertanggung jawab dalam bermasyarakat, bernegara dan antarnegara serta lingkungan hidup (Wahai Manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal - lita'ārafū, berakhlak 3T1I - satu sama lainnya…”, QS Al-Hujurāt 49:13). Yaitu, menciptakan kenyamanan, kemanfaatan, kesejahteraan dan ketenteraman bagi semua orang dalam membangun peradaban.
2
Capitalism is economic system characterized by the following: private property
ownership exists; individuals and companies are allowed to compete for their
own economic gain; and free market forces determine the prices of goods and
services. Such a system is based on the premise of separating the state and
business activities. Capitalists believe that markets are efficient and should
thus function without interference, and the role of the state is to regulate
and protect.
http://www.investorwords.com/713/capitalism.html,
dirujuk pada tanggal 10 April 2007
3 Lihat
Joseph A Schumpeter, Capitalism, Socialism and Democarcy, (New York dan London:
Harper & Brothers Publishers, 1942), 121.
4 Smart
mengakui bahwa Bahasa Inggris tidak memiliki istilah khusus untuk menggambarkan
visi yang mencakup realitas keagamaan dan ideologi. Ninian Smart, Worldview,
Crosscultural Explorations of Human Belief, (New York: Charles Sribner’s sons,
n.d.), 1-2.
5 Thomas
F. Wall, Thinking Critically About Philosophical Problem, A Modern
Introduction, Wadsworth, (Australia: Thomson Learning, 2001), 532.
6 Asli
Inggrisnya the foundation of all human conduct, including scientific and
technological activities. Every human activity is ultimately traceable to its
worldview, and as such it is reducible to that worldview. Alparslan Acikgence,
“The Framework for A history of Islamic Philosophy”, Al-Shajarah, Journal of
The International Institute of Islamic Thought and Civlization, vol.1. Nos.
1&2, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1996), 6.
7 Kuhn
menyatakan:”penelitian ilmiyah diarahkan kepada artikulasi fenomena-fenomea dan
teori-teori yang paradigmanya telah tersedia” Lihat Thomas S. Kuhn, The
Structure of Scientific Revolution, International Encyclopedia of Unified
Science, vol.2, no 2, (Chicago: Univerity of Chicago Press, 1970), 24.
8 Lihat
Edwin Hung, The Nature of Science: Problem and Perspectives, (California: Wardsworth,
1997), 340, 355, 368, 370.
8a Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme yang artinya 'pengetahuan' dan logos artinya: kata, pikiran, dan tentang ilmu Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online adalah epistemologi cabang ilmu filsafat tentang dasar-dasar dan batas-batas.
9 Abu al-A’la Mawdûdî, The Process of Islamic Revolution, (Lahore, 1967), 14, 41.
10 Shaykh
Âthif al-Zayn, al-Islâm wa Idulujiyyat al-Insân, (Beirut: Dâr al- Kitâb
alLubnânî, 1989), 13.
11 M.
Sayyid Qutb, Muqawwamât al-Tasawwur al-Islâmî, (Beirut: Dâr al-Shurûq, tt), 41
12 S.M.N.
al-Attas, Prolegomena to The Metaphysics of Islam An Exposition of the
Fundamental Element of the Worldview of Islam, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1995), 2.
13 Thomas
F. Wall, Thinking…, 16
14 Ibid,
60.
15 Ninian
Smart, Worldview…, 8-9.
16 Shaykh
Âthif al-Zayn, al-Islâm.., 11-12
17 M.
Sayyid Qutb, al-Tashawwur al-Islâmî wa Muqawamâtuhû, (Cairo: al-Babi alHalabi,
1962), 45;Lihat juga, 30-34
18 S.M.N.
al-Attas, “The Worldview of Islam, An Outline, Opening Adress”, dalam Sharifah
Shifa al-Attas (ed.), Islam and the Challenge of Modernity, Proceeding of the
inaugural Symposium on Islam and the Challenge of Modernity: Historical and
Contemporary Context, Kuala Lumpur Agustus, 1-5, 1994, (Kuala Lumpur: ISTAC,
1996), 29.
19 S.M.N.
al-Attas, Prolegomena…, ix.
20
Penjelasan al-Attas tentang konsep worldview Islam dan penjabaran elemenelemen
asasnya terdapat dalam karyanya Prolegomena to The Metaphysics of Islam.
Pendahuluan buku ini menjelaskan ciri-ciri khusus pandangan hidup Islam yang
berbeda dari pandangan hidup Barat. Teori ini kemudian mendapat penjelasan
lebih detail dalam kaitannya dengan timbulnya sains dan tradisi intelelktual
Islam, dari Professor Alparslan. Professor Alparslan yang telah lama mengkaji
teori worldview dalam kaitannya dengan sains dan sistem pemikiran, kemudian
menulis risalah berjudul Islamic Science Towards definition. Untuk proses
perjalanan pengkajiannya itu lihat “acknowledgement” halaman. v. al-Attas, SMN,
Prolegomena…, lihat “Introduction” 1-37. Cf. Al-Attas, S.M.N., “Opening
Address, The Worldview of Islam, an Outline” in Sharifah Shifa al-Attas, Islam
and The Challenge of Modernity, Historical and Contemporary Contexts, (Kuala
Lumpur: ISTAC, 1996), 28-29
21 S.M.N.
Al-Attas, Risalah Untuk Kaum Muslimin, (Kuala Lumpur: ISTAC, 2000), 164-165.
22 Eugene
A. Myers, Arabic Thought and The Western Word, (New York: Fredrick Ungar
Publishing Co., 1964), 83.
23 Alain
Touraine, Critique of Modernity, (UK: Blackwell, Oxford, 1995), 9-10.
24 JW.
Schoorl, Modernization, terjemahan bahasa Indonesia oleh RG.Soekadijo,
Modernisasi, Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-negara Berkembang,
(Jakarta: Gramedia, 1981), 4.
25
Menurut Huston Smith pendekatan yang bersifat teistik para pemikir Barat, yang
ditandai oleh pemikiran yang memposisikan konsep Tuhan secara sentral dalam
berbagai diskursus hanya berjalan hingga abad ke sebelas. Lihat Huston Smith,
Beyond The PostModern Mind, (Wheaton, Illinois, USA: Quest Book, The
Theosophical Publishing House, 1989), 5.
26 David
Harvey, The Condition of Postmodernity, (Cambridge: Blackwell, 1991), 12- 13.
27 James
E.Crimmins (ed.), Religions, Secularizatin dan Political Thought, (London:
Routledge, 1990), 7.
28 Alain
Finkielkraut, The Defeat of The Mind, Trans. by Judith Friedlander, (New York:
Columbia University Press, 1995), 18.
29 Ibid,
19.
29a Empirise adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. Empirisme lahir di Inggris dengan tiga eksponennya adalah David Hume, George Barkeley dan John Locke. Ajaran empirisme memberikan kebimbangan kepada 'sains' dan 'agama' pada zaman modern filsafat, sehingga dapat diasumsikan mengecilkan peran akal. Istilah empirisme sendiri berasal dari bahasa Yunani empeirin yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin, emirisme adalah lawan rasionalisme. Untuk memahami isi doktrin ini perlu dipahami lebih dahulu dua ciri pokok empirisme, yaitu mengenai teori tentang makna dan teori tentang pengetahuan. Teori makna dinyatakan sebagai teori asal pengetahuan, yaitu asal usul idea atau konsep. Sedang teori tentang pengetahuan menyatakan bahwa semua kebenaran adalah kebenaran a posteriori, yaitu kebenaran yang diperoleh melalui observasi.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Empirisme).
30 John
Schrems, Understanding Principles of Politics and the State, (PageFree
Publishing, 2004), 234.
31
http://www.investorwords.com/713/capitalism.html
32
http://www.investorwords.com/4613/socialism.html
33
Immanuel Wallestein, Historical Capitalism with Capitalist Civilization,
(LondonNew York: Verso, 1996), 13; Schumpeter menggunakan istilah “Civilization
of Capitalisme” Joseph A. Schumpeter, Capitalism, Socialism, 121.
34 Gordon
Marshal, In Search of the Spirit of Capitalism: An Essay on Max Weber’s
Protesteant Ethic, (New York: Columbia University Press, 1982), 97.
35 Max
Weber, The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism, Trans. by Talcott
Parsons, Anthony Giddens, (London-Boston: Unwin Hyman, 1930). lihat Bab II.
36 Ibid.,
48-55.
37 Raplh
Kercham, “Benyamin Franklin”, The Encyclopedia Americana, International Edition
(New York: Americana Corporation, 1974), vol. 12, hal. 8-12.; lihat juga Kurt
Samuelson, Religion and Economic Actioin: A Critique of Max Weber, (New York:
Harper Torch Books And Row Publication, 19640), 55-56.
38 Weber,
The Protestant Ethic…, hal. 57
39 Ibid.,
40-41
40 The
New Encyclopedia Britanica, vol. 2, Encyclopedia Britanica inc, The University
of Chicago, 1991, 831.
41
http://cepa.newschool.edu/het/profiles/weber.htm dilihat pada tanggal 15 April
2007
42 Weber,
The Protestant…, bab II.
43 Joseph
A. Schumpeter, Capitalism…, 121-124.
44
Immanuel Wallerstein, Historical Capitalism…, 81.
45
Gibson-Graham J.K., The End of Capitalism (as we knew it), (Feminist Critique
of Political Economy, Blackwell Publisher, 1996), 125.
46 Joseph
A. Schumpeter, Capitalism…, 109.
47 Samuel
P. Huntington, If Not Civilizations, What? Samuel Huntington Responds to His
Critics, dalam http://www.foreignaffairs.org/author /Samuel-p-huntington/index.
html
48 http://www.newyorker.com/critics/books/?040517crbo_books
49 Thomas
F. Wall, Thinking…, 16
49a
Kebenaran adanya kecenderungan manusia terhadap ‘spiritual’ seperti ● dalam saat menghadapi kesulitan hidup ada
kecenderungan manusia memohon kepada yang Ghaib. ● Saat masih usia balita kita
bisa berdoa kepada Tuhan walaupun belum memahaminya. ● Dalam peradaban manusia
selalu ada kepercayaan kepada yang Ghaib dalam bentuk peradaban kuno sejak masa
lalu. Pada tahun 1997 V.S. Ramachandran M.D., Ph.D. Direktur Centre for Brain
and Cognition Universitas California, San Diego, USA melakukan penelitian:
Orang-orang yang memiliki pengalaman spiritual di hubungkan dengan alat EEG
diberi nasihat religious maka aktivitas Lobus Temporal meningkat. Berdasarkan penelitian
itu para peneliti menyimpulkan adanya mesin syaraf di Lobus Temporal yang
dirancang untuk berhubungan dengan agama. Fenomena keyakinan agama sudah
terpatri (hard wire) di dalam otak
manusia. Sehubungan dengan itu firman Allah swt
dalam Al-Qur’an surat Al-A’rāf 7:172 ada kesaksian manusia terhadap Tuhan pada
saat ditiupkan ruh “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau
Tuhan kami), kami bersaksi”… (Spiritual Based Management, Micr0soft PowerP0int
halaman 3, HIMAPA (Himpunan Masyarakat Peduli Akhlak).
49b
Spiritual Based Management, Micr0soft PowerP0int halaman 10, HIMAPA (Himpunan
Masyarakat Peduli Akhlak).
49c
Spiritual Based Management, Micr0soft PowerP0int halaman 7, HIMAPA (Himpunan
Masyarakat Peduli Akhlak).
49d Konvergensi maknanya adalah:
1. Keadaan menuju satu titik pertemuan, memusat; 2. Keadaan garis di samudra
yang terlihat nyata memisahkan pertemuan beberapa massa air yang berbeda suhu
dan kadar garam atau salinitasnya - garis pemisah.
50 Dalam
buku aslinya menyebutkan: “Indeed, the
Islamic world would seem more vulnerable to liberal ideas in the long run than
the reverse, since such liberalism has attracted numerous and powerful Muslim
adherent over the past century and a half. Part of the the reason for current,
fundamentalist revival is the stregth of the perceived threat from liberal,
Western values to traditional Islamic societies. Francis Fukuyama, The End
of History and The Last Man, (New York: Avon Book, 1992), 45-46. □□
Daftar Pustaka:
Acikgence,
Alparslan. “The Framework for A history of Islamic Philosophy”, Al-Shajarah,
Journal of The International Institute of Islamic Thought and Civlization,
vol.1. Nos. 1&2, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1996), 6.
al-Attas,
S.M.N. “Opening Address, The Worldview of Islam, an Outline” in Sharifah Shifa
al-Attas, Islam and The Challenge of Modernity, Historical and Contemporary
Contexts, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1996).
_______. Prolegomena to The Metaphysics of
Islam An Exposition of the Fundamental Element of the Worldview of Islam,
(Kuala Lumpur: ISTAC, 1995).
_______.
Risalah Untuk Kaum Muslimin, (Kuala Lumpur: ISTAC, 2000). al-Zayn, Sheykh Ā thif. al-Islām
wa Idulujiyyat al-Insān,
(Beirut: Dār al- Kitāb al-Lubnānī,
1989).
Crimmins,
James E. (ed.). Religions, Secularizatin dan Political Thought, (London:
Routledge, 1990). Edwin Hung, The Nature of Science: Problem and Perspectives,
(California: Wardsworth, 199).
Finkielkraut,
Alain. The Defeat of The Mind, Trans. by Judith Friedlander, (New York:
Columbia University Press, 1995).
Fukuyama,
Francis. The End of History and The Last Man, (New York: Avon Book, 1992).
Harvey,
David. The Condition of Postmodernity, (Cambridge: Blackwell, 1991).
Huntington,
Samuel P. “Clash of Civilization?” Foreign Affair 72 (Summer 1993).
________.
If Not Civilizations, What? Samuel Huntington Responds to His Critics, dalam
http://www.foreignaffairs.org/author/ 38 Hamid Fahmy Zarkasyi Jurnal TSAQAFAH
Samuel-p-huntington/index.html
________.
The Clash of Civilization and the Remaking of World Order, (New York: Simon
& Schuster, A Touchstone Book, 1996).
J.K.
Graham Gibson, The End of Capitalism (as we knew it), (Feminist Critique of
Political Economy, Blackwell Publisher, 1996).
Kercham,
Raplh. “Benyamin Franklin”, The Encyclopedia Americana, International Edition,
Vol. 12, (New York: Americana Corporation, 1974).
Kuhn,
Thomas S. “The Structure of Scientific Revolution”, International Encyclopedia
of Unified Science, vol.2, no 2, (Chicago: Univerity of Chicago Press, 1970).
Marshal,
Gordon. In Search of the Spirit of Capitalism: An Essay on Max Weber’s
Protesteant Ethic, (New York: Columbia University Press, 1982).
Mawdūdī,
Abu al-A’la. The Process of Islamic Revolution, (Lahore, 1967).
Myers,
Eugene A. Arabic Thought and The Western Word, (New York: Fredrick Ungar
Publishing Co., 1964).
Qutb,
M. Sayyid. al-Tasyawwur al-Islāmī wa
Muqawamātuhū, (Cairo: al-Babi al-Halabi, 1962).
Samuelson,
Kurt. Religion and Economic Actioin: A Critique of Max Weber, (New York: Harper
Torch Books And Row Publication, 19640).
Schrems,
John. Understanding Principles of Politics and the State, (PageFree Publishing,
2004).
Schumpeter,
Joseph A., Capitalism, Socialism and Democarcy, (New York dan London: Harper
& Brothers Publishers, 1942).
Smart,
Ninian. Worldview, Crosscultural Explorations of Human Belief, (New York:
Charles Sribner’s sons, n.d).
Smith,
Huston. Beyond The Post-Modern Mind, (Wheaton, Illinois, USA: Quest Book, The
Theosophical Publishing House, 1989).
The
New Encyclopedia Britanica, Vol. 2, Encyclopedia Britanica inc, (US: The
University of Chicago, 1991)
Wall,
Thomas F. Thinking Critically About Philosophical Problem, A Modern
Introduction, (Australia: Thomson Learning, 2001). □□□
Sumber:
https://core.ac.uk/download/pdf/235572309.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Empirisme
Ahmad
Faisal Marzuki, “Mendirikan Shalat Menegakkan Peradaban” - Narasi Ibadah
sebagai Pembentuk Karakter untuk Membangkitkan Peradaban yang Unggul, (MCL
Publisher, Tanggerang Selatan, Banten, Indonesia, 2022).
Spiritual Based Management, Micr0soft PowerP0int hal 9 dan Spiritual Based Management IQ EI SQ, Micr0soft PowerP0int hal 5, HIMAPA (Himpunan Masyarakat Peduli Akhlak). □□□□