Sunday, June 5, 2022

Worldview Islam dan Kapitalisme Barat (2)


 

Kata Pengantar

    Makalah yang bersumber dari Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor Indonesia, membahas masalah “Worldview Islam dan Kapitalisme Barat” perlu di baca dan diperhatikan isinya.

  Hidup di awal millennium ke-3 perkembangan dunia dan apa yang terjadi mulai abad ke-21 ini perlu disimak. Pendekatan ‘Islam tradisional’ dalam melihat ‘dunia dan perkembangannya’ tidak cukup memadai lagi, melainkan - perlu ditambah dengan - menggunakan pendekatan-pendekatan kontemporer agar wawasan pembahasannya updated. Sementara di luar Dunia Islam telah ‘maju’ baik dalam iptek, ekonomi dan militer serta menejemen pengorganisasiannya.

  Francis Fukuyama dalam bukunya ‘The End of History, and the Last Man’ mengakui bahwa kini dunia Barat Posmodern dengan prinsip ‘free market” kapitalisme dan “liberalisme” merupakan babak akhir dari sejarah manusia (the end of History). Di dalam bukunya itu, Fukuyama menyatakan bahwa dalam politik Islam pernah menjadi tantangan bagi demokrasi liberal… Tapi kini menurutnya kekuatan Islam tidak demikian… dia menyimpulkan: “Tidak diragukan lagi, dunia Islam dalam jangka panjang akan nampak lebih lemah menghadapai ide-ide liberal ketimbang sebaliknya, sebab selama seabad setengah yang lalu liberalisme telah memukau banyak pengikut Islam yang kuat. Salah satu sebab munculnya ‘fundamentalisme’ adalah kuatnya ancaman nilai-nilai liberal dan Barat terhadap masyarakat Islam tradisional.”

  Lebih lanjut mari ikuti saja bahasan berikutnya yang terdiri dari 2 bagian tulisan. Selamat menyimaknya bagian ke-2: 6. Kapitalisme dan Islam; 7. Penutup. □ AFM

 

 

WORLDVIEW ISLAM

 & KAPITALISME BARAT (2)

 

6. KAPITALISME DAN ISLAM

S

ejalan dengan pandangan hidup Barat modern yang bercirikan rasionalisme, saintifisme, sekularisme, dan cara pandang yang empiristis, maka kapitalisme dapat dikatakan sebagai produk dari padangan hidup Barat modern.

  Salah satu elemen pandangan hidup Barat yang mempengaruhi kapitalisme adalah rasionalisme. Menurut Weber yang menonjol dalam pemikiran kapitalisme adalah semangat kalkulasi rasional (spirit of rational calculation) yang dikembangkan menjadi prinsip-prinsip pengembangan teknologi dan produksi. Yang terpenting di sini bagi Weber adalah semangat entrepreneurship yang merebak ke bidang politik dan kultural. Kapitalisme akhirnya mempengaruhi perkembangan bentuk perusahaan, kepercayaan publik dan birokrasi dunia modern. Weber dengan tegas menyatakan:

It might thus seem that the development of the spirit of capitalism is best understood as part of the development of rationalism as a whole, and could be deduced from the fundamental position of rationalism on the basic problems of life. In the process Protestantism would only have to be considered in so far as it had formed a stage prior to the development of a purely rationalistic philosophy. [42]

Terjemahannya (admin blog):

Dengan demikian mungkin tampak bahwa perkembangan semangat kapitalisme paling baik dipahami sebagai bagian dari perkembangan rasionalisme secara keseluruhan, dan dapat ditarik kesimpulan dari posisi fundamental rasionalisme pada persoalan-persoalan dasar kehidupan. Dalam prosesnya, Protestanisme hanya perlu dipertimbangkan sejauh ia telah membentuk suatu tahap sebelum perkembangan filsafat yang murni rasionalistik.

  Kutipan di atas menunjukkan bahwa perkembangan semangat kapitalisme dapat dipahami dengan baik dari perkembangan rasionalisme di Barat, dan yang lebih jelas lagi dari pandangan rasionalisme terhadap problem-problem kehidupan. Protestanisme hanya diperhitungkan sebagai suatu tahapan sebelum berkembangnya filsafat rasionalistis yang murni. Jadi kapitalisme tidak dapat dilepaskan dari pandangan hidup Barat yang rasionalistis.

   Dari semangat rasionalisme Protestan dan Barat modern itu, maka kapitalisme berkembang menjadi sistem ekonomi yang mendunia yang oleh Joseph disebut Capitalist Civilization (Kebudayaan Kapitalis). Pada pendahuluan di atas telah disebutkan bahwa asas setiap kebudayaan dan peradaban adalah worldview, maka dari itu kapitalisme adalah kebudayaan dan sekaligus pandangan hidup (worldview). Sebagai suatu pandangan hidup tentu ia mempunyai elemen dan ciri-cirinya tersendiri. Joseph A. Schumpeter menyebutkan ciri-ciri kebudayaan kapitalisme sejalan dengan ciri-ciri rasionalisme Barat, sebagai berikut:

1.  Adanya pemikiran atau perilaku individu yang rasional yang berkembang menjadi pemikiran kolektif yang mengkritisi berbagai pihak termasuk kekuasaan politik dan agama.

2.  Kapitalisme juga berkembang menjadi cara pandang masyarakat terhadap alam semesta, tentang kehidupan, tentang arti keadilan, konsep keindahan, kesehatan, filsafat hidup, dan lainlain.

3. Kapitalisme merupakan sikap terhadap sains modern, manusia modern dan cara-cara sains modern dikembangkan. Dari sikap hidup ini kemudian timbul seni kapitalis (capitalist art) dan gaya hidup kapitalis (capitalist style of life).

4.  Oleh karena pengaruh rasionalisasi perilaku dan pemikiran, maka rasionalisasi juga mempengaruhi sikap mereka terhadap kepercayaan metafisis, mistik, dan ide-ide yang lain, sehingga semua itu akan mengasah metode dalam mencapai tujuan akhir.

5.  Kebebasan berpikir dan memandang dunia secara pragmatis terjadi secara alami. [43]

   Selain dari yang diungkapkan Joseph di atas masih terdapat ciri-ciri lain dari kapitalisme yang menyangkut cara pandang terhadap realitas. Ciri itu adalah doktrin universalisme, yaitu kepercayaan bahwa di sana terdapat pernyataan umum tentang dunia fisik dan sosial yang benar secara universal dan permanen. Tujuan sains adalah mencari pernyataan ini, sehingga dapat menghilangkan apa yang selama ini disebut subyektif. Universalisme ini kemudian menjadi keyakinan (faith) dan juga epistemologi dan puncaknya adalah ideologi (kapitalisme). Untuk itu kapitalisme menggunakan universitas sebagai tempat workshop ideologi dan singgasana kepercayaan itu, selain sebagai tempat mencari kebenaran. Dan sejalan dengan sistem ekonomi kapitalis, Amerika yang menganut liberalisme berpendirian bahwa kebenaran hanya dapat diketahui dari hasil interaksi dalam pasar bebas bagi ide-ide (free market-place of ideas). [44]

  Selain itu ketika ekonomi dunia kapitalis disebarluaskan pada beberapa aktivitas yang ikut serta di dalamnya, seperti Kristenisasi, pemaksaan penggunaan bahasa Eropa, pengajaran tentang teknologi tertentu, perubahan undang-undang, dan lain-lain. Sistem kapitalis ini seringkali disebarkan melalui kekuatan militer atau lewat cara persuasif terhadap pemimpin yang didukung oleh militer. Keseluruhan proses penyebaran sistem ini oleh Emmanuel Wallestein yang disebut “westernisasi” atau lebih arogan lagi mereka klaim “modernisasi” yang dibumbui dengan kepercayaan pada ideologi universalisme tersebut di atas.

   Globalisasi merupakan proyek lain dan sangat menguntungkan kapitalisme. Kapitalisme lebih kuat dari sistem ekonomi nonkapitalis, sebab ia mempunyai sarana dan strategi yang kuat untuk menjadikan sistem pasar itu universal. Jadi globalisasi menurut Gibson-Graham adalah tindak kekerasan yang berakhir dengan pembunuhan bentuk ekonomi selain sistem kapitalisme. Gaya hubungan sosial dan ekonomi kapitalis didesain agar dapat masuk ke dalam sistem sosial dan ekonomi lain, tapi tidak sebaliknya. [45] Alasan yang sering digunakan adalah efisiensi ekonomi, tapi pada saat yang sama menyebarkan norma-norma kultural baru dan menggeser kultur tradisional yang menjadi saingannya. Norma-norma atau konsep baru yang dibawa kapitalisme itu adalah demokrasi liberal, kebebasan sipil, kebebasan berpolitik, dan kesempatan ekonomi bagi setiap warganegara. [46]

  Kultur yang dibawa oleh kapitalisme atau faktor pendukungnya telah merupakan kebudayaan dan pandangan hidup. Menurut Huntington elemen-elemen kebudayaan Barat Kapitalis yang ia namakan sebagai “paradigma peradaban” adalah prinsip-prinsip keagamaan dan filsafat. [47] Paradigma peradaban dalam konteks Negara Kapitalis Amerika ia sebut dengan America’s core culture. Identitas peradaban Amerika itu dapat diketahui melalui elemen-elemen pentingnya yaitu, 1. Agama Kristen, 2. Etos kerja dan nila-nilai moralitias Protestan, 3. Filsafat, 4. Bahasa Inggris, 5. Tradisi hukum bangsa Inggris, 6. Sistem politik demokrasi liberal, 7. Khazanah seni, sastra, filsafat, dan musik Eropa, 8. Prinsip-prinsip liberalisme, persamaan, dan individualisme, serta 9. Kapitalisme. [48]

    Jika elemen pandangan hidup Islam dan Barat dibandingkan akan diketahui perbedaannya. Dari matrik pandangan hidup yang dipaparkan Thomas Wall di atas yang terdiri dari konsep Tuhan, ilmu, realitas, diri, etika dan masyarakat, [49] ditambah dengan America’s core culture yang disebut oleh Huntington, jelaslah bahwa pandangan hidup Islam berbeda secara diametris dan konseptual dari pandangan hidup Barat, baik Barat modern maupun Barat postmodern, baik Eropa maupun Amerika.

   Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pandangan hidup Barat adalah gambaran khas tentang teori-teori pertumbuhan ekonomi. Pandangan hidup ini berdasarkan pada asumsi utopis bahwa ekonomi adalah ilmu yang bebas nilai, rasional, analitis dan teknis. Sistem ekonomi kapitalisme berpegang pada teori bahwa perkembangan ekonomi ditentukan oleh pasar yang dalam buku-buku ekonomi disebut kompetisi sempurna, atau dalam istilah Adam Smith dinamakan the invisible hand.

  Pandangan hidup Islam tidak berangkat dari pemikiran tentang kehidupan dunia tapi kehidupan dunia dan akhirat sekaligus. Oleh sebab itu, konsep-konsep tentang kehidupan dunia selalu terkait erat dengan konsep kehidupan akhirat. Maka dari itu, jika kapitalisme memisahkan moralitas dari teologi, maka Islam tidak. Islam tidak menafikan perlunya rasionalitas untuk menyelesaikan masalah kehidupan dunia, tapi konsep rasional dalam Islam tidak hanya terbatas pada logika matematis, ia melibatkan pula dimensi spiritual [49a] metafisis (admin blog: yang disebutkan oleh oleh Daniel Goleman sebagai Kecerdasan Emosional - Emotional Intelligent, dan oleh Danah Zohar dan Ian Marshal sebagai Kecerdasan Spiritual - Spiritual Quotion. Malah disebutkan pula bahwa peran Kecerdasan Rasional-IQ memberi keberhasilannya 20%. Selebihnya, 80% ditentukan oleh IE dan SQ. [49b] Menurut Skala Motivasi Ian Marshal 1997 berdasarkan observasinya selama 40 tahun, keserakahan merupakan kebutuhan tingkat rendah, dimana keinginan materi yang sebanyak-banyaknya bernilai minus 3). [49c]

  Secara keseluruhan Islam berbeda dari pandangan hidup Barat Kapitalis. Francis Fukuyama dalam bukunya ‘The End of History, and the Last Man’ mengakui bahwa kini dunia Barat Posmodern dengan prinsip ‘free market” kapitalisme dan “liberalisme” merupakan babak akhir dari sejarah manusia (the end of History). Artinya paham liberalisme adalah alternatif terakhir bagi umat manusia, faham apapun yang tidak dapat mengakomodir ciri-ciri ini akan tersingkir dari proses evolusi menuju kesempurnaan sejarah atau tertinggal jauh di belakang. Namun ia mengakui pula bahwa Islam memiliki nilai moralitas dan doktrin-doktrin politik dan keadilan sosialnya sendiri. Ia bahkan meletakkan Islam sejajar dengan ideologi Liberalisme, Kapitalisme, Komunisme, dan sebagainya. Cara pandang Fukuyama ini membuktikan bahwa Islam, liberalisme, kapitalisme, dan komunisme adalah sederet worldview yang secara konseptual tidak mungkin ada konvergensi [49d] konseptual.

   Di dalam bukunya itu, Fukuyama juga menyatakan bahwa dalam politik Islam pernah menjadi tantangan bagi demokrasi liberal dan praktek-praktek liberal. Tapi kini menurutnya kekuatan Islam tidak demikian bahkan kondisi Islam kini menjadi terbalik. Maka dari itu dia menyimpulkan:

Tidak diragukan lagi, dunia Islam dalam jangka panjang akan nampak lebih lemah menghadapai ide-ide liberal ketimbang sebaliknya, sebab selama seabad setengah yang lalu liberalisme telah memukau banyak pengikut Islam yang kuat. Salah satu sebab munculnya fundamental-isme adalah kuatnya ancaman nilai-nilai liberal dan Barat terhadap masyarakat Islam tradisional. [50]

Kesimpulan Fukuyama bahwa Islam nampak lebih lemah menghadapi ide-ide liberal mungkin dapat diterima untuk sementara waktu. Namun poin bahwa munculnya fundamentalisme disebabkan oleh kuatnya ancaman nilai-nilai liberal tidaklah tepat. Sebab kini umat Islam telah mulai bersikap kritis terhadap Barat, khususnya sejak abad ke 20 di mana kemakmuran ekonomi dan stablitias politik mulai dinikmati oleh negara-negara Islam. Mungkin Fukuyama tidak menyadari bahwa sistem ekonomi liberal tidak ditolak dengan tindakan-tindakan kelompok “fundamentalis” yang seringkali dikaitkan dengan terorisme. Akan tetapi direspon dengan gagasan, ide, dan bahkan praktek ekonomi Islam. Jadi Islam tidak lemah dan hancur ketika menghadapi sistem ekonomi kapitalis, tapi justru bangkit dengan perlahan-lahan dengan membawa ekonomi Islam, meskipun melalui proses asimilasi dan Islamisasi.

7. PENUTUP

   Kajian tentang kapitalisme sebagai sistem ekonomi telah banyak dilakukan orang, namun kajian tentang kapitalisme sebagai kebudayaan dan pandangan hidup memerlukan pembahasan yang lebih komprehensif dan lebih mendetail. Jika konsep sentral ‘worldview Islam’ adalah Tuhan, maka konsep utama ‘worldview kapitalis’ adalah kekayaan dan kemakmuran hidup di dunia. Konsep utama (‘worldview kapitalis’) ini pada gilirannya akan mempengaruhi konsep-konsep yang lain. Meskipun konsep-konsep lain yang akan dikembangkan itu relatif sama seperti harta, kebahagiaan, kenikmatan, keadilan, distribusi, konsumsi, monopoli dan lain sebagainya, namun perbedaan konsep sentral itu akan membedakan konsep turunannya yang dikembangkan kemudian.

   Oleh sebab itu dengan berkaca kepada kapitalisme sebagai sistem eknomi yang memiliki worldview tersendiri dengan konsep-konsep sentralnya sendiri, maka ekonomi Islam secara konseptual harus dikaitkan dengan ‘worldview Islam’ yang konsep sentralnya adalah ‘akidah’. Secara epistemologis ‘worldview Islam’ akan menjadi basis filsafat ‘ilmu eknomi Islam’, dan secara sistemik ‘worldview Islam’ dapat menjadi basis konsep kesejahteraan dan kemakmuran serta kebijakan ekonomi makro, serta menjadi tata nilai dalam praktek kehidupan ekonomi mikro. □

Kembali ke, klik ---> Worldview Islam dan Kapitalisme Barat (1)

 

Catatan Kaki:

1 Lihat Samuel P. Huntington, The Clash of Civilization and the Remaking of World Order, (New York: Simon & Schuster, A Touchstone Book, 1996), 21; lihat juga Samuel P. Huntington, “Clash of Civilization?” Foreign Affair 72 (Summer 1993), 22-49.

1a Manusia-manusia yang ada di bumi adalah pemimpin-pemimpin (Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di Bumi..., QS Fāthir 35:39). Mengemban amanah dari Allah untuk memakmurkan kehidupan di bumi (Dia telah menciptakan kamu dari bumi dan menjadikan kamu pemakmurnya..., QS Hūd 11:61) dengan berakhlak 3T1I - Ta’aruf - saling kenal; Tafahum - saling memaklumi; Ta’awun - saling bekerja sama; dan Itsar - saling peduli. Artinya bermoral integritas, jujur, benar, adil, beradab, amanah dan bertanggung jawab dalam bermasyarakat, bernegara dan antarnegara serta lingkungan hidup (Wahai Manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal - lita'ārafū, berakhlak 3T1I - satu sama lainnya”, QS Al-Hujurāt 49:13). Yaitu, menciptakan kenyamanan, kemanfaatan, kesejahteraan dan ketenteraman bagi semua orang dalam membangun peradaban.

2 Capitalism is economic system characterized by the following: private property ownership exists; individuals and companies are allowed to compete for their own economic gain; and free market forces determine the prices of goods and services. Such a system is based on the premise of separating the state and business activities. Capitalists believe that markets are efficient and should thus function without interference, and the role of the state is to regulate and protect.

http://www.investorwords.com/713/capitalism.html, dirujuk pada tanggal 10 April 2007

3 Lihat Joseph A Schumpeter, Capitalism, Socialism and Democarcy, (New York dan London: Harper & Brothers Publishers, 1942), 121.

4 Smart mengakui bahwa Bahasa Inggris tidak memiliki istilah khusus untuk menggambarkan visi yang mencakup realitas keagamaan dan ideologi. Ninian Smart, Worldview, Crosscultural Explorations of Human Belief, (New York: Charles Sribner’s sons, n.d.), 1-2.

5 Thomas F. Wall, Thinking Critically About Philosophical Problem, A Modern Introduction, Wadsworth, (Australia: Thomson Learning, 2001), 532.

6 Asli Inggrisnya the foundation of all human conduct, including scientific and technological activities. Every human activity is ultimately traceable to its worldview, and as such it is reducible to that worldview. Alparslan Acikgence, “The Framework for A history of Islamic Philosophy”, Al-Shajarah, Journal of The International Institute of Islamic Thought and Civlization, vol.1. Nos. 1&2, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1996), 6.

7 Kuhn menyatakan:”penelitian ilmiyah diarahkan kepada artikulasi fenomena-fenomea dan teori-teori yang paradigmanya telah tersedia” Lihat Thomas S. Kuhn, The Structure of Scientific Revolution, International Encyclopedia of Unified Science, vol.2, no 2, (Chicago: Univerity of Chicago Press, 1970), 24.

8 Lihat Edwin Hung, The Nature of Science: Problem and Perspectives, (California: Wardsworth, 1997), 340, 355, 368, 370.

8a Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme yang artinya 'pengetahuan' dan logos artinya: kata, pikiran, dan tentang ilmu Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online adalah epistemologi cabang ilmu filsafat tentang dasar-dasar dan batas-batas.

9 Abu al-A’la Mawdûdî, The Process of Islamic Revolution, (Lahore, 1967), 14, 41.

10 Shaykh Âthif al-Zayn, al-Islâm wa Idulujiyyat al-Insân, (Beirut: Dâr al- Kitâb alLubnânî, 1989), 13.

11 M. Sayyid Qutb, Muqawwamât al-Tasawwur al-Islâmî, (Beirut: Dâr al-Shurûq, tt), 41

12 S.M.N. al-Attas, Prolegomena to The Metaphysics of Islam An Exposition of the Fundamental Element of the Worldview of Islam, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1995), 2.

13 Thomas F. Wall, Thinking…, 16

14 Ibid, 60.

15 Ninian Smart, Worldview…, 8-9.

16 Shaykh Âthif al-Zayn, al-Islâm.., 11-12

17 M. Sayyid Qutb, al-Tashawwur al-Islâmî wa Muqawamâtuhû, (Cairo: al-Babi alHalabi, 1962), 45;Lihat juga, 30-34

18 S.M.N. al-Attas, “The Worldview of Islam, An Outline, Opening Adress”, dalam Sharifah Shifa al-Attas (ed.), Islam and the Challenge of Modernity, Proceeding of the inaugural Symposium on Islam and the Challenge of Modernity: Historical and Contemporary Context, Kuala Lumpur Agustus, 1-5, 1994, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1996), 29.

19 S.M.N. al-Attas, Prolegomena…, ix.

20 Penjelasan al-Attas tentang konsep worldview Islam dan penjabaran elemenelemen asasnya terdapat dalam karyanya Prolegomena to The Metaphysics of Islam. Pendahuluan buku ini menjelaskan ciri-ciri khusus pandangan hidup Islam yang berbeda dari pandangan hidup Barat. Teori ini kemudian mendapat penjelasan lebih detail dalam kaitannya dengan timbulnya sains dan tradisi intelelktual Islam, dari Professor Alparslan. Professor Alparslan yang telah lama mengkaji teori worldview dalam kaitannya dengan sains dan sistem pemikiran, kemudian menulis risalah berjudul Islamic Science Towards definition. Untuk proses perjalanan pengkajiannya itu lihat “acknowledgement” halaman. v. al-Attas, SMN, Prolegomena…, lihat “Introduction” 1-37. Cf. Al-Attas, S.M.N., “Opening Address, The Worldview of Islam, an Outline” in Sharifah Shifa al-Attas, Islam and The Challenge of Modernity, Historical and Contemporary Contexts, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1996), 28-29

21 S.M.N. Al-Attas, Risalah Untuk Kaum Muslimin, (Kuala Lumpur: ISTAC, 2000), 164-165.

22 Eugene A. Myers, Arabic Thought and The Western Word, (New York: Fredrick Ungar Publishing Co., 1964), 83.

23 Alain Touraine, Critique of Modernity, (UK: Blackwell, Oxford, 1995), 9-10.

24 JW. Schoorl, Modernization, terjemahan bahasa Indonesia oleh RG.Soekadijo, Modernisasi, Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-negara Berkembang, (Jakarta: Gramedia, 1981), 4.

25 Menurut Huston Smith pendekatan yang bersifat teistik para pemikir Barat, yang ditandai oleh pemikiran yang memposisikan konsep Tuhan secara sentral dalam berbagai diskursus hanya berjalan hingga abad ke sebelas. Lihat Huston Smith, Beyond The PostModern Mind, (Wheaton, Illinois, USA: Quest Book, The Theosophical Publishing House, 1989), 5.

26 David Harvey, The Condition of Postmodernity, (Cambridge: Blackwell, 1991), 12- 13.

27 James E.Crimmins (ed.), Religions, Secularizatin dan Political Thought, (London: Routledge, 1990), 7.

28 Alain Finkielkraut, The Defeat of The Mind, Trans. by Judith Friedlander, (New York: Columbia University Press, 1995), 18.

29 Ibid, 19.

29a Empirise adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. Empirisme lahir di Inggris dengan tiga eksponennya adalah David Hume, George Barkeley dan John Locke. Ajaran empirisme memberikan kebimbangan kepada 'sains' dan 'agama' pada zaman modern filsafat, sehingga dapat diasumsikan mengecilkan peran akal. Istilah empirisme sendiri berasal dari bahasa Yunani empeirin yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin, emirisme adalah lawan rasionalisme. Untuk memahami isi doktrin ini perlu dipahami lebih dahulu dua ciri pokok empirisme, yaitu mengenai teori tentang makna dan teori tentang pengetahuan. Teori makna dinyatakan sebagai teori asal pengetahuan, yaitu asal usul idea atau konsep. Sedang teori tentang pengetahuan menyatakan bahwa semua kebenaran adalah kebenaran a posteriori, yaitu kebenaran yang diperoleh melalui observasi.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Empirisme).

30 John Schrems, Understanding Principles of Politics and the State, (PageFree Publishing, 2004), 234.

31 http://www.investorwords.com/713/capitalism.html

32 http://www.investorwords.com/4613/socialism.html

33 Immanuel Wallestein, Historical Capitalism with Capitalist Civilization, (LondonNew York: Verso, 1996), 13; Schumpeter menggunakan istilah “Civilization of Capitalisme” Joseph A. Schumpeter, Capitalism, Socialism, 121.

34 Gordon Marshal, In Search of the Spirit of Capitalism: An Essay on Max Weber’s Protesteant Ethic, (New York: Columbia University Press, 1982), 97.

35 Max Weber, The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism, Trans. by Talcott Parsons, Anthony Giddens, (London-Boston: Unwin Hyman, 1930). lihat Bab II.

36 Ibid., 48-55.

37 Raplh Kercham, “Benyamin Franklin”, The Encyclopedia Americana, International Edition (New York: Americana Corporation, 1974), vol. 12, hal. 8-12.; lihat juga Kurt Samuelson, Religion and Economic Actioin: A Critique of Max Weber, (New York: Harper Torch Books And Row Publication, 19640), 55-56.

38 Weber, The Protestant Ethic…, hal. 57

39 Ibid., 40-41

40 The New Encyclopedia Britanica, vol. 2, Encyclopedia Britanica inc, The University of Chicago, 1991, 831.

41 http://cepa.newschool.edu/het/profiles/weber.htm dilihat pada tanggal 15 April 2007

42 Weber, The Protestant…, bab II.

43 Joseph A. Schumpeter, Capitalism…, 121-124.

44 Immanuel Wallerstein, Historical Capitalism…, 81.

45 Gibson-Graham J.K., The End of Capitalism (as we knew it), (Feminist Critique of Political Economy, Blackwell Publisher, 1996), 125.

46 Joseph A. Schumpeter, Capitalism…, 109.

47 Samuel P. Huntington, If Not Civilizations, What? Samuel Huntington Responds to His Critics, dalam http://www.foreignaffairs.org/author /Samuel-p-huntington/index. html

48 http://www.newyorker.com/critics/books/?040517crbo_books

49 Thomas F. Wall, Thinking…, 16

49a Kebenaran adanya kecenderungan manusia terhadap ‘spiritual’ seperti ● dalam saat menghadapi kesulitan hidup ada kecenderungan manusia memohon kepada yang Ghaib. ● Saat masih usia balita kita bisa berdoa kepada Tuhan walaupun belum memahaminya. ● Dalam peradaban manusia selalu ada kepercayaan kepada yang Ghaib dalam bentuk peradaban kuno sejak masa lalu. Pada tahun 1997 V.S. Ramachandran M.D., Ph.D. Direktur Centre for Brain and Cognition Universitas California, San Diego, USA melakukan penelitian: Orang-orang yang memiliki pengalaman spiritual di hubungkan dengan alat EEG diberi nasihat religious maka aktivitas Lobus Temporal meningkat. Berdasarkan penelitian itu para peneliti menyimpulkan adanya mesin syaraf di Lobus Temporal yang dirancang untuk berhubungan dengan agama. Fenomena keyakinan agama sudah terpatri (hard wire) di dalam otak manusia. Sehubungan dengan itu firman Allah swt dalam Al-Qur’an surat Al-A’rāf 7:172 ada kesaksian manusia terhadap Tuhan pada saat ditiupkan ruh “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi”… (Spiritual Based Management, Micr0soft PowerP0int halaman 3, HIMAPA (Himpunan Masyarakat Peduli Akhlak).

49b Spiritual Based Management, Micr0soft PowerP0int halaman 10, HIMAPA (Himpunan Masyarakat Peduli Akhlak).

49c Spiritual Based Management, Micr0soft PowerP0int halaman 7, HIMAPA (Himpunan Masyarakat Peduli Akhlak).

49d Konvergensi maknanya adalah: 1. Keadaan menuju satu titik pertemuan, memusat; 2. Keadaan garis di samudra yang terlihat nyata memisahkan pertemuan beberapa massa air yang berbeda suhu dan kadar garam atau salinitasnya - garis pemisah.

50 Dalam buku aslinya menyebutkan: “Indeed, the Islamic world would seem more vulnerable to liberal ideas in the long run than the reverse, since such liberalism has attracted numerous and powerful Muslim adherent over the past century and a half. Part of the the reason for current, fundamentalist revival is the stregth of the perceived threat from liberal, Western values to traditional Islamic societies. Francis Fukuyama, The End of History and The Last Man, (New York: Avon Book, 1992), 45-46. □□

 

 

Daftar Pustaka:

Acikgence, Alparslan. “The Framework for A history of Islamic Philosophy”, Al-Shajarah, Journal of The International Institute of Islamic Thought and Civlization, vol.1. Nos. 1&2, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1996), 6.

al-Attas, S.M.N. “Opening Address, The Worldview of Islam, an Outline” in Sharifah Shifa al-Attas, Islam and The Challenge of Modernity, Historical and Contemporary Contexts, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1996).

 _______. Prolegomena to The Metaphysics of Islam An Exposition of the Fundamental Element of the Worldview of Islam, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1995).

_______. Risalah Untuk Kaum Muslimin, (Kuala Lumpur: ISTAC, 2000). al-Zayn, Sheykh Ā thif. al-Islām wa Idulujiyyat al-Insān, (Beirut: Dār al- Kitāb al-Lubnānī, 1989).

Crimmins, James E. (ed.). Religions, Secularizatin dan Political Thought, (London: Routledge, 1990). Edwin Hung, The Nature of Science: Problem and Perspectives, (California: Wardsworth, 199).

Finkielkraut, Alain. The Defeat of The Mind, Trans. by Judith Friedlander, (New York: Columbia University Press, 1995).

Fukuyama, Francis. The End of History and The Last Man, (New York: Avon Book, 1992).

Harvey, David. The Condition of Postmodernity, (Cambridge: Blackwell, 1991).

Huntington, Samuel P. “Clash of Civilization?” Foreign Affair 72 (Summer 1993).

________. If Not Civilizations, What? Samuel Huntington Responds to His Critics, dalam http://www.foreignaffairs.org/author/ 38 Hamid Fahmy Zarkasyi Jurnal TSAQAFAH Samuel-p-huntington/index.html

________. The Clash of Civilization and the Remaking of World Order, (New York: Simon & Schuster, A Touchstone Book, 1996).

J.K. Graham Gibson, The End of Capitalism (as we knew it), (Feminist Critique of Political Economy, Blackwell Publisher, 1996).

Kercham, Raplh. “Benyamin Franklin”, The Encyclopedia Americana, International Edition, Vol. 12, (New York: Americana Corporation, 1974).

Kuhn, Thomas S. “The Structure of Scientific Revolution”, International Encyclopedia of Unified Science, vol.2, no 2, (Chicago: Univerity of Chicago Press, 1970).

Marshal, Gordon. In Search of the Spirit of Capitalism: An Essay on Max Weber’s Protesteant Ethic, (New York: Columbia University Press, 1982).

Mawdūdī, Abu al-A’la. The Process of Islamic Revolution, (Lahore, 1967).

Myers, Eugene A. Arabic Thought and The Western Word, (New York: Fredrick Ungar Publishing Co., 1964).

Qutb, M. Sayyid. al-Tasyawwur al-Islāmī wa Muqawamātuhū, (Cairo: al-Babi al-Halabi, 1962).

Samuelson, Kurt. Religion and Economic Actioin: A Critique of Max Weber, (New York: Harper Torch Books And Row Publication, 19640).

Schrems, John. Understanding Principles of Politics and the State, (PageFree Publishing, 2004).

Schumpeter, Joseph A., Capitalism, Socialism and Democarcy, (New York dan London: Harper & Brothers Publishers, 1942).

Smart, Ninian. Worldview, Crosscultural Explorations of Human Belief, (New York: Charles Sribner’s sons, n.d).

Smith, Huston. Beyond The Post-Modern Mind, (Wheaton, Illinois, USA: Quest Book, The Theosophical Publishing House, 1989).

The New Encyclopedia Britanica, Vol. 2, Encyclopedia Britanica inc, (US: The University of Chicago, 1991)

Wall, Thomas F. Thinking Critically About Philosophical Problem, A Modern Introduction, (Australia: Thomson Learning, 2001). □□□

 

Sumber:

https://core.ac.uk/download/pdf/235572309.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Empirisme

Ahmad Faisal Marzuki, “Mendirikan Shalat Menegakkan Peradaban” - Narasi Ibadah sebagai Pembentuk Karakter untuk Membangkitkan Peradaban yang Unggul, (MCL Publisher, Tanggerang Selatan, Banten, Indonesia, 2022).

Spiritual Based Management, Micr0soft PowerP0int hal 9 dan Spiritual Based Management IQ EI SQ, Micr0soft PowerP0int hal 5, HIMAPA (Himpunan Masyarakat Peduli Akhlak). □□□□

Blog Archive