KATA PENGANTAR
“I hope the time is not far when I shall be
able to unite all the wise and educated men of all the countries and establish
a uniform regime based on the principles of the Quran which alone are true and
which alone can lead men to happiness.” - “Saya berharap tidak lama lagi
dapat dikumpulkan orang yang bijak dan terpelajar di seluruh negara-negera untuk menetapkan aturan hukum
berasaskan Al-Qur’an yang jadi satu-satunya jalan untuk mencapai kebahagiaan
manusia.” [Napoleon Bonaparte]
N
|
apoléon Bonaparte (15 Agustus 1769 - 5 Mei 1821) adalah seorang pemimpin, negarawan, dan pemimpin militer Perancis yang bangkit dan menonjol selama Revolusi Prancis. Dia adalah Kaisar Prancis dari tahun 1804 hingga 1814 dan sekali lagi pada tahun 1815 selama Seratus Hari. Napoleon mendominasi Eropa dan dunia selama lebih dari satu dekade. Dia memenangkan sebagian
besar perang ini dan sebagian besar pertempurannya, membangun sebuah kerajaan
besar yang memerintah benua Eropa sebelum keruntuhan terakhirnya pada tahun
1815. Dia dianggap sebagai salah satu komandan terhebat dalam sejarah.
Cara-cara ia memimpin perang serta pertempurannya dipelajari di Akademi Militer di seluruh dunia. Warisan politik dan budaya
Napoleon telah bertahan sebagai salah satu pemimpin yang paling terkenal dan
kontroversial dalam sejarah manusia.
Napoleon Bonaparte, sebagai
seorang yang berkuasa dan berdaulat penuh terhadap negara Perancis sejak
Agustus 1793, tidak membuatnya puas. Rupanya kemegahan dunia belum bisa
memuaskan batinnya. [1]
Setelah mempelajari Islam dengan
sungguh-sungguh, akhirnya pada tanggal 2
Juli 1798, 23 tahun sebelum kematiannya di tahun 1821, Napoleon Bonaparte
menyatakan keislamannya. [2]
E. Dinet dalam
buku berjudul, Cherfils: Bonaparte et
l’Islam, mengutip sebuah surat dari Napoleon Bonaparte, tertanggal 28
Agustus 1798. Di dalam surat itu Napoleon Bonaparte, Kaisar Perancis menulis: “Saya berharap tidak lama lagi
dapat dikumpulkan orang bijak dan terpelajar di seluruh negara-negera untuk menetapkan aturan hukum
berasaskan Al-Qur’an yang jadi satu-satunya jalan untuk mencapai kebahagiaan
manusia.” [3] Selanjutnya ikutilah
uraian yang bertema seperti tersebut diatas. □ AFM
JEJAK ISLAM NAPOLEON BONAPARTE
The
Emperor of French [4]
PENDAHULUAN
S
|
ewajarnya ungkapan diatas -Kata Pengantar-
yang sangat optimisme ini muncul dari
para tokoh pergerakan Islam. Tapi ternyata bukan! Statement lugas ini diungkap
bukan oleh para aktivis. Bukan pula para ulama, kyai dan cendekiawan. Mungkin kita bertanya-tanya, siapakah gerangan
yang begitu berani melontarkan statement bermuatan sara seperti itu? Atau
mungkin kita lebih tidak percaya lagi karena yang mengucapkan kata-kata
tersebut adalah Napoleon Bonaparte!
Tambah Napoleon Bonaparte lagi: “Agama-agama itu
selalu didasarkan pada hal-hal yang ajaib, seperti halnya Trinitas yang sulit
dipahami. Yesus memanggil
dirinya sebagai anak Tuhan, padahal ia keturunan Daud. Saya lebih meyakini
agama yang dibawa oleh Muhammad. Islam terhindar jauh dari kelucuan-kelucuan
ritual seperti yang terdapat di dalam agama kita (Kristen); Bangsa Turki juga
menyebut kita sebagai orang-orang penyembah berhala dan dewa.”
“Dengan
penuh kepastian saya telah mengatakan kepada Anda semua pada kesempatan yang
berbeda, dan saya harus memperjelas lagi kepada Anda di setiap ceramah, bahwa
saya adalah seorang Muslim, dan saya memuliakan Nabi Muhammad serta mencintai
orang-orang Islam.”
Tokoh istimewa ini
begitu popular dalam sejarah sehingga namanya tercantum dalam urutan ke-34 dari
‘Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh Di Dunia’ (Buku tulisan Micheal H. Hart
yang meletakkan Rasulullah saw
menduduki tempat teratas dalam urutan itu).
Napoleon Bonaparte,
namanya tercatat di semua buku sejarah dunia. Setelah ratusan tahun lamanya
Perancis dipimpin oleh raja-raja, Napoleon Bonaparte merupakan pemimipin
Perancis pertama yang bergelar Kaisar (the Emperor of French), ia memerintah pada tahun 1804-1814 dan 1815. Pada
masa jayanya, Napoleon Bonaparte mungkin salah satu pemimpin paling besar
sepanjang sejarah manusia. Melalui kharismanya yang disertai kerja keras dan
ambisi gilanya, ia bertekad
mewujudkan mimpinya menguasai seluruh Eropa. Mimpinya hampir saja terwujud,
karena seluruh daratan Eropa nyaris dikuasai bahkan Asia Barat, termasuk Mesir
dan Palestina. Napoleon memang cinta
pada kekuasaan, yang ia ibaratkan, seperti seorang musisi mencintai biolanya.
Modal intelejensi yang tinggi dia buktikan
dengan kemahirannya mengatur strategi perang yang jitu. Dia juga memiliki
pengetahuan politik yang mumpuni, hingga menjadi Kaisar tanpa begitu banyak
pertumpahan darah di dalam negeri. Dan yang paling penting, kharismanya hingga
sekarang masih menyedot perhatian rakyat Perancis.
PROFIL NAPOLEON
N
|
apoleon lahir dari
keluarga petani anggur di Ajaccio (Aiacciu) atau disebut Ajax dalam bahasa
Latin di Pulau Corsica yang terletak di bagian tenggara Perancis pada 15
Agustus 1769. Pulau Corsica berada di bawah jajahan Perancis yang merupakan
pulau keempat terbesar setelah Pulau Sicily, Sardinia dan Cyprus di Laut
Mediterranean.
Kopral Kecil (“Le petit caporal”) –demikian julukannya
karena bertubuh pendek dibanding rata-rata orang Eropa– mengawali karir militer
dengan menjadi perwira artileri. Ia kemudian berhasil memadamkan pemberontakan
terhadap Konvensi Nasional di Paris pada tahun 1795. Dalam penaklukan Italia
dari 1796 hingga 1797, Napoleon mengalahkan pasukan Austria yang saat itu
menguasai sebagian Italia. Akan tetapi, upaya menaklukkan Mesir kandas setelah
armadanya dilumpuhkan oleh armada Inggris di bawah Laksamana Nelson pada 1798.
Walau begitu, di mata rakyat Prancis, Napoleon adalah pahlawan dan diharapkan
mengembalikan kejayaan negaranya yang memudar akibat ketamakan Raja Louis XIV
yang mempunyai semboyan: “L`Etat Cest Moi” atau “Negara adalah Saya”.
Setelah dukungan
rakyat dan prajurit berada di genggaman tangan, Napoleon pun menggulingkan
pemerintah Prancis pada 1799. Napoleon menjadi Konsul Pertama dan mengangkat
dirinya sebagai kaisar. Sedangkan jasa yang terbesar bagi negaranya adalah
kodifikasi hukum yang dikenal sebagai Code Napoleon–yang hingga kini
masih menjadi dasar hukum Prancis.
Peperangan demi
peperangan dimenangkan Napoleon dengan gemilang pada rentang 1800 hingga 1808.
Dengan enteng pula Napoleon menentukan batas-batas negara yang tentunya
menguntungkan pihak Prancis. Kegemilangan Napoleon memang tak terlepas dari
sejumlah strategi jitu yang diterapkan. Menurut buku bertajuk Napoleon
Expansionist, taktik perang Napoleon bertumpukan ajaran perang klasik
gubahan Sun Tzu. Satu di antara taktik jitu Napoleon adalah
membiarkan ratusan prajuritnya di garis terdepan mati di ujung meriam pasukan
musuh. Sedangkan ribuan tentara Napoleon lainnya berlindung di tubuh pasukan
yang mati tadi.
Sukses Napoleon di medan perang jelas mengangkat
Prancis menjadi kekuatan utama di Eropa sekalipun penyerbuannya ke Rusia pada
1812 mengalami kegagalan. Namun, dua tahun kemudian, arus balik menghantam
Napoleon. Ia beserta pasukannya mulai menderita kekalahan demi kekalahan.
Napoleon akhirnya ditangkap dan diasingkan ke Pulau Elba, bagian barat Samudra
Pasifik.
Akan tetapi, Napoleon
dengan bantuan sejumlah pendukung setianya berhasil melarikan diri. Berita
lolosnya Sang Kaisar, membuat ribuan prajurit Napoleon yang setia kembali
menyiapkan senjata. Mereka pun menyambut gembira kedatangan Napoleon di
Prancis. Tak lama kemudian, Napoleon kembali menabuh genderang perang dan maju
ke medan laga melawan pasukan koalisi pimpinan Inggris dan Austria.
Di medan laga, pasukan
Napoleon hampir memenangkan pertempuran. Sayang, tentara Napoleon kekurangan
perbekalan makanan. Padahal, serdadu koalisi pimpinan Duke of Wellington,
bangsawan Inggris, sudah putus asa menghadapi kegigihan tentara Napoleon. Dan,
Napoleon kembali kalah!
Sebagai hukuman,
Napoleon dihilangkan hak menetapnya di Perancis. Dia dibuang ke Pulau Saint
Helena yang terletak di bagian timur Afrika. Ribuan prajurit maupun rakyat
Prancis pun bercucuran air mata ketika menyaksikan Napoleon dikapalkan untuk
dibuang ke pulau tersebut.
Kaisar Perancis yang sempat menikmati masa-masa
kejayaan dengan menguasai hampir seluruh daratan Eropa itu dikucilkan di
pulau terpencil di Samudera Atlantik bagian selatan. Enam tahun kemudian,
Bonaparte menghembuskan napas terakhirnya di usia 52 tahun.
Otopsi yang dilakukan saat itu menunjukkan bahwa
kanker usus menjadi penyebab kematiannya. Namun, sejumlah racun arsen yang
ditemukan pada tahun 1961 di rambutnya memicu kontroversi bahwa ia diracun.
Alasan ini masuk akal sebab pengaruhnya di Eropa masih sangat besar sehingga
dikhawatirkan akan memberontak jika ia lepas kembali seperti yang dilakukan
sebelumnya saat dikucilkan pertama kali di Pulau Elba. Tapi, semua itu baru
sebatas spekulasi.
Untuk menguak teka-teki tersebut, sejumlah peneliti
dari Universitas Texas Barat Daya mempelajari catatan medis dokter yang
memeriksanya saat itu, mengumpulkan laporan saksi mata dan sejarah kesehatan
keluarganya, serta membandingkannya dengan teknik otopsi modern. Hasilnya
menunjukkan, pendarahan usus mungkin faktor utama penyebab kematian secara
mendadak itu.
“Meski ia lepas dari pulau tersebut, kondisi
tubuhnya tidak akan mendukung. Kalaupun diobati sekarang, ia hanya tahan
setahun,” kata peneliti utamanya Robert Genta yang melaporkan hasil penelitiannya
dalam Nature Clinical Practice Gastroenterology and Hepatology edisi
Januari. Ia mengatakan, dengan teknik pembedahan dan kemoterapi sekalipun,
pasien dengan kanker usus seperti dia akan sulit diobati. Deskripsi asli
otoposinya menggambarkan betapa buruknya penyakit kanker yang dideritanya,
dengan dua luka total sepanjang 10 centimeter, dari sebuah luka di lambung
serta sebuah luka di antara dinding lambung dan hati.
Dengan membandingkan variasi 50 foto tukak
lambung dan 50 foto kanker usus, para peneliti yakin bahwa yang diderita
Bonaparte termasuk kanker. Dari ukurannya saja, ujar Genta, bisa diperkirakan
bahwa itu kanker. Tapi, kanker tersebut berawal dari tukak lambung yang
terinfeksi. Makanan yang diasinkan tanpa buah segar dan sayuran, yang menjadi
menu tentara pada umumnya, turut memperparah risiko kanker ususnya. Bisa
dibayangkan bagaimana penderitaan Bonaparte saat kanker yang menyerang tubuhnya
mulai menjalar ke organ lainnya sampai ajal menjemput.
KEISLAMAN NAPOLEON
P
|
ertanyaan besarnya
adalah benarkah Jenderal Besar Panglima Tentara Perancis yang digambarkan
sebagai seorang yang kontroversial ini benar-benar memeluk Islam? Jika benar,
apakah karena ada unsur muslihat dibalik semua itu agar ambisinya dapat terwujud?
Keislaman Napoleon
diangkat dan dipaparkan oleh David M. Pidcock dalam sebuah bukunya yang
mengutip kembali berita sebuah surat kabar resmi Perancis, Le Moniteur,
yang menyebut tentang keislaman Napoleon pada 2 Juli 1798. Terjadi hampir 23
tahun sebelum meninggal dunianya pada 1821.
Kapankah tokoh ini
memeluk Islam, kemudian apakah berganti nama menjadi Aly (Ali) Napoleon
Bonaparte?
Peristiwa ini
dipercaya terjadi ketika Napoleon berada di Mesir. Napoleon tertarik kepada
Islam ketika diajak menghadiri acara Maulid Nabi saw yang dihadiri oleh ribuan umat Islam. Majelis
itu menyadarkan Napoleon kepada kata-kata Voltaire yang mempercayai bahwa
manusia memerlukan agama dalam hidup mereka. Manusia tidak boleh hidup tanpa
agama atau tanpa mempercayai tuhan. Sejarah tak pernah mencatat apa
sebenarnya agama formal Napoleon Bonaparte. Ia memang dilahirkan di tengah
sebuah bangsa Kristen. Namun ia tak pernah terlihat pergi ke gereja atau
melakukan ritual-ritual kristen.
Pengalaman di Mesir itu dikatakan telah
memberikan sebuah perjalanan rohani bagi Napoleon. Tetapi apakah yang membuat ‘Sang Penakluk Eropa’ ini
dapat menerima Islam?
Napoleon berkata, “Rasulullah saw berhasil
menuntun kehidupan kaum Arab yang jahil kepada jalan yang benar. Mengajar
kepada mereka mengenai keesaan Allah. Allah yang satu. Tuhan yang tidak
mempunyai bapak, tidak mempunyai
anak dan tidak mempunyai pendamping.”
“Sedangkan menyembah pelbagai jenis tuhan merupakan
satu budaya yang sangat kabur tetapi tidak lebih satu aspek pemujaan kepada
berhala yang merupakan hanyalah patung-patung yang kosong.”
Napoleon juga sangat
mengagumi kitab suci al-Qur’an
setelah dia membandingkan isi kandungannya dengan Injil. “Saya menemukan
kebenaran-kebenaran yang unggul di dalam al-Quran yang selama ini dikelirukan
oleh kitab-kitab terdahulu yang manusia itu campur tangan di dalamnya melalui
kata-kata mereka sendiri, bukannya kata-kata Tuhan.”
Malah yang lebih
menarik adalah ucapan Napoleon ketika pertama kali menginjakkan kakinya di
Palestina pada tahun 1799 sebelum bertempur dengan pasukan Utsmaniah. Sambil
mengenakan serban di kepalanya, Napoleon mengaku tentang keislamannya dan
berkata: “Dengan
Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasih. Saya Bonaparte, Panglima
perang tentara Perancis. Kepada semua pemimpin di sini, para mufti dan penduduk
Gaza, Ramla dan Jaffa, semoga Allah melindungi kita semua.”
Keislaman Napoleon
dapat ditelusuri lebih lanjut dalam sebuah buku, ‘Napoleon and Islam’
atau Bonapart et Islam oleh C. Cherfils. (ISBN: 967-61-0898-7). Dalam
buku itu, Napoleon dikutip sebagai pernah mengatakan: “Dalam
waktu dekat ini, jika berpeluang, saya ingin menyatukan semua umat manusia
melalui budaya yang baik (Islam) dan pemerintahan yang mengayomi rakyatnya
melalui prinsip yang tertulis dalam al-Qur’an al Karim.”
SUMBER HUKUM - CODE NAPOLEON
P
|
erihal
perundang-undangan, Napoleon sendiri mengakui akan keunggulan
perundang-undangan Islam atau syariah. Saat menduduki Mesir ketertarikan
Napoleon dengan kodifikasi hukum Islam itu ditunjukkan dengan membawa idea itu
ke Perancis. Dia membawa empat ahli hukum Islam dari Mesir untuk menyusun Code Penal dan Code Civil Perancis, yang dikenal dengan istilah
Code Napoleon itu. Code Napoleon itu kemudian mempengaruhi negeri Belanda, dan
dari situlah lahir KUH Pidana dan KUH Perdata yang kita kenal sekarang ini sebagai
kitab hukum warisan Belanda di negeri kita.
Dalam KUH Perdata —
yang diadopsi dari Code Napoleon — ada transformasi dari syari’at Islam, yakni
ketentuan di dalam Al-Qur’an yang menegaskan bahwa “Sesungguhnya Allah melarang kalian memakan harta
saudara kalian dengan cara yang bathil, tetapi menghalalkan jual beli yang
dilakukan ridho dengan ridho”. Inilah yang dinamakan prinsip “kausa
yang halal” sebagai salah satu prinsip dalam hukum perikatan. Para pihak dalam
membuat perjanjian harus dilandasi oleh iktikad baik dan prinsip perjanjian
adalah terbuka, tergantung dari keinginan dan kesepakatan para pihak, namun
asas-asas hukum termasuk rasa kepatutan harus tetap menjadi pertimbangan.
Transformasi lain dari syariat Islam ke dalam
hukum civil Napoleon ialah tentang keharusan adanya saksi dalam perjanjian.
Juga ada transformasi tentang konsep “washil” yang di Eropa diadopsi dan disebut
dengan istilah “wesel”,
yakni seperangkat aturan tentang penitipan sesuatu untuk diantarkan kepada
orang lain, seperti jasa pos dan kurier di zaman sekarang. Transformasi yang
paling banyak dari syariat Islam ke dalam hukum Eropa dan hukum internasional
publik, ialah dalam Hukum Perang dan Damai.
Dalam Hukum Romawi, perang adalah bumi
hangus dan semua halal belaka. Hukum Islamlah
yang mengajari orang Eropa bahwa perang harus tunduk kepada hukum, tidak boleh
asal bunuh dan asal bumi hangus.Yang boleh dibunuh hanyalah tentara dan orang
sipil yang aktif membantu tentara. Orang sipil, wanita dan anak-anak harus
dilindungi. Rumah ibadat agama apapun serta fasilitas umum tidak boleh
dihancurkan. Juga ada aturan-aturan tentang status tawanan perang, pertukaran
tawanan, dan pembebasan tawanan. Perang tidak boleh dilakukan diam-diam. Perang
harus diumumkan secara terbuka. Negara yang melakukan agresi harus dihukum
secara kolektif oleh negara-negara lain.
Prinsip seperti ini ada di dalam al-Qur’an dan
mempengaruhi - atau dengan kata lain - mengalami transformasi dalam penyusunan
berbagai konvensi hukum perang modern.
Banyak orang tidak mengetahui transformasi
berbagai “keluarga hukum” ke dalam
sistem hukum di suatu negara, kecuali mereka yang mempelajari sejarah hukum.
Sikap apriori terhadap sesuatu - dalam arti mudah menolak dan mudah menerima
sesuatu - tanpa studi yang mendalam, bukanlah sikap akademis dalam mencari
kebenaran ilmiah. Demikian menurut Prof. DR. Yusril Ihza Mahendra.
Lalu Napoleon pun
menggunakan undang-undang itu saat memerintah Perancis dan dipercaya hingga sekarang
pengaruh dan elemen undang-undang syariah masih terus digunakan di negara itu.
Contoh yang paling kentara adalah ketika terjadi kecelakaan tragis di jalan
raya yang merenggut nyawa Puteri Diana dan teman lelakinya, Dodi Al Fayed pada
1997.
Pemerintah Prancis
merujuk KUH yang lama saat menjatuhkan hukuman kepada juru foto yang sempat
mengabadikan detik-detik terjadinya kecelakaan itu. Mereka dijerat hukuman
dengan tuduhan tidak membantu korban dan lebih mengutamakan untuk mengambil
gambar pada kecelakaan tersebut. Bentuk undang-undang dan hukuman ini
nyata-nyata diambil dari kitab fikih Al-Muwaththo’ Imam Malik.
Walau bagaimanapun pro-kontra seputar pelbagai pendapat mengenai status agama
dan pengislaman Napoleon harus diungkap. Menurut Zuraini Nordin dosen di
Universitas Islam Antarabangsa Malaysia (UIAM), mengatakan, “Sebenarnya kaisar
Perancis itu seorang yang berpegang kepada ajaran Deisme yaitu tidak percaya
kepada ajaran-ajaran Kristen seperti Original Sins (Dosa Warisan),
mukjizat dan sebagainya. Dia mengkritik ajaran Kristen itu sebagai hanya
mementingkan aspek spiritual individu dibanding dengan Islam yang dia sendiri
pahami sebagai agama yang rasional dan mementingkan ilmu dan sains.”
Maka tidak berlebihan
kalau kemudian Napoleon sangat menggandrungi agama Islam, menghormati orang
Islam dan mengagumi kepribadian Nabi Muhammad itu sendiri. Hal ini dikarenakan
dia percaya Rasulullah bukan saja seorang pemimpin agung tetapi juga seorang
panglima yang ulung, dia (Nabi) sangat sesuai dengan semangat dan jiwanya
sebagai seorang kaisar dan panglima perang Perancis yang punya cita-cita
tinggi,” kata Zuraini menjelaskan
Masih kata Zuraini,
Napoleon adalah seorang yang gemar mengkaji tentang Islam, al-Qur’an dan hadits Nabi dan dia membina hubungan baik dengan
para mufti dan ulama-ulama Al-Azhar selama ekspedisinya di Mesir. Napoleon
mengakui Islam sebagai satu sistem kepercayaan yang unggul dan dia banyak
mengadaptasikan undang-undang syariah ke dalam kode sipilnya yang dikenal
sebagai Code Napoleon.
Dengan kode atau
undang-undang itu Napoleon merasa telah dapat memberi manfaat kepada
pemerintahannya dan rakyat Perancis. Sebagai seorang raja, tidak disangsikan
Napoleon juga seorang yang
memiliki jiwa kerakyatan dan selama pemerintahannya banyak reformasi dilakukan
untuk kepentingan rakyat.
PENUTUP
K
|
eislaman Napoleon Bonaparte penuh kontroversial.
Ternyata masih ada juga pihak-pihak yang menyangsikan dan memperdebatkan
perihal keislaman Napoleon itu. Walaupun sebenarnya sudah banyak literatur dan
sumber-sumber informasi yang memaparkan keislaman kaisar Perancis tersebut,
namun diyakini bahwa tokoh ini hanya menaruh minat terhadap Islam saja.
Malah Napoleon
menggunakannya demi kepentingan diri dalam meluaskan kekuasaannya. Dia pernah
mengatakan di hadapan para ulama dan rakyat Mesir: “Bahwa saya datang untuk mengembalikan
hak-hak Anda, yang telah dirampas oleh para penjajah; bahwa saya memuja Tuhan
lebih daripada kaum Mamluk dan juga bahwa saya menghormati Nabi Muhammad dan
kitab suci Al-Qur’an. Beritahu
para penjajah bahwa semua manusia itu sama di hadapan Tuhan; bahwa kecerdasan,
kebajikan dan sains (ilmu pengetahuan)-lah yang membedakan mereka semua.”
Dengan pernyataan itu
Napoleon ingin meyakinkan kaum Muslimin Mesir, bahwa dirinya bukan tentara
salib. Dia berusaha merangkul para ulama dalam lingkup kekuasaan pemerintah,
tetapi para ulama yang tidak biasa dengan kekuasaan sekuler, tidak terkesan dan
memilih bertahan pada habitatnya sebagai pemuka-pemuka tradisional yang
religius dalam budaya agraris. Walhasil hingga saat akhir, upaya Napoleon untuk
mendapatkan legitimasi kekuasaannya dengan dukungan kaum ulama tidak berhasil.
Pada tahun 1801 Inggris berhasil mengusir Perancis dari bumi Mesir, dan
menyerahkan kembali Mesir kepada Kekhalifahan Utsmaniyah.
Tuduhan bahwa Napoleon
melakukannya hanya sebagai komoditas politik demi kepentingan diri dalam
meluaskan kekuasaannya ini bukanlah isu ‘aneh’ karena keislaman seseorang di
Eropa sering kali tidak disukai oleh berbagai pihak yang memiliki modus
kepentingan yang berbeda-beda. Perdebatan di seputar ini sebenarnya membuka
lembaran bagi terjadinya kajian yang lebih mendalam untuk menentukan status
agama Napoleon.
Bagi Barat sendiri,
mungkin terlalu sulit buat mereka menerima dan mengakui hakikat ada tokoh
sehebat Napoleon yang menerima kebenaran Islam. Pengaruhnya sedikit banyak akan
merubah tatanan sejarah Eropa. Kalaupun itu tidak terjadi, paling tidak akan
memberikan ‘efek kejut’ atas berbagai sikap negatif yang selama ini menjadi stereotype Barat terhadap Islam. Wallāhu ‘Alam Bish-Shawab. □
Catatan Kaki:
[1]
https://kanzunqalam.com/2010/08/02/napoleon-bonaparte-seorang-muslim/
[2] dakwatuna.com
[3] azquotes.com
[4]
https://www.dakwatuna.com/2008/06/25/768/jejak-islam-the-emperor-of-french/□□
Sumber:
https://kanzunqalam.com/2010/08/02/napoleon-bonaparte-seorang-muslim/
https://www.dakwatuna.com/2008/06/25/768/jejak-islam-the-emperor-of-french/
https://en.wikipedia.org/wiki/Napoleon □□□