KATA PENGANTAR
Pada bulan Rajab tanggal 27 tahun ke delapan kenabiannya adalah
hari yang sangat bersejarah bagi kaum muslimin yaitu terjadinya peristiwa
perjalanan Isra’ Rasulullah saw dari Masjidil
Haram, Makkah ke Masjidil Aqsho di Baitul Maqdis, Palestina. Kemudian dilanjutkan
Mi’raj ke Sidratul Muntaha di langit ke tujuh dalam satu malam. Di Sidratui
Muntaha ini Rasulullah saw saat itu mendapat
perintah untuk melaksanakan ibadah sholat 50 waktu dalam sehari, namun Nabi Musa
as Mengingat Nabi Muhammad saw akan batas kemampuan umatnya yang
dengan itu Rasulullah saw meminta
keringan kepada Allah swt sehingga
perintah sholat itu akhirnya menjadi 5
waktu dalam sehari. Sejak saat itulah umat Muslim disyariatkan harus melakukan
sholat wajib liwa waktu.
Berkenaan Isra' Mi'raj merupakan perjalanan agung Nabi Muhammad saw menuju langit ke-7 untuk menerima perintah sholat dari Allah swt itu kami perkenalkan - sebagai Kata Pengantar - sebuah buku yang Insya Allah akan diterbitkan oleh Perpustakaan IMAAM Center dengan judulnya "Sholat Membangun Peradaban Dunia." □ AFM
PENGANTAR BUKU
SHOLAT MEMBANGUN PERADABAN DUNIA
A. Faisal Marzuki
”Ra’sul amril islām wa ’amūduhush sholāt”. Artinya: Inti (pokok) segala perkara adalah (dalam ajaran) Islam, dan tiangnya (penopangnya) adalah sholat. (HR Tirmidzi no. 2616 dan Ibnu Majah no.3937).
Wahai anakku, Laksanakanlah sholat dan suruhlah (mereka) berbuat yang ma’ruf (kebajikan, membangun) dan cegahlah (mereka) dari yang munkar (buruk, merusak)…” (QS Luqman 31:17).
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dianta-ramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat”. (QS Al-Mujādalah 58:11).
“Sholat adalah tiang agama (dīn). Barang siapa yang menegakkan sholat, maka berarti ia menegakkan agama (dīn), dan barang siapa yang meninggalkan sholat berarti ia merobohkan agama (dīn)”. (HR Bukhari Muslim)
"Kamu (Umat Islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma'ruf (agent of develoment) dan mencegah dari yang munkar (agent of change), dan beriman kepada Allah." (QS Āli 'Imrān 3:110).
A |
lhamdu
lillāhi Rabbil ’ālamīn, segala
puji bagi Allah Tuhan Pencipta, Pemelihara dan Pengendali seluruh alam semesta.
Berkat hidayah dan rahmat dariMu jualah buku ini berhasil kami susun, seperti
yang anda akan baca nanti - setelah diterbitkan atau dicetak. Buku ini terdiri
dari kata pengantar, isi buku (12 bab), catatan kaki, lampiran-lampiran dan gambar berwarna
dan hitam putih semuanya menjadi 450 halaman.
Ikhwalnya, bermula dari usaha mengkaji ulang ibadah
sholat yang penulis lakukan. Tentu alangkah baiknya hasil kajian ini kami sharing kepada yang mulia pelaku sholat
(musholli), kaum muslimin dan
muslimat, mu’minin dan mu’minat yang dicintai Allah swt. Juga bagi siapa saja yang ingin mengetahui kenapa sholat di
wajibkan bagi yang beriman kepadaNya.
Sholat pada dasarnya untuk memelihara hubungan antara musholli dengan Allah Maha Penciptanya.
Dengan itu tentunya mempunyai manfaat bagi musholli
serta manusia dan lingkungannya,
khususnya dalam ’membangun peradaban’ selaku ’pemakmur kehidupan di bumi’. Hal
seperti itulah yang akan dikupas dalam buku ini.
Tentunya
usaha kaji ulang ini dilakukan agar kefahaman, kualitas,
dan keabsahan dari ibadah sholat yang dilakukan itu benar-benar sesuai dengan
tuntunan Nabi Muhammad saw sebagai
Rasul utusanNya. Terutama dalam masalah bagaimana cara gerakan, bacaan, adab,
dari sholat yang Rasul saw lakukan.
Ketentuan syar’i sudah ditetapkan seperti itu, tinggal kita mengikuti saja.
Dengan mengikuti aturan syar’i seperti itu, kita akan mendapatkan keberkahan
serta kebaikan atas ketaatan dari perintahNya. Semisal ke dokter agar yang
sakit menjadi sembuh. Tidak sakit, tapi tetap menjaga kesehatan dengan
mengikuti general checkup dan
mengikuti advisnya dalam meme-lihara kesehatan tubuh biologis dan jiwa manusia
sebagaimana psikologis atau ulama lakukan.
Dibalik itu semua kita akan mengerti apa hikmah yang
terkandung dari cara, adab dan bacaan ibadah sholat yang dikerjakan oleh
Rasulullah saw. Hal itu akan lebih
dapat dirasakan nanti setelah kita pelajari bab demi bab dari setiap kupasan
dalam bab-bab yang ada di dalam buku ini.
Setiap individu muslim akan diperiksa terlebih dahulu di Yaumil Akhir adalah ibadah sholatnya oleh Allah swt.
Sebab di dalam mengerjakan ibadah sholat itu ada keutamaan-keutamaannya
sebagaimana firmanNya dalam surat Al-’Ankabūt ayat 45 penggal terakhir
mengatakan:
"...Dan (ketahuilah) mengingat Allah (wa ladzikrul-Lāh dalam sholat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain)...”
Yaitu, ibadah sholat sebagai pembuka pintu Surga; Di dalam ibadah sholat yang sebenarnya, dapat
mencegah perbuatan-perbuatan yang merusak kehidupan; Di dalam sholat
menumbuhkan akhlak dan perilaku yang baik, seperti bertutur kata yang baik,
benar, tidak berdusta, tidak menyakiti orang lain. Dengan itu pribadinya menyenangkan
dan dapat dipercaya. Artinya, didalam ibadah sholat yang dikerjakan ini
mengandung seminal (strongly influencing later
developments) - benih sebagai cikal
bakal yang sangat mempengaruhi terjadinya
atau bangunnya peradaban.
Syarat bangunnya peradaban bila ada ukhuwah sesama muslim dan menjaga hubungan baik dengan tetangga,
sekalipun tetangga itu non muslim sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw dan dipraktekkan peng-ikutnya. Yaitu
memelihara kehidupan yang damai dan beradab dengan jalan ta’aruf - saling kenal, tafahum - memaklumi satu sama
lainnya, ta’awun - tolong menolong, dan itsar - tidak bertengkar dan tidak memusuhi - melainkan caring, peduli sesama. Ta’aruf atau saling kenal diantara
teman, tetangga, komunitas, dan lingkungannya, baik dari segi persamaan dan
perbedaan. Dalam persamaan tidak masalah, yang bisa menjadi masalah adalah
perbedaan. Perbedaan di zaman millennium ke-3 ini masih sering disikapi bukan
dengan tafahum, melainkan dengan phobia, hate crime dan teror.
Lebih parah dari itu adalah mengatasinya melalui kerusuhan atau 'perang' yang
munggunakan senjata. Dengan itu korbannya termasuk orang-orang yang tak berdosa
seperti anak-anak, perempuan dan usia lanjut. Yaitu orang yang tidak ada
hubungan dengan pertikaian dalam konflik tersebut.
Untuk menghindarinya dan mengurangi konflik bersenjata
perlu menyikapinya dengan bijak. Yaitu, dengan jalan dialog dan membangun
kehidupan koeksistensi damai sesama manusia dalam bingkai lakum dīnukum waliyadīn - bagimu
’agama’mu dan bagiku ’agama’ku termasuk dalam pengertian ideologi, ajaran dan
keyakinan selama tidak melakukan tindakan fisik bersifat kriminal, teror
apalagi dengan menggunakan senjata. Berikutnya tafahum dan dilanjutkan dengan ta’awun
yaitu saling kerja sama dan saling membantu dalam membangun dan memelihara
perdamaian dalam bernegara dan antar negara, daripada perang memerangi.
Dilanjutkan lagi itsar, yaitu saling
peduli.
Esensi perang adalah membunuh lawan dan merusak. Bahkan
perang yang akan datang lebih mengerikan lagi dari ’bom atom’ senjata pembunuh
dan perusak masal Perang Dunia II, yakni senjata berkepala nuklir. Daya rusak
dan bunuhnya luar luar luar biasa dibanding ’bom atom’. Belum lagi senjata
kimia dan kuman.
Ta’aruf, tafahum, ta’awun dan itsar (3T1I) ini sangat possible
untuk terjadinya hidup aman dan damai. Dengan aman dan damai manusia dapat
membangun kehidupan menjadi sejahtera atau makmur. Untuk itulah sebenarnya
manusia dicipta oleh Allah Rabb Alam Semesta. Yaitu beribadah kepada Allah - Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahKu (beribadah kepada Allah). (QS Adz-Adzāriyat 51:56), serta berdedikasi kepadaNya selaku khalifah-khalifah - Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di Bumi..." (QS
Fathīr 35:39), sebagai pemakmur kehidupan di bumi - "...Dia telah menciptakan kamu dari bumi dan menjadikan kamu
pemakmurnya..." (QS Hud 11:61).
Dengan itu semua, tahulah kita sekarang, kenapa ibadah
sholat disebut sebagai tiang agama (dīn,
way of life). Tentunya kalau tidak
ada tiang itu, maka ambruklah tatanan bangunan peradaban itu. Padahal ajaran
Islam bertujuan memelihara perdamaian dan membangun peradaban diantara sesama
manusia.
Esensi ibadah sholat merupakan pemelihara hubungan antara
Khalik yaitu Pembesar, Penguasa, Pencipta Alam Semesta termasuk makhluk manusia
yang diciptaNya. Pemeliharaan hubungan antara Khalik dan makhluk ini mutlak di
perlukan agar perjalanan yang ditempuh manusia tetap pada kondisi performance yang prima sesuai dengan
yang digariskanNya. Alih-alih tanpa ada maintenance
terus menerus melalui ibadah sholat, maka sejarah perjalan hidup ummat manusia
mengajarkan selalu terjadinya melenceng, keluar dari ajaran yang semestinya
yang mengakibatkan kerusakan di muka bumi. Ini dapat ditelusuri dari selalu
adanya para Nabi dan Rasul sebagai utusanNya untuk mengingatkan manusia di
setiap zaman. Malah, disamping sebagai pengingatan juga ajaranNya di tumbuh
sempurnakan guna membimbing perkembangan zaman. Dan kemudiannya diutuslah
Muhammad saw sebagai Nabi Penutup. Pada
dirinya terdapat suri tauladan yang baik. Ia membawa kabar gembira yang cocok
untuk setiap zaman, melalui Ad-Dīnul
(agama) Islām yang diridhoiNya yang berpegang kepada Kitab Suci Al-Qur’an
sebagai petunjuk. Di dalamnya terdapat hukum (law & order), akhlak
(moral integritas). Ada pula berupa pokok-pokok, dasar-dasar,
paradigma-paradigma ajaran Islam yang lengkap, meliputi dunia dan akhirat,
sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi umat manusia.
Khalik yang mencipta disebut juga Rabb. Rabb artinya dalam bahasa Indonesia adalah Tuhan Yang Maha Esa sebagai Pencipta-Pemelihara-Pengatur-Pengendali alam semesta yang menakjubkan ini, menjadi teratur dan harmonis. Rabb dengan sifat seperti itulah yang disembah manusia. Manusia yang diciptakanNya ini adalah sebagai khalifah pemakmur bumi.
Bersimpuhsembahnya melalui ibadah sholat dan
disertai amalan-amalan sholeh dalam rangka berdedikasi kepadaNya. Allah Yang
Maha Kasih dan Maha Sayang ini menjadikan Alam Semesta teratur dan harmonis,
maka manusia sebagai khalifahNya di bumi mesti melakukan hidup teratur dan
harmonis pula di bumi. Yaitu diantara sesama manusia dengan cara saling
menghormati perbedaan dan keyakinan agama masing-masing dalam bingkai lakum dīnukum waliyadīn.
Setelah selesai ibadah sholat, baru amalan-amalan lainnya
diperiksa. Apa artinya? Artinya disini adalah, mesti ada konsistensi
yaitu keselarasan dan kelanjutan antara nilai-nilai yang terkandung dalam
mengerjakan ibadah sholat dengan amalan-amalannya perbuatan yang dilakukan musholli setelah mengerjakan ibadah
sholat. Yaitu, selesai mengerjakan sholat, kemudian kembali ke dalam kegiatan
hidup sehari-harinya mesti melakukan amalan-amalan kebajikan dengan bekerja
yang membangun peradaban. Inilah esensi dari mengerjakan ibadah sholat itu,
terutama dalam shalat fardhu (wajib) lima kali sehari melakukan ibadah rohani
plus ibadah badani. Yaitu, dilatih dan dibina dalam berhubungannya musholli dengan Allah swt melalui ibadah sholat yang menyebut
lafadz bacaan tertentu yang bernilai disertai gerakan fisik seperti berdiri,
ruku', i'tidal, sujud, duduk serta salam menghadap ke kanan dan ke kiri.
Perihal seperti tersebut diatas itulah yang sangat
mendorong penulis untuk mempelajari lebih dalam lagi tentang sholat ini, takut
kalau-kalau ibadahnya yang tadinya diyakini sesuai dengan perintahNya, tapi
tidak. Lantas bagaimana nasib kita di Hari Akhirat bila cara mengerjakan ibadah
sholatnya tidak menuruti tuntunan dari Rasulullah saw, dan selesai mengerjakan sholat tidak mencontoh suri tauladan
perbuatannya (sunnah Rasul saw) dalam
membangun peradaban.
Tentunya, orang-orang beriman mesti taat kepada Allah swt dan taat pula kepada Rasul saw. Yaitu mengerjakan perintahNya untuk
melakukan ibadah sholat dan menjalankan sunnah Beliau saw dalam membangun peradaban. Sebelumnya penduduk Madinah belum
berperadaban yang dalam sirah Rasul saw
selalu disebut sebagai masyarakat jahiliyah.
Yaitu bodoh dalam bersosial kemasyarakatan, seperti tidak peduli (racist) kepada orang di luar kabilah
atau sukunya; sering kali perbedaan ego dan kepentingan diatasi dengan perang.
Masyarakat jahiliyah belum mengenal
kehidupan 3T1I. Setelah Rasul saw
datang ke Madinah baru kehidupan berlangsung dalam 3T1I melalui tarbiyah -
pembelajaran yang istiqomah. Kemudian hasilnya, dalam waktu dua dekade (23
tahun) bangunlah masyarakat baru yang berperadaban, sebagaimana seorang ahli
pikir Prancis Dr. Gustave Le Bon
(1814-1931) mengomentari:
“Dalam satu abad atau 3 keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia dapat mengadakan perubahan yang berarti. Bangsa Prancis memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang bercelup (menjadi bangsa) Prancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan umat, tak terkecuali selain dari umat Islam, sebab Muhammad El Rasul sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan yang tidak dapat ditiru atau diperbuat oleh orang lain”.
Untuk apa tujuan dari sholat yang dikerjakan? Apa manfaat
atau fadhilahnja bagi musholli? Terakhir yang mesti kita ketahui pula. Apa
hikmah mengerjakan sholat yang telah di diperintahkanNya di langit ke-7 kepada
Rasulullah saw dalam peristiwa Isra'
Mi'raj? Apa dampak mengerjakan sholat bagi kehidupan dan peradaban manusia?
Kupasan dari buku ini mencakup semua pertanyaan seperti itu.
Selanjutnya,
dalam kata pengantar ini dipandang perlu penulis menggam-barkan
garis besar bagaimana hubungan ibadah sholat sampai dapat membangun peradaban. Pertama, mengerti apa yang dibaca
dalam sholat. Yaitu bacaan sholat yang dimengerti, kemudian berlanjut menjadi
dapat dipahami maksudnya. Dengan itu bukan saja dapat mudah diingat, tapi juga
akan terpatri dalam lubuk hati yang paling dalam. Karena setiap bacaannya
mengandung makna yang tidak sia-sia, melainkan semua mempunyai nilai-nilai yang
berdaya guna. Kandungan bacaan yang telah terpatri itu nantinya sebagai daya
pendorong dalam bertingkah laku yang mulia dan mengerjakan amalan sholeh yang
bermanfaat. Kedua, testimoni manfaat ibadah sholat. Yaitu, suatu kesaksian
pelaku sholat bagaimana sampai terasakan manfaatnya dari ibadah sholat yang
dikerjakannya. Ketiga, ibadah sholat membangun peradaban manusia. Yaitu,
dengan ibadah sholat yang dikerjakan secara berjamaah ini dapat membangun
sebuah peradaban. Keempat, meneladani peran Nabi Muhammad saw dalam berbangsa (bernegara). Beliau saw selaku pemimpin yang al-amin
(dipercaya), capable dan handal dalam menangani administratif pemerintahan bagi
warga Madinah dan sekitarnya sampai dapat terlaksananya pembangunan peradaban.
Kedekatan
Nabi Muhammad saw dengan Allah Yang
Maha Kuasa ini, Beliau saw bina
melalui ibadah sholat, terutama sholat berjamah. Ibadah sholat Rasulullah saw sungguh luar biasa, membangun
kebersamaan dalam kepemimpinan (imam) yang amanah, dan ketaatan pengikutnya
(jamaah). Dengan itu, memobilisasi pembangunan akan lebih mudah. Kalau ada
masalah-masalah sosial dalam kehidupan kabilah (suku) dan antar kabilah
sekitarnya dapat diatasi bersama. Kepiawaan Muhammad saw sebagai Rasullullah, pemimpin umat Madinah ini diabadikan oleh
Dr. Michael H. Hart, seorang ilmuan Amerika ternama di bidang astronomi dan
geometri, ia mengadakan riset tokoh-tokoh terkenal di dunia. Kemudian hasilnya
dipaparkan dalam bukunya The 100: A Ranking of the most Influential Persons in
History, by Michael H. Hart,
Published by Carol Publishing Group. Dalam buku itu disebutkan:
”Sepanjang catatan sejarah, Muhammad (saw) adalah pemimpin peringkat pertama yang sungguh paling sukses. Dia mempengaruhi dunia, baik dalam kapasitasnya sebagai tokoh agama (religious) dan tokoh keduniaan (secular realms).”
Demikian mereka menggambarkan ad-Dīnul Islām sebagai agama kaffah (religious dan secular realms).
Sebelumnya,
George Sale penulis terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Inggris dari teks asli
Al-Qur’an yang berbahasa Arab yang diberi nama The Koran, terbit tahun 1734, melihat
sosok Nabi Muhammad saw sebagai: Pribadi yang sungguh baik karakternya;
Punya kecerdasan yang mendalam; Perilakunya yang menyenangkan; Mengasihi orang
miskin; Sopan kepada setiap orang; Kukuh didepan musuh; Dan diatas segalanya,
memiliki peng-hormatan yang sangat tinggi atas nama Allah. Kemudian ia menuliskan lagi sebagai berikut:
“if the religious and civil institutions of foreign nations are worth of knowledge, those of Mohammed, the lawgiver of Arabians, and founder of an Empire which in less than a century spread itself over a greater part of the world than the Romans were ever masters of, must needs be so.”
Artinya: Jika agama dan sistem lembaga sipil dari bangsa asing (maksudnya bangsa
Arab yang beragama Islam) berguna sekali untuk diketahui, maka ketahuilah bahwa
aturan dan hukum yang dibuat oleh Muhammad (saw) selaku pembuat hukum bagi
orang Arab dan pendiri Imperium (Madinah), kurang dari satu abad, dengan
sendirinya, telah mampu mengembangkan dan melebarkan wilayahnya lebih besar
daripada apa yang dicapai Imperium (Kekaisaran) Romawi yang dikenal sebagai
penguasa dunia. Dengan itu, mestinya kita melakukan seperti itu pula hendaknya.
Demikian sejarah telah mencatatnya dengan tinta emas,
bahwa perkembangan Islam yang telah membangun peradaban itu tidak lepas dari
rintisan usaha dan kerja keras para sahabat dibawah kepemimpinan Muhammad saw di Madinah. Kemudian tradisi itu
dilanjutkan oleh setiap generasi dalam pemerintahan yang berdasarkan ajaran
Islam yang dicontohkan Rasulullah saw.
Dan selanjutnya generasi umat Islam berikutnya, dimana saja mereka berada
melestarikan nilai-nilai ajaran Islam yang sangat menakjubkan George Sale,
penerjemah Al-Qur’an yang memberi penghormatan dan penghargaan tinggi kepada
Rasulullah Muhammad saw dan kitab
suci Al-Qur’an. Ini suatu fakta sejarah yang tidak bisa diabaikan begitu saja,
seperti apa yang digambarkan George Sale pada abad ke 18 (1734) dan kemudian
oleh Michael H. Hart pada akhir abad ke-20 (1978) dan dari para pemikir Barat
lainnya seperti Thomas Jefferson, Napoleon Bonaparte yang menerapkan beberapa
pokok-pokok hukum Islam untuk negaranya yang dikenal dengan nama 'Napoleon Code', George Bernard Shaw,
Lamartine, Thomas Carlyle.
Demikianlah
uraian kata pengantar penulis, yang ingin menggaris bawahi, bahwasanya sungguh
betapa luarbiasanya dampak dahsyat dari sholat ini. Dengan ibadah sholat
berjamaah yang sungguh-sungguh, dapat membangun peradaban manusia. Suatu hal
yang sebelumnya tidak terpikirkan sama sekali oleh penulis. Namun setelah
mengadakan penelitian kepustakaan dan mempelajari arti dan maksud dari kata per
kata ayat Al-Qur’an dan tafsir yang bertalian dengannya, kini dapat dipahami
bahwa dampak melakukan sholat yang bersungguh-sungguh seperti yang dilakukan
Nabi saw sungguh luar biasa hasilnya
dalam membangun peradaban dunia.
Dengan
'Kata Pengantar' penulis yang cukup 'panjang ini, insya Allah akan mempermudah
dalam memahami pembahasan dari esensi hubungan dan dampak antara “sholat” dan
“membangun peradaban dunia” dalam mengikuti paparan salanjutnya yang dituliskan
dalam buku ini. Mungkin sebahagian
pembaca menduga 'asing' (masa iya?) sebagaimana Rasulullah saw bersabda:
“Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing (dikemudian hari), maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.” (HR Muslim no. 208)
Gambaran uraian buku bertajuk “Sholat Membangun Peradaban
Dunia” ini, terdiri dari duabelas bab sbb: (1) Mukaddimah; (2) Makna Wudhu’; (3) Makna Adzan dan
Iqamat; (4) Makna Sholat; (5)
Adab Sholat; (6) Sholat Rasulullah; (7) Adab
Bathin Dalam Sholat; (8) Dzikir Rasulullah; (9) Hikmah Sholat Lima Waktu; (10)
Makna Gerakan Sholat Bagi Kesehatan; (11) Peradaban Islam Merebak Dunia; (12)
Penutup. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua, āmīn. Billāhit Taufiq wal-Hidāyah. □ AFM