Assalamu ‘alaykum Wr. Wb.
Insya Allah akan terbit buku “SHOLAT MEMBANGUN PERADABAN DUNIA - Sebuah Narasi Gambaran Ajaran Islam Sebagai Rahmatan Lil Alamin”. Konsep atau skrip baru saja selesai, tinggal lagi penerbitannya sedang diproses. Mudah-mudahan dengan doa kita bersama buku ini terbit.
Sekarang kita memasuki sepertiga terakhir bulan Ramadhan yang sunnah Rasulnya sebaiknya kita beri’tikaf di Masjid bagi yang sehat atau setidaknya di rumah bagi yang kesehatannya kurang mengizinkan, apalagi di masa thoun covid-19 yang telah melanda dunia.
Disamping mengerjakan amalan-amalan i’tikaf lain, baik juga membaca tulisan buku tersebut yang diambil dari Bab-12 Penutup dan Kesimpulannya. Tapi yang disajikan disini adalah kesimpulannya saja, sebagai bahan renungan kita sebagai seorang muslim.
Selamat beri’tikaf dan beriqro’ buku tersebut. Mudah-mudahan
bermanfaat. Billāhit Taufiq wal-Hidāyah. □ AFM
SHOLAT MEMBANGUN PERADABAN DUNIA
Sebuah Narasi Gambaran Ajaran Islam
Sebagai Rahmatan Lil Alamin
KESIMPULAN
D |
ari uraian buku ini kita mendapat hikmah bahwa Ajaran Islam itu sungguh demikian baiknya, bukan saja dari segi kemajuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) sebagai perangkat alat untuk para pelaku pemakmur bumi (seculer, dunia sebagai ladang ibadah) dalam membangun peradaban dunia sebagai ladang ibadah secara fisik, namun juga kemajuan dari segi ilmu Islam lainnya (religeous) sebagai tiang - penopang tegaknya - bangunan peradaban yang diridhoiNya yaitu: Usul-Fiqih dan penyusunan Kitab Fiqih yang membahas masalah masalah: thaharah, sholat, janazah, zakat, puasa, haji, umrah, muamalat (perdagangan, bank, perseroan, dll), faraid (waris), nikah, jinayat (kriminal, pembunuhan), hudud (hukuman), jihad (pertahanan), makanan dan penyembelihan, aqdhiyah (hukum pengadilan), al-Khilafah (hal-hal yang menyangkut dengan pemerintahan); Fikih Kontemporer; Kitab Hadits; Ilmu Kalam; Akaid (tauhid); Ilmu Mantiq (logika); Ilmu-ilmu Tafsir al-Qur’an; Ilmu Membaca Al-Qur’an; Seni Tulis Arab Qur’an, Ilmu-ilmu Islam lainnya. Hal ini menggambarkan kebenaran sebuah Hadits yang menyebutkan: "Inti atau pokok segala perkara adalah ada dalam ajaran Islam, dan tiangnya atau penopangnya adalah sholat."
Konten
Ajaran
Islam ini sungguh lengkap, disebut 'kaffah'. Terminologi
Barat sebagaimana yang disebutkan oleh Dr. Michael H. Hart menyebutnya ‘religious
dan seculer’. Maknanya adalah
mendapat kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat ini.
Perlu diperhatikan ungkapan ini, bahwa ‘apa
yang diusahakan itulah yang di dapat’, sebagaimana firmanNya pada
penggal pertama yang kedua menyebutkan: "...Lahā mā kasabat wa 'alayhā
maktasabat...", artinya: ...Dia (manusia) mendapat (pahala, bangunnya
peradaban komuniti, bangsa, negara dan antar negara) dari kebajikan yang
dikerjakannya, dan dia mendapat (siksa, mandeknya bahkan runtuhnya peradaban)
dari (kejahatan, ego yang tidak berakhlak mulia, tanpa 3T1I) yang diperbuatnya
..., QS Al-Baqarah 2:286.
Jadi hasilnya
bergantung kepada kepemahaman Ajaran Islamnya, niat, kemauan dan kesadaran
Islam sebagai rahmatan lil 'ālamīn, serta kualitas kerja para pelaku pemakmur kehidupan di bumi
dalam membangun peradaban yang sesungguh-sungguhnya peradaban. Yaitu peradaban
(pemakmur bumi) yang diridhoiNya.
Kemajuan ilmu hukum, sains, teknologi yang
melahirkan Peradaban Islam ini 'dikutip' serta dijadikan 'contoh dan pelajaran'
yang sangat berharga, bahkan sebagain ‘tolok ukur’ bagi para cendikiawan dan
tokoh-tokoh Eropa dan Amerika dan lembaganya.
Inti uraian dari buku 'Sholat Membangun
Peradaban Dunia' - Sebuah Narasi Gambaran Ajaran Islam Sebagai Rahmatan Lil Alamin’,
bertolak dari catatan sejarah bagaimana penanganan oleh pemerintahan
Kekhalifahan Islam di Baghdad dan Kordoba yang meneruskan apa yang telah di
capai Rasulullah Muhammad saw dan
Khulafaur Rasyidin yang mengandung nilai Ajaran Islam yang kaffah. Yaitu taat beribadah kepadaNya (religious), dan melakukan kebajikan selaku pemakmur kehidupan di
bumi (secular, dunia sebagai ladang
ibadah). Dengan itu menghasilkan kebaikan dalam bermasyarakat dan bernegara dalam
berpemerintahan dengan ditandai adanya kemajuan Ekonomi, Sains dan Teknologi, berakhlak
mulia yang akhirnya berdampak hidup damai dan sejahtera bagi kehidupan warganya
dan alam sekitarnya. Hal ini telah di akui pula oleh para cendikiawan dunia. Bahkan
menjadi pelajaran dan tolok ukur dalam bernegara mereka.
Kesimpulan yang dapat diambilkan disini,
bahwa para cendikiawan dalam menggambarkan Paradaban Islam yang telah Membangun
Peradaban Dunia, sebagaimana diuraikan dalam Bab-12 sub tema ‘Pendapat Cendikiawan Barat
Terhadap Ajaran Islam dan Nabi Muhammad saw’
dan ‘Komentar Tokoh-tokoh Dan Lembaga Lainnya’, sebenarnya dimulai atau
dibangun dari nilai-nilai yang terkandung dalam bersholat terutama sholat
berjamaah yang bersunguh-sungguh bersholat, sebagai berikut:
Frieherr
von Pufendorf dalam bukunya yang berjudul "Law and Nature and Nation" sangat sering mengutip hukum-hukum
yang terdapat dalam Al-Qur'an antara lain hukum dalam keadaan perang. Pufendorf
akhirnya mengakui bahwa hukum yang ada dalam Al-Qur'an tidak hanya 'mengatur
sebuah bangsa', namun juga 'mengatur hubungan antar bangsa'.
Dalam bukunya ia mengatakan: "...Seharusnya
lebih giat untuk berperan dalam menyelesaikan masalah bangsa lain, bahkan
Al-Qur'an mengajarkan jika ada dua negara Islam berperang satu dengan yang
lainnya, negara lain harus bersifat netral dan menjalin hubungan damai dengan
kedua negara tersebut, kemudian berusaha meminta negara yang menyerang untuk
memperbaiki kerusakan yang telah ditimbulkannya, setelah itu negara-negara lain
harus mendamaikan mereka dan memperbaiki hubungan persahabatannya."
Sir
George Bernard Shaw mengatakan:
"Saya senantiasa menghormati agama Muhammad karena potensi yang
dimilikinya. Ini adalah satu-satunya agama yang bagi saya memiliki kemampuan
menyatukan dan merubah peradaban. Saya sudah mempelajari Muhammad sesosok
pribadi agung yang jauh dari kesan seorang anti kristus, dia harus dipanggil
’sang penyelamat kemanusiaan’.
Saya yakin, apabila orang semacam Muhammad
memegang kekuasaan tunggal di dunia modern ini, dia akan berhasil (dengan membawa
solusi) mengatasi segala permasalahan sedemikian rupa hingga membawa kedamaian
dan kebahagiaan yang dibutuhkan dunia. Ramalanku, keyakinan yang dibawanya akan
diterima Eropa (Barat) di masa datang. Dan memang ia telah mulai diterima Eropa
(Barat) saat ini. Dia adalah manusia teragung yang pernah menginjakkan kakinya
di bumi ini. Dia membawa sebuah agama, mendirikan sebuah bangsa, meletakkan
dasar-dasar moral, memulai sekian banyak gerakan pembaruan sosial dan politik,
mendirikan sebuah masyarakat yang kuat dan dinamis untuk melaksanakan dan
mewakili seluruh ajarannya, dan ia juga telah merevolusi pikiran serta perilaku
manusia untuk seluruh masa yang akan datang.
Dia adalah Muhammad (saw). Dia lahir di
Makkah pada tahun 570, memulai misi mengajarkan agama Islam (Dīn ul-Islām) pada usia 40 tahun, dan meninggalkan dunia
pada usia 63 tahun. Sepanjang masa kenabiannya yang pendek (23 tahun) dia telah
merubah Jazirah Arab dari ‘paganisme dan pemuja makhluk’ menjadi ‘para pemuja
Tuhan yang Esa’, dari ‘peperangan dan perpecahan antar suku’ menjadi ‘bangsa
yang bersatu’, dari ‘kaum pemabuk dan pengacau’ menjadi kaum pemikir dan
penyabar’, dari kaum ‘tak berhukum dan anarkis’ menjadi ‘kaum yang teratur’,
dari ‘kebobrokan ke ‘keagungan moral’. Sejarah manusia tidak pernah mengenal
tranformasi sebuah masyarakat atau tempat sedahsyat ini, dan bayangkan ini
terjadi dalam kurun waktu hanya sedikit di atas dua dekade.”
Ia mengatakan lagi: “Saya telah meneliti
sejarah hidup Muhammad. Ternyata dia sama sekali tidak memusuhi kaum Kristen,
bahkan dapat kita katakan dia adalah penyelamat kemanusiaan. Saya yakin, jika
orang berakhlak mulia seperti Muhammad ini yang memimpin dunia, maka akan
tercipta kebahagiaan dan kedamaian”.
Pangeran Charles dari
Inggris, “Islam adalah agama yang mampu mengajari kita cara menciptakan
perdamaian dan keharmonisan dalam kehidupan di dunia ini. Islam adalah agama
yang tidak memisahkan antara manusia dan alam, agama dan sains, atau pun akal
dan materi”.
Dunia mungkin belum tahu betapa
berharganya warisan ilmu-ilmu pengetahuan yang ditemukan oleh Kaum Muslimin.
Bahkan agaknya banyak yang tak menyangka bahwa prinsip-prinsip pengetahuan
modern yang ada sekarang ini ditemukan lewat kecemerlangan pemikiran Ilmuwan
Muslim. Untuk masa itu, ilmu mereka dapat dikatakan telah melampaui batas
zamannya yang melahirkan Sains dan Teknologi yang dibangun dari hasil Peradaban
Islam.
Dalam hal itu Carli Fiorina memaparkan keberhasilan tersebut, “Para arsitek yang
merancang bangunan-bangunan yang mampu melawan gravitasi adalah mereka para
matematikawan yang menciptakan aljabar dan algoritma yang dengan itu komputer
dan enkripsi data dapat tercipta (penulis - komputer, laptop, tablet komputer, telepon
genggam dan penggunaan applikasi algoritma lainnya seperti Google, Facebook, WhatsApp,
Tik Tok, dst). Mereka para dokter yang memeriksa tubuh manusia, dan
menemukan obat baru untuk menyembuhkan penyakit. Mereka para astronom yang
melihat ke langit, memberi nama bintang-bintang, dan membuka jalan bagi
perjalanan dan eksplorasi antariksa” - mereka itu adalah para ilmuan dan penemu
Muslim pada zaman kejayaan Islam di abad tengah.
Bahkan dalam suatu
kesempatan pidatonya Carly Fiorina memuji kontribusi Peradaban Islam abad
tengah kepada masyarakat Amerika modern. mengatakan: “Gift (of Muslim civilizations) are very much
a part of our heritage.” Artinya: “Hadiah (dari peradaban Muslim) sangat
banyak dan telah menjadi bagian dari warisan kita (Amerika) terima.”
George
Sale penulis terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Inggris dari teks asli
Al-Qur’an yang berbahasa Arab yang diberi nama The Koran, terbit tahun
1734, menulis sebagai berikut: “Jika agama dan sistem lembaga sipil dari
bangsa asing (penulis -maksudnya bangsa Arab yang beragama Islam) berguna
sekali untuk diketahui, maka ketahuilah bahwa aturan dan hukum yang dibuat oleh
Muhammad (penulis - berpedoman atau
berasal dari Al-Qur’an) selaku pembuat hukum bagi orang Arab dan pendiri
Imperium (penulis - Madinah yang selanjutnya kelak disebut ‘kekhilafahan’
- union of nations yang
dipimpin oleh seorang Khalifah disebut juga ‘Imam’ atau ‘Amirul Mukminin’), kurang dari satu abad, dengan sendirinya, telah
mampu mengembangkan dan melebarkan wilayahnya lebih besar daripada apa yang
dicapai Imperium (Kekaisaran) Romawi yang dikenal sebagai penguasa dunia.
Dengan itu, mestinya kita melakukan seperti itu pula hendaknya.”
Demikianlah sejarah telah mencatatnya dengan
tinta emas, bahwa perkembangan Islam yang telah membangun peradaban itu tidak
lepas dari rintisan usaha dan kerja keras para sahabat dibawah kepemimpinan Rasulullah Muhammad saw
di Madinah. Kemudian tradisi itu dilanjutkan oleh setiap generasi dalam
pemerintahan yang berdasarkan Ajaran Islam yang dicontohkan Rasulullah saw.
Dan selanjutnya generasi umat Islam berikutnya, dimana saja mereka berada
melestarikan nilai-nilai Ajaran Islam yang sangat menakjubkan George Sale,
penerjemah Al-Qur’an yang memberi penghormatan dan penghargaan tinggi kepada
Rasulullah Muhammad saw dan Kitab Suci Al-Qur’an. Ini suatu fakta
sejarah yang tidak bisa diabaikan begitu saja, seperti apa yang digambarkan
George Sale (1697-1736) pada abad ke-18, ia sendiri sangat terkenal atas buku
terjemahan Al-Qur’an dari bahasa Arab ke dalam bahasa Inggris di tahun 1734.
Selanjutnya Michael H.
Hart (lahir 1932) pada abad ke-20 yang terkenal dengan bukunya ‘The 100: A
Ranking of the Most Influential Persons in History’ yang telah penulis baca
pada tahun 1978 dalam terjemahan bahasa Indonesia yang di beli dari toko buku
Gunung Agung di Jakarta, menempatkan Muhammad (saw) peringkat pertama dari 100 tokoh yang ada dalam daftar buku tersebut
sebagaimana disebutkan oleh Michael H. Hart:
”My choice of Muhammad to lead the list of world’s most
influential persons may surprise some readers and may be questioned by others,
but he was the only man in history who was supremely successful on both the religious and secular levels.”
Artinya: "Pilihan saya atas
Muhammad untuk memimpin daftar orang paling berpengaruh di dunia mungkin
mengejutkan beberapa pembaca dan mungkin dipertanyakan oleh yang lain, tetapi
dia adalah satu-satunya orang dalam sejarah yang sangat sukses baik dalam kapasitasnya sebagai tokoh agama (religious)
dan tokoh keduniaan (secular)."
Demikianlah, mereka
menggambarkan ad-Dīnul Islām yang
dibawa Rasulullah Muhammad saw sebagai
agama kaffah (religious dan secular). Artinya ajaran untuk
sukses hidup di dunia (sebagai intermwdiate
goal - tujuan antara) dan sukses hidup di akhirat (sebagai ultime goal - tujuan akhir), sebagaimana
salah satu doa ’sapu jagat’ menyebutkan dalam al-Qur’an Surat Al-Baqarah 2:201.
Dari para pemikir dan tokoh Barat lainnya seperti Thomas Jefferson (1743- 1826) antara abad ke-18 dan ke-19, dalam sejarahnya yang panjang selalu membela hak-hak Muslim yang berada di Amerika - Thomas Jefferson and the long history of defending Muslims’ rights. Dalam buku Denise A. Spellberg dengan tema “Thomas Jeferson’s: Islam and the Founders”, ia sebagai pengajar sejarah dan studi Timur Tengah di Universitas of Texas, Austin, menuliskan: Bahwa jauh sebelum bangsa Amerika lahir, seorang warga penduduk Amerika dibawah pemerintahan Kolonial Kerajaan Inggris Raya, bernama Thomas Jefferson mencita-citakan berdirinya Negara Amerika dimana warganya bukan saja eks keturunan asal Eropa yang berimigrasi ke benua Amerika Utara, tapi juga disebutkan inklusif (termasuk) Muslim, kendatipun kehadiran Muslim di tanah Amerika ketika itu tidaklah ‘masuk hitungan’ - tidak menentukan dan penuh dengan kontroversial.
Napoleon Bonaparte (1769-1821) abad ke-19 yang menerapkan beberapa pokok-pokok hukum Islam untuk
negaranya yang dikenal dengan nama Napoleon Code.
Nah bagaimanatah dengan kita sendiri sebagai umat Islam sekarang ini? Sementara
orang lain mengakui dan mengagumi serta meneladaninya! Lihat Lampiran-4.
Maka, sungguh benarlah
bahwa ‘peradaban’ yang dibangun dari Ajaran Islam yang dibawa Rasul Allāh
(Rasulullah, Utusan Allah) Muhammad saw sebenarnya telah menghentakkan
kesadaran dunia akan kebaikan dan kedahsyatan Ajaran Islam dan Peradabannya seperti
yang telah disebutkan oleh para cendikiawan dan intelektual Eropa dan Amerika.
Dengan itu jelaslah kini bahwa sebenarnya Islam yang kaffah itu
diturunkan ke dunia sebagai rahmatan lil ‘ālamīn - rahmat bagi
seluruh alam dan manusia. Masya Allah!
Akhirulkalam,
agar mendapat berkahNya, penulis menutupnya dengan memohon doa munajat
kehadiratNya: “Yā Alllāh Ya Tuhan hamba! Perbaiki (pemahaman) agama (ad-Dīn
ul-Islām)
hamba yang menjadi pegangan hidup hamba. Dan perbaiki dunia hamba yang padanya
hamba hidup (selaku pemakmur kehidupan - membangun peradaban - di bumi
sebagaimana firmanMu menyebutkan). Dan perbaiki akhirat hamba
yang menjadi tempat hamba kembali (dengan mendapatkan Surga Firdaus)...” Āmīn, Allāhuma Āmīn. Billāhit
Taufiq wal Hidāyah. □ AFM