PENGANTAR
K
|
eadaan dunia
sekarang perlu disikapi dengan bijak. Manusia
kini sudah berjumlah 7,5 miliar lebih. Kalau tidak ditata dengan baik nafsu egonya
dengan nilai akhlakiyah islamiyah
seperti, “Mana yang baik mana yang tidak, mana yang haq dan mana yang bathil,
mana yang membangun mana yang merusak.” Maka, dunia ini benar-benar akan chaos.
Bahkan kalau pencapaian egonya menggunakan teknologi ‘daya rusak total tidak
manusiawi’ seperti senjata kuman, kimia, nuklir akan menimbulkan nightmare - mimpi buruk yang menjadi
kenyataan. Yaitu hancur lebur seluruh bangunan peradaban termasuk manusianya
yang sudah susah payah dibangun. Tentu ini sangat berlawanan secara diametral
dengan ‘konsep langit’.
Memasuki abad ke-21 dunia ditandai dengan masih adanya kekerasan, tidak ada dialog. Mudah
sekali menggunakan power militer daripada pendekatan 3T1I (Ta’aruf,
Tafahum, Ta’awun dan Itsar). Maka kehadiran ajaran Islam seperti Rasulullah saw lakukan ketika di Yatsrib yang telah
melahirkan Madinah. Yakni, memajukan, memartabatkan, membangun peradaban
yang diatur dalam Piagam Madinah. Maka kesuksesan seperti itu patut diteruskan,
dipelihara dan dikembangkan demi kedamaian dan kesejahteraan hidup sekarang dan
masa mendatang. Selanjutnya, bagi warga muslim setempat dan dunia di millenium
ke-3 ini, sadarilah, bahwa ajaran Islam yang adil dan beradab dalam bersosial
kemasyarakatan dalam bernegara dan antar negara, wajib kita tegakkan sebagai
khalifah-khalifah [1] di bumi.
Adapun perbenturan peradaban (clash
of civilizations) antara Barat dan Islam dalam thesis Huntington,
tidak sesuai dengan ajaran Islam yang mengajarkan ta’aruf (saling
kenal), artinya kemauan orang yang siap hidup bersama dengan orang atau bangsa
lain dalam baik kesamaan maupun ‘perbedaan’.
Sebenarnya, sumber perbenturan menurut
Martha Nussbaum Ph.D., Professor of Law and Ethics University of Chicago ini
adalah pertentangan antara ‘kehendak menguasai’ dengan ‘kehendak
untuk hidup bersama dalam kesetaraan,’ telah menghentakbangunkan kesadaran pacifist
manusia.
Disinilah letak kelemahan formulasikan
Sameul P. Huntington dalam bukunya The Clash of Civilization and the
Remaking of World Order, yaitu adanya peradaban manusia untuk
dipertentangkan (clash) satu sama lainnya. Padahal semestinya dicari
hikmah untuk dapat menegakkan ta’aruf yakni saling mengenal; tafahum yakni
saling memaklumi; ta’awun yakni kerja sama; itsar yakni tidak
saling bertengkar, tidak saling memusuhi, tidak saling memerangi melainkan pacifist.
Perang jangan dijadikan kebiasaan atau satu-satunya pilihan, sebelum ada
dialog.
Pertentangan di millennium ke-3 yang
dihadapi dengan cara militerisme daripada komunikasi, akan sangat berbahaya
bagi kehidupan umat manusia sedunia sekarang dan akan datang. Karena apa?
Karena sangat berpotensi menggunakan senjata kuman, kimia dan nuklir. Artinya,
kiamat dunia (dooms day) terjadi. Mautah kita? [2]
MEMBANGUN PERADABAN DUNIA MILENIUM III
DALAM PRESPEKTIF AJARAN ISLAM
Oleh: A. Faisal Marzuki
PENDAHULUAN
S
|
ejarah selalu menyertai perjalanan
sebuah bangsa, meski pada kenyataannya hanya sebagian kecil saja dari
orang-orang yang menjadi bagian dari bangsa tersebut yang memahami perjalanan
sejarah dari bangsanya. Kenyataan inilah yang menjadi persoalan dihampir semua
negara, yakni banyaknya masyarakat yang kurang memahami sejarah bangsa,
khususnya Islam. Sering muncul yang kedengarannya asing dalam memahami (atau tidak
tahu) ajaran Islam yang sebenarnya, baik oleh orang Islam sendiri, apalagi diluar Islam.
Hal ini sesuai dengan prediksi oleh
Rasulullah saw. Dari Abu Hurairah ra berkata Rasulullah saw
bersabda: “Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan
asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.” [HR Muslim no.
208]
Hadits ini adalah salah satu di antara
tanda-tanda kenabiannya karena mengandung pengabaran tentang sesuatu yang akan
terjadi. Dimana Nabi saw mengabarkan bahwa sebagaimana Islam awalnya
datang dalam keadaan asing di kalangan kaum musyrikin Makkah, maka demikian
pula dia akan kembali menjadi asing, terutama dalam mengetengahkan kebaikan
ajaran Islam seperti yang akan dipaparkan berikut ini. Bahkan di kalangan
penganutnya sendiri kurang percaya diri, kurang mengetahui sejarah dunia Islam
secara menyeluruh, kurang paham kebenaran Kitab Suci Al-Qur’an secara kaffah.
Boleh jadi perasaan itu ada karena
stigma ‘keterjajahan’, ‘ketertinggalannya’, label teroris, ‘fundamentalis’,
termasuk pelecehan dan penghinaan Al-Qur’an dan Nabi Muhammad saw
melalui berita yang masif dan sistemik atas nama kebebasan (baca kekuasaan atau
supremasi). Ketika Islam dikabarkan akan menjadi asing itu bukan berarti segala
kebaikan ajaran Islam yang sebenarnya boleh disangkal. Tidak! Hadits ini
membelanya dengan menunjukkan keutamaan dan kejujuran ‘orang terasing’ yang
tetap berpegang teguh kepada ajaran-Nya. Hadits ini juga tidak menunjukkan
‘orang terasing’ ini akan mendapatkan kesempitan dan kejelekan di dunia
dikarenakan ‘keterasingannya’, akan tetapi justru hadits ini menunjukkan
bahwa dia adalah manusia yang paling diharapkan membawa kebaikan dan kemajuan,
sebagaimana disebutkan di akhir hadits, “Maka beruntunglah orang-orang yang
terasingkan itu.” Yaitu posisi dirinya sama persis dengan pendahulu umat
ini yang mengikuti ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw pertama
kali muncul dianggap asing oleh manusia, tapi kemudiannya berhasil membangun
peradaban dunia.
MAKNA,
FAKTOR, WUJUD DARI PERADABAN
M
|
akna dari
peradaban sebagai berikut: 1. Persamaan yang lebih luas dari istilah budaya; 2.
Untuk memperlihatkan keunggulan dari kelompok tertentu; 3. Perbaikan pemikiran
atau cara pandang, tata krama, atau rasa; 4. Tingkat pencapaian manusia dan
penyebarannya (peradaban global); 5. Upaya manusia untuk memakmurkan bangsa dan
kehidupannya; 6. Membangun, mendirikan kota, memajukan,
memurnikan dan memartabatkan.
Faktor dalam sebuah peradaban setidaknya akan dilepaskan dari 4
faktor yang menjadi tonggak berdirinya sebuah peradaban, yaitu: 1. Adanya
sistim Pemerintahan; 2. Adanya sistim Ekonomi; 3. Adanya Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi serta Sistim Sosial; 4. Adanya sistim Pandangan Hidup yang integral.
Wujudnya dari peradaban adalah
berkembangnya ilmu pengetahuan seperti fisika, kimia, matematika, algoritma,
aljabar, biologi, astronomi, optic, kedokteran, kosmologi, teknologi,
arsitektur, sosiologi, psikologi, ekonomi dst. Namun ilmu pengetahuan tidak
mungkin hidup tanpa adanya komunitas yang aktif mengembangkannya, artinya
tergantung dari kebiasaan dan pandangan hidupnya.
Peradaban
timbul
dimulai dari suatu ‘komunitas kecil’ dan ketika komunitas itu membesar maka
akan lahir peradaban. Komunitas itu biasanya muncul di perkotaan atau bahkan
membentuk suatu kota. Dari kota itulah akan terbentuk masyarakat yang memiliki
berbagai kegiatan kehidupan yang daripadanya timbul suatu sistem kemasyarakatan
dan akhirnya lahirlah suatu Negara, sebagaimana Yatsrib menjadi kota Madinatur
Rasul yang kemudian disebut Madinah yang maju karena berperadaban. Tanda-tanda lahir
dan hidupnya suatu peradaban di
antaranya adalah berkembanganya teknologi, kegiatan ekonomi, pendidikan, berakhlakiyah
(berkarakter dan bermoral integritas).
LAHIRNYA PERADABAN ISLAM
K
|
hususnya dalam peradaban Islam yang lahir
di abad tengah dimotivasi oleh pandangan hidup atau worldviewnya, yaitu
manusia diciptakan untuk beribadah kepada-Nya dengan peran sebagai
khalifah-khalifah pemakmur bumi. Hal inilah yang membuat peradaban Islam lebih
maju ketimbang peradaban-peradaban lainnya. Dari Ibadah Shalat saja melahirkan
pengembangan ‘komputer mekanikal’ Astrolabe (al-usthurlāb), karena Islam
telah menyebar dari jazirah Arab ke Timur Tengah, India, Afrika Utara, Eropa,
perlu Astrolabe (dan Rubu’ Mujayyab) alat astronomi yang digunakan sebagai
penentu waktu shalat, arah kiblat shalat, bahkan kompas untuk pelayaran ke
seentero daerah Muslim.
Salah satu berhasilnya Christopher
Columbus sampai ke benua Amerika adalah dari pelaut Al-Andalus yang
turut serta dalam pelayaran para pelaut Spanyol dan Portugal dalam
pengembaraannya ‘menemukan’ Benua Amerika. Tugas utama pelaut ini sebagai
navigator kapal. Mereka sebelumnya telah terlatih baik sebagai navigator Al-Andalus,
semenanjung Iberia, Eropa, yang kini terdiri dari negeri Portugal dan negeri Spanyol.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang bertalian
dengan astrononi (ilmu falaq) memberi asupan ide kepada kaum muslimin untuk
mempelajarinya, maka penggunaan astrolabe yang lebih luas lagi adalah seperti
(1) mengetahui zodiak tertentu serta skala peredarannya, (2) mengukur
ketinggian matahari, (3) mengetahui posisi planet yang tidak terlihat, 4)
mengetahui zenit matahari pada siang hari dan planet-planet pada malam hari,
(5) kompas, (6) menentukan Lintang dan Bujur suatu tempat, (7) menentukan
ketinggian suatu benda diantara dua tempat yang berbeda, (8) mengetahui posisi
bulan pada zodiak tertentu, (9) mengetahui arah Timur dan Barat. Bahkan
memberikan nama-nama ribuan bintang seperti antara lain: Aldebaran
(Al-Dabaran), Alnitak (Al-Nitaq), Betelguese (Yad al-Jauza’), Furud (Al-Furud).
Nama arah benda angkasa dari pengamat seperti Azimuth dan Nadir, dst, berasal
dari kosa kata bahasa Arab.
Meskipun dalam paradaban Islam struktur
organisasi dan bentuknya secara material berbeda-beda, namun prinsip-prinsip
dan nilai-nilai asasinya adalah satu dan permanen. Prinsip-prinsip itu adalah:
1. Ketaqwaan kepada Tuhan (taqwa); 2. Keyakinan kepada keesaan Tuhan (tauhid);
3. Supremasi kemanusiaan di atas segala sesuatu yang bersifat material; 4.
Pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dan penjagaan dari keinginan yang bersifat
hewani; 5. Penghormatan terhadap keluarga; 6. Menyadari fungsinya sebagai
khalifah Allah di Bumi berdasarkan petunjuk dan perintah-Nya.
Kemajuan yang dilakukan dalam
pemerintahan Islam Al-Andalus seperti di wilayah atau kota Cordoba di abad tengah adalah: Setengah juta penduduk,
tinggal di rumah-rumah yang baik sebanyak 113 ribu rumah. Ada 700 masjid dan
300 pemandian umum yang tersebar di seluruh kota dan di 21 pinggiran kota lainnya. Jalan-jalan
beraspalbatu yang diterangi lampu. Rumah-rumah memiliki balkon marmer, untuk
musim panas.
Saluran udara
panas di bawah lantai mosaik, untuk musim dingin. Mereka menghiasi tamannya
dengan air mancur buatan. Dihiasi pula di sekitarnya pertamanan yang indah.
Kertas sebagai bahan untuk menulis atau membuat buku cukup banyak. Toko-toko
buku dimana-mana. Perpustakaan lebih dari 70 banyaknya. Penduduk
berpenghasilan tinggi di tengah masyarakat yang sophisticated
(berperadaban tinggi), toleran terhadap agama-agama dan asal suku bangsa.
Sementara itu toleransi tidak pernah terdengar di bagian Eropa lainnya. Tapi di
Spanyol Islam Al-Andalus, ribuan orang Yahudi dan Kristen hidup dalam
damai dan harmoni bersama ‘tuan’ Muslim mereka. Masyarakat memiliki pengetahuan
yang baik disamping pengetahuan agama. Ekonomi atau kesejahteraan mereka tak
tertandingi selama berabad-abad. Memang dari orang-orang yang
sebenar-benarnya beriman dan beramal shaleh
mempunyai kekuatan dahsyat berupa double impact yaitu mendapat
kebaikan hidup di Dunia dan kebaikan hidup di Akhirat. Di Akhirat mendapat
surga karena beriman dan melakukan kebajikan di Dunia.
Adapun kebajikan
di dunia itu adalah sbb: 1) Beriman dan beribadah shalat ini menumbuh suburkan manusia
sebagai pemakmur bumi dengan moral integritas (akhlakiyah), [3] motivasi, visi dan misi yang diperlukan dalam membangun
peradaban; 2) Memiliki sains dan teknologi; 3) Memiliki Cendikiawan, Ilmuan,
Ulama (Scholar), Teknokrat, Kewirausahaan, Tenaga Manajerial dan Tenaga
Akhli; 4) Memiliki Pemerintah (ulil amri) yang jujur, adil, dan amanah;
5) Merekat berbagai ragam suku-suku bangsa, bahasa, warna kulit, dan agama
dengan konsep 3T1I. Yaitu: Ta’aruf, Saling kenal baik kekurangannya
maupun kelebihannya dengan toleran; Tafahum, dari saling kenal ini
saling memahami satu sama lain; Ta’awun, mengadakan kerjasama bisa dalam
suasana persamaan dan perbedaan; dan Itsar, saling memaklumi jika ada
perbedaan dan tidak saling bertengkar atau bertindak pisik seperti teror baik
pisik maupun mental, maupun perang. Dengan landasan kelima komponen kebajikan
tersebut, maka bangunan peradaban masyarakat dunia yang aman, adil, damai, dan
sejahtera dengan signifikan dapat dicapai. Oleh karena itu para sarjana Muslim
kontemporer umumnya menerima pendapat bahwa dīnulLāh (agama-Nya) adalah
asas peradaban, menolak dīnulLāh (agama-Nya) adalah suatu kejahiliyahan
(kebiadaban).
Ayat-ayat Al-Qur’an yang memotivasi bangunnya peradaban Islam
●“Kamu (umat
Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (karena kamu) menyuruh
(berbuat) yang baik (agent of development, ma’ruf) dan mencegah (agent of
change) dari yang buruk (munkar), dan beriman kepada Allah.” [4]
●“Dan sungguh,
telah Kami tulis di dalam Zabur (Kitab para nabi yang terdahulu), setelah
(tertulis) di dalam Adz-Dzikir (Lauh Mahfuz), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh
hamba-hamba-Ku yang shaleh.” [6]
Ciri-ciri orang yang shaleh itu adalah berakhlakiyah
Ciri-cirinya moral dan integritas dalam
ajaran Islam yang terdapat dalam al-Qur’an sebagai kumpulan-kumpulan dari
firman-firman Allah swt:
●“Berbuat baiklah (kepada orang lain dan lingkungan)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di bumi. Sungguh Allah tidak menyukai kerusakan.” [QS Al-Qashash
28:77]
●“Sembahlah Allah dan jangan kamu persekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada: Kedua orang tua; Karib
kerabat; Anak yatim; Orang miskin; Tetangga dekat; Tetangga Jauh; Teman
sejawat; Ibnu Sabil; Hamba sahayamu.” [QS An-Nisa’ 4:36]
●“...Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan taqwa dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan...” [QS Al-Mā’idah 5:2]
●“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah
timur dan ke barat, tetapi kebajikan ialah (kebajikan) orang-orang yang beriman
kepada Allah, Hari Akhir, malaikat kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberi
(bantuan) harta yang dicintainya kepada (yang membutuhkan yaitu) kerabat, anak
yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir),
peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat
dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan
orang-orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan masa peperangan.
Mereka itulah orang-orang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. [QS
Al-Baqarah 2:177]
●Sungguh Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia
hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah yang sebaik-baik yang
memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. [QS An-Nisā’ 4:58]
●Wahai orang-orang yang beriman! Taati Allah dan taati
Rasul (Muhammad) dan Ulil Amri (Pemegang Kekuasaan) di antara kamu. Kemudian
jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu kembalikan kepada Allah (Al-Qur’an)
dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada kepada Allah dan Hari Kemudian.
Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [QS An-Nisā’ 4:59]
●Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai
penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan jangan
kebencianmu kepada suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada taqwa. Dan betaqwalah kepada
Allah, sungguh, Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan. [QS Al-Mā’idah 5:8]
Buah akhlakiyah (moral dan
integritas) yang membentuk peradaban sebagaimana Islam mengajarkannya, dapat digambarkan aplikasinya dari
kisah dan pandangan non-muslim terhadap ajaran Islam serta terhadap Nabi saw
sebagai berikut:
●Kisah Khalifah dan Warganya.
Sebuah baju besi
milik Khalifah Ali bin Abi Thalib ra terjatuh dari untanya dan dipungut
oleh seorang Yahudi. Ali yang tidak lupa ciri-ciri baju besinya melihat baju
besi itu yang ada di tangan orang itu dan memintanya kembali. Sayangnya,
orang Yahudi ini tidak mau mengembalikan baju besi itu. Ia tetap bersitegang
mengaku bahwa baju itu miliknya. Dicapailah kesepakatan di antara mereka agar
diselesaikan di pengadilan. Di sana, akan diputuskan siapa yang berhak atas
kepemilikan baju besi tersebut.
Syuraih adalah seorang hakim muslim
terkenal yang akan mengadili perkara tersebut. Ali bin Abi Thalib ra yang pada saat itu menjadi
Amirul Mukminin (Kepala Pemerintahan), datang ke persidangan, begitu pula orang
Yahudi warga Madinah ini.
Setelah mendengar argumen kedua belah
pihak yang bertikai, hakim Syuraih berkata kepada Ali: Untuk menguatkan
tuntutan anda, bawalah dua orang saksi yang benar-benar bisa memberi keterangan
meyakinkan bahwa baju besi ini memang milik Anda. Ali as pun akhirnya mengajukan
pembantunya bernama Qundur, dan puteranya Hasan. Hakim Syuraih berkata: Saya
bisa menerima kesaksian Qundur, tetapi tidak bisa menerima kesaksian Hasan
karena Hasan adalah putra Anda. Ali berkata: Tidakkah engkau mendengar bahwa
Rasulullah saw pernah bersabda Hasan dan Husein adalah penghulu di
Surga. Dengan suara yang lembut tapi penuh wibawa, Syuraih menjawab: Ya, memang
benar, tapi saya tetap tidak bisa menerima kesaksiannya (dianggap bias). Dan
Syuraih tetap dengan pendiriannya, tidak dapat menerima kesaksian yang diajukan
Ali ra.
Diputuskanlah oleh Syuraih bahwa baju
besi itu adalah milik orang Yahudi. Ia memenangkan orang Yahudi itu atas Amirul
Mukminin Ali bin Abi Thalib ra sebab bukti-bukti menunjukkan demikian.
Ali menerima keputusan itu dengan lapang hati dan ia menyadari bahwa ia tidak
dapat menghadirkan saksi untuk memperkuat tuntutannya itu.
Melihat jalannya persidangan dan adegan
yang mengharukan itu, begitu lapang hatinya Ali walaupun sebagai penguasa
menerima keputusan hakim Syuraih. Orang Yahudi itu pun lalu berkata kepada
majelis persidangan: Sesungguhnya baju besi ini benar-benar milik Amirul
Mukminin. Aku memungutnya sewaktu baju itu terjatuh dari untanya. Ali terkejut.
Tapi orang Yahudi itu meneruskan ucapannya dengan membaca dua kalimat syahadat.
Dari peristiwa yang baru saja dialaminya itulah, orang Yahudi tersebut malah
mendapatkan hidayah dari Allah swt. Karena menerima keadilan Islam.
Tatkala Ali mendengar orang Yahudi itu membaca syahadat, dengan segera pula ia
menyatakan: Kalau begitu baju besi ini kuhadiahkan kepadamu. Selain itu, Ali
juga memberi hadiah kepada pria Yahudi itu uang sebanyak 900 dirham atas
kejujuran pengakuannya itu.
●Kisah lain adalah di
masa perang Khandaq.
Umat Islam pernah ditantang perang
tanding satu lawan satu oleh Amr bin Abd Wad al-Amiri, dedengkot musyrikin
Quraisy yang sangat ditakuti. Nabi bertanya kepada para sahabat tentang siapa
yang akan memenuhi tantangan ini. Para sahabat terlihat gentar. Nyali mereka
surut. Dalam situasi ini Ali bin Abi Thalib ra maju, menyanggupi ajakan
Amr bin Abd Wad. Melihat Ali yang masih terlalu muda, Nabi saw lantas
mengulangi tawarannya kepada para sahabat. Hingga tiga kali, memang hanya Ali
yang menyatakan berani melawan jawara Quraisy itu.
Amr bin Abd Wad menanggapinya dengan
tertawa meng-ejek. Namun faktanya, selama perkelahian posisi Amr bin Abd Wad
selalu terpojok di tangan Ali. Akhirnya paha kekarnya Amr bin Abd Wad pun kena
telak dari ayunan pedang Ali, Amr bin Abd Wad tumbang ke tanah. Kemenangan Ali
sudah di depan mata. Hanya dengan sedikit gerakan saja, nyawa musuh dipastikan
melayang. Dalam situasi terpojok Amr bin Abd Wad masih menyempatkan diri
membrontak dan tiba-tiba ia meludahi wajah Ali. Menanggapi hinaan ini, Ali
justru menyingkir dan mengurungkan niat membunuh hingga beberapa saat. Saat dia
meludahi wajahku, aku marah. Aku tidak ingin membunuhnya lantaran amarahku. Aku
tunggu sampai lenyap kemarahanku dan membunuhnya semata karena Allah swt,”
kata Ali menjawab kegelisahan sebagian sahabat atas sikapnya.
Meskipun Amr bin Abd Wad akhirnya gugur
di tangan Ali, proses peperangan ini memberikan beberapa pelajaran. Perjuangan
dan pembelaan Islam harus didasarkan pada ketulusan iman, bukan kebencian dan
kemarahan. Sahabat Rasulullah saw yang kelak menjadi khalifah keempat ini
juga menjernihkan bahwa spirit ketuhanan adalah satu-satunya landasan,
mengalahan nafsu keinginan di balik ego pribadi dan golongan.
●Kisah
keadilan bagi semua golongan.
Sejak diangkat menjadi gubernur Mesir
oleh Khalifah Umar bin Khattab, Amr bin Ash menempati sebuah istana megah yang
di depannya terhampar sebidang tanah kosong berawa-rawa, dan diatasnya hanya
terdapat sebuah gubuk reyot yang hampir roboh. Selaku gubernur, ia menginginkan
agar di atas tanah tersebut, didirikan sebuah masjid yang indah dan mewah agar
seimbang dengan istananya. Apalagi Amr bin Ash tahu bahwa tanah dan gubuk itu
ternyata milik seorang warga Yahudi. Maka Yahudi kakek tua pemilik tanah itu
dipanggil menghadap istana untuk merundingkan rencana Gubernur Amr bin Ash.
Dalam pertemuan itu Gubernur ingin
membeli tanah milik seorang Yahudi, sekalian gubuknya. Gebernur menawarkan
harga diatas harga normal, dengan harapan Yahudi tersebut mau menjualnya.
Dengan tanah ini gubernur hendak membangun masjid diatasnya. Namun warga
pemilik tanah ini enggan menjualnya. Karena gubernur menginginkan sekali tanah
tersebut, tawarannya dinaikkan beberapa kali lipat. Namun warga pemilik tanah
ini tetap tidak mau menjualnya. Berungkali gubernur menaikkan harga tawarannya
namun warga Yahudi ini menggelengkan kepalanya, “Tidak akan saya jual, Tuan.”
Walaupun didesak berulang-ulang kali, tetap tidak mau menjualnya.
Maka sepeninggal kakek beragama Yahudi
itu, Amr bin Ash memutuskan melalui surat untuk membongkar gubuk reyotnya dan
mendirikan masjid besar di atas tanahnya dengan alasan kepentingan bersama dan
memperindah pemandangan daerah sekitarnya. Yahudi pemilik tanah dan gubuk tidak
bisa berbuat apa-apa menghadapi tindakan penguasa. Ia cuma mampu menangis dalam
hati. Namun ia tidak putus asa memperjuangkan haknya. Ia bertekad hendak
mengadukan perbuatan gubernur tersebut kepada atasannya di Madinah, yaitu
Khalifah Umar bin Khattab.
Sungguh ia tak menyangka, Khalifah yang
namanya sangat tersohor itu tidak mempunyai istana yang mewah. Ia bahkan
diterima Khalifah di halaman masjid Nabawi, di bawah sebatang pohon kurma yang
rindang.
“Ada keperluan apa Tuan datang
jauh-jauh kemari dari Mesir?” Tanya Khalifah Umar. Yahudi tua itu gemetaran berdiri di depan
Khalifah, tetapi kepala negara yang bertubuh tegap itu menatapnya dengan
pandangan sejuk membuatnya percaya diri sehingga dengan lancar ia dapat
menyampaikan keperluannya. Yahudi tua ini menuturkan keadaan dirinya, yaitu
dari semenjak kerja kerasnya seumur hidup untuk dapat membeli tanah dan
membangun gubuk kecil tempat tinggalnya, sampai perampasan hak miliknya oleh
gubernur Amr bin Ash dan dibangunnya masjid megah diatas tanah miliknya.
Mendengar kisah itu, Umar bin Khattab
mendadak merah padam mukanya. Dengan murka ia berkata, “Perbuatan Amr bin Ash
sudah keterlaluan.” Sesudah agak reda emosinya, Umar lantas menyuruh Yahudi
tersebut mengambil sebatang tulang dari tempat sampah yang teronggok di
dekatnya. Yahudi itu ragu melakukan perintah tersebut. Apakah ia salah
dengar? Tapi karena saking wibawanya khalifah Umar, apa yang dikatakannya
ia lakukan. Dan kemudian tulang itu diambil dan diserahkan ke pada beliau.
Oleh Khalifah, tulang itu digoreti huruf
alif lurus dari atas ke bawah, lalu dipalang di tengah-tengahnya menggunakan
ujung pedangnya. Kemudian tulang itu diserahkan kepada si kakek seraya
berpesan, “Tuan, bawalah tulang ini baik-baik ke Mesir, dan berikanlah pada
gubernurku Amr bin Ash.”
Yahudi itu semakin bertanya-tanya. Ia
datang jauh-jauh dari Mesir dengan tujuan memohonkan keadilan kepada kepala
negara, namun apa yang ia peroleh? Sebuah tulang, berbau busuk lagi. Kemudian
tulang itu cuma digoret-goret dengan ujung pedang. Apakah Khalifah Umar tidak
waras? Hatinya berkata seperti itu, karena tidak mengerti apa maksud dari
Khalifah.
Kemudian kakek ini berkata: “Maaf, Tuan
Khalifah.” Ucapnya tidak puas. “Saya datang kemari menuntut keadilan, namun
bukan keadilan yang Tuan berikan. Melainkan sepotong tulang yang tak berharga.
Bukankah ini penghinaan atas diri saya?” Mendengar perkataan itu Umar tidak
marah. Ia meyakinkan dengan penegasannya, “Wahai, kakek Yahudi. Pada tulang
itulah terletak keadilan yang Tuan inginkan.”
Maka, walaupun sambil mendongkol dan mengomel
sepanjang jalan, kakek Yahudi itu lantas berangkat menuju tempat asalnya dengan
berbekal sepotong tulang belikat unta. Anehnya, begitu tulang yang tak
bernilai tersebut diterima oleh gubernur Amr bin Ash, tak disangka mendadak
tubuh Amr bin Ash menggigil dan wajahnya menyiratkan ketakutan yang amat
sangat. Seketika itu pula ia memerintahkan segenap anak buahnya untuk
merobohkan masjid yang baru siap, dan supaya dibangun kembali gubuk milik kakek
Yahudi serta menyerahkan kembali hak atas tanah tersebut.
Anak buah Amr bin Ash sudah berkumpul
seluruhnya. Masjid yang telah memakan dana besar itu hendak dihancurkan.
Tiba-tiba kakek Yahudi mendatangi gubernur Amr bin Ash dengan terburu-buru.
“Ada perlu apalagi, Tuan?” tanya Amr bin Ash. Kali ini berubah sikap menjadi lembut dan penuh
hormat. Dengan masih terengah-engah, Yahudi itu berkata, “Maaf, Tuan.
Jangan dibongkar dulu masjid itu. Izinkanlah saya menanyakan perkara pelik yang
mengusik rasa penasaran saya.” “Perkara yang mana?” tanya gubernur, tidak
mengerti maksud kakek itu. “Apa sebabnya Tuan begitu ketakutan dan menyuruh
untuk merobohkan masjid yang dibangun dengan biaya yang sungguh sangat besar
sekali, hanya lantaran menerima sepotong tulang dari Khalifah Umar?”
Gubernur Amr bin Ash berkata
pelan,”Wahai kakek Yahudi! Ketahuilah, tulang itu adalah tulang biasa, malah
baunya busuk. Tetapi karena dikirimkan Khalifah, tulang itu menjadi peringatan
yang amat tajam dan tegas dengan dituliskannya huruf alif yang dipalang di
tengah-tengahnya.” “Maksudnya?” tanya si kakek makin keheranan.
“Tulang itu berisi ancaman Khalifah
kepada Amr bin Ash. Ingatlah kamu. Siapapun engkau sekarang, betapapun
tingginya pangkat dan kekuasaanmu, suatu saat nanti kamu pasti akan berubah
menjadi tulang yang busuk. Karena itu, bertindak adillah kamu seperti huruf
alif yang lurus, adil di (ke)atas dan di (ke)bawah, Sebab, jika engkau tidak
bertindak lurus, kupalang di tengah-tengahmu, kutebas batang lehermu (artinya
peringatan keras).”
Yahudi itu menunduk terharu, karena ia
mengerti sekarang apa yang dimaksud
khalifah memberikan tulang yang telah digores itu kepada gubernur.
Dengan itu, ia kagum atas sikap khalifah yang tegas, dan sikap gubernur yang
patuh dengan atasannya hanya dengan menerima sepotong tulang. Benda yang rendah
itu berubah menjadi putusan hukum yang ‘keramat’ dan ditaati di tangan para
penguasa yang beriman. Maka Kakek Tua Yahudi itu kemudian menyerahkan tanah dan
gubuknya sebagai wakaf. Setelah kejadian itu, ia langsung menyatakan masuk
Islam.
●Semasa Pemerintahan
Islam di Spanyol.
Penduduk berpenghasilan tinggi ditengah
masyarakat yang berperadaban tinggi.
Toleran terhadap agama-agama dan asal suku bangsa. Orang Yahudi, Kristen dan
Muslim hidup dalam damai dan harmonis. Masyarakat memiliki pengetahuan yang
baik disamping pengetahuan agama. Ekonomi kesejahteraan mereka tak tertandingi
selama berabad-abad. Tidak ada paksaan dalam beragama bagi non Muslim untuk
menjadi Muslim.
Kesan-kesan
orang diluar Islam tentang ajaran Islam dan
Nabi Muhammad saw.
Pengakuan Alphonse Marie de Prat de Lamartine
(1790-1869). Ia seorang penulis, penyair, dan politisi menulis buku
bertajuk “Histoire De La Turquie”, Paris, 1854, Vol. II, pp 276-277:
“Dunia telah menyaksikan banyak pribadi-pribadi agung. Namun, dari orang orang
tersebut adalah orang yang sukses pada satu atau dua bidang saja misalnya agama
atau militer. Hidup dan ajaran orang-orang ini seringkali terselimuti kabut
waktu dan zaman.
Begitu banyak spekulasi tentang waktu
dan tempat lahir mereka, cara dan gaya hidup mereka, sifat dan detail ajaran
mereka, serta tingkat dan ukuran kesuksesan mereka sehingga sulit bagi manusia
untuk merekonstruksi ajaran dan hidup tokoh-tokoh ini.
Tidak demikian dengan orang ini.
Muhammad (saw) telah begitu tinggi menggapai dalam berbagai bidang pikir
dan perilaku manusia dalam sebuah episode cemerlang sejarah manusia. Setiap
detil dari kehidupan pribadi dan ucapan-ucapannya telah secara akurat
didokumentasikan dan dijaga dengan teliti sampai saat ini. Keaslian ajarannya
begitu terjaga, tidak saja oleh karena penelusuran yang dilakukan para pengikut
setianya tapi juga oleh para penentangnya.
Muhammad adalah seorang agamawan,
reformis sosial, teladan moral, administrator massa, sahabat setia, teman yang
menyenangkan, suami yang penuh kasih dan seorang ayah yang penyayang, semua
menjadi satu. Tiada lagi manusia dalam sejarah melebihi atau bahkan menyamainya
dalam setiap aspek kehidupan tersebut - hanya dengan kepribadian seperti dialah
keagungan seperti ini dapat diraih.”
Sir George Bernard Shaw (1856-1950)
adalah seorang dramawan
Irlandia, kritikus dan polemik yang pengaruhnya terhadap teater, budaya dan
politik Barat yang berkembang dari tahun 1880 sampai kematiannya dan seterusnya.
Dalam The Genuine Islam,’ Vol. 1, No. 8, 1936 mengatakan: ”Saya
senantiasa menghormati agama Muhammad karena potensi yang dimilikinya. Ini
adalah satu-satunya agama yang bagi saya memiliki kemampuan menyatukan dan
merubah peradaban. Saya sudah mempelajari Muhammad sesosok pribadi agung yang
jauh dari kesan seorang anti kris-tus, dia harus dipanggil ’sang penyelamat
kemanusiaan’.
Saya yakin, apabila orang semacam
Muhammad memegang kekuasaan tunggal di dunia modern ini, dia akan berhasil
mengatasi segala permasalahan sedemikian hingga membawa kedamaian dan
kebahagiaan yang dibutuhkan dunia.
Ramalanku, keyakinan yang dibawanya
akan diterima Eropa di masa datang dan memang ia telah mulai diterima Eropa
saat ini. Dia adalah manusia teragung yang pernah menginjakkan kakinya di bumi
ini.
Dia membawa sebuah agama, mendirikan
sebuah bangsa, meletakkan dasar-dasar moral, memulai sekian banyak gerakan
pembaruan sosial dan politik, mendirikan sebuah masyarakat yang kuat dan
dinamis untuk melaksanakan dan mewakili seluruh ajarannya, dan ia juga telah
merevolusi pikiran serta perilaku manusia untuk seluruh masa yang akan datang.
Dia adalah Muhammad (saw). Dia
lahir di Arab tahun 570 masehi, memulai misi mengajarkan agama kebenaran, Islam
(penyerahan diri pada Tuhan) pada usia 40 tahun, dan meninggalkan dunia pada
usia 63 tahun.
Sepanjang masa kenabiannya yang pendek
(23 tahun) dia telah merubah Jazirah Arab dari paganisme dan pemuja makhluk
menjadi para pemuja Tuhan yang Esa, dari pepe-rangan dan perpecahan antar suku
menjadi bangsa yang bersatu, dari kaum pemabuk dan pengacau menjadi kaum
pemikir dan penyabar, dari kaum tak berhukum dan anarkis menjadi kaum yang
teratur, dari kebobrokan kekeagungan moral. Sejarah manusia tidak pernah
mengenal tranformasi sebuah masyarakat atau tempat sedahsyat ini dan bayangkan
ini terjadi dalam kurun waktu hanya sedikit di atas dua decade.”
KESIMPULAN
S
|
ungguh ajaran Islam dan kisah-kisah
diatas adalah tentang pengharapan, kelapangan dada, perasaan mengharapkan
penyelesaian hidupnya di tangan orang-orang muslim yang bisa dipercaya. Menjadi
seorang muslim harus bisa menjadi pusaran pengharapan, bagi diri sendiri, orang
lain, lingkungan dan alam semesta. Bukan menjadi pusaran kecemasan dan
ketakutan. Rasulullah saw bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang
paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” Dalam hadist lain beliau juga
bersabda: “Orang muslim ialah orang, yang darinya orang lain selamat dari
lisan dan tangannya.”
Sungguh demikianlah akhlakiyah dan
karya-karya warga serta pemimpin pemerintahan Islam kepada warganya yang
mendapat keadilan dan kesempatan berkarya sebagaimana mestinya dalam wujud dari
peradaban yang dibangun oleh ibadah shalat lima waktu yang diajarkan Islam itu.
Boleh jadi suatu barang langka yang
dapat ditemui di awal mellinnium ke-3 ini, khususnya mengenai penegakan
keadilan dalam pemerintahan abad ke-21 ini. Di sebahagian dunia warganya
diperlakukan sekendak hatinya saja. Apalagi bukan golongannya, bukan
pendukungnya dan tidak berbuat bagi rakyatnya. Asas mengejar power dan
materi menjadi kuat, asas ruhaniah akhlakiyah menjadi lemah. “Yang Kuat
menggunakan dan memamerkan kekuatannya, dan yang lemah mau dibuat seperti
kerbau dicucuk hidungnya”. Dibawah kondisi seperti itu, walaupun Naga Super
Power berjaya menghantam habis-habisan cacing-cacing itu, namun
cacing-cacing baru timbul lagi. Alih-alih selesai (sementara) konflik, yang
terjadi adalah terbentuknya vicious cycle. Yaitu yang tadinya
kalah memerangi yang tadinya menang. Perang sudah menjadi kebiasaan dan
pandangan hidup. Dengan itu, dunia tidak pernah damai dan tidak pula pernah
aman. Malah bayangan menakutkan dari perang kuman, kimia, nuklir dan senjata
mematikan lainnya akan tiba, siap memusnahkan peradaban (kehidupan) manusia.
PENUTUP
D
|
emikianlah kisah perjalanan hidup
manusia era abad tengah - the golden ages
of Islam sampai dengan sekarang - sekularisme produk post abad tengah
Eropa. Dengan itu, menyadarkan kita dan dunia bahwa yang sebenar-benarnya
ajaran Islam itu adalah rahmat bagi alam semesta, sebagaimana diuraikan
sebelumnya.
Artinya, ajaran Islam adalah bagian
dari solusi yang membawa era baru peradaban dunia di milenium ke-3 ini. Dunia
sungguh perlu konsep hidup berbangsa dan antar bangsa 3T1I ajaran Islam [7]
yang menjadikan hidup di dunia damai, aman, adil dan makmur. Allāhu
a’lam Bishshawab, BilLāhit Taufiq
wal Hidayah.
□ AFM
CATATAN KAKI
[1] Wahuwal ladzī ja’alakum
khalāifal ardhi. Dan Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah (para
mandataris-Nya) di bumi [QS Al-An’ām 6:165]
[2]
https://afaisalmarzuki.blogspot.com/2016/02/menguji-clash-of-civilizations-samuel-p.html
[3]
“Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlak (budi pekerti)
yang baik. [HR Al-Bukhari]
[4]
QS Āli-’Imrān 3:110
[6]
QS Al-Anbiyā’ 21:105
[7]”Wahai manusia!
Sungguh, Kami (Allah) telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu ’saling mengenal’ (lita’ārafū - ta’aruf > tafahum > ta’awun >
itsar). Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang
paling bertaqwa.” [QS Al-Hujarāt 49:13].
Ayat ini dibacakan
(berikut terjemahan bahasa Inggris) setelah upacara pelantikan Presiden Donald
Trump, Januari 2017, oleh salah satu imam mesjid di Metropolitan Washington DC
area. Ini merupakan upaya dakwah umat muslim di Amerika. □□