MISI AJARAN ISLAM
Oleh: Ahmad Faisal Marzuki
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” [QS. Al-Anbiyā, 21:107].
"Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebail-baiknya, kemudian Kami kembalikan ketempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka mereka akan mendapat pahala yang tidak tidak ada putus-putusnya." [QS At-Tīn 95:4-6]
I. PENDAHULUAN
I
|
Islam adalah agama yang sempurna dan universal,
ia berlaku sepanjang masa, kapanpun dan di manapun - al-Islām shālih li kul zamān wa al-makān, Islam berlaku untuk
semua orang - baik setempat, regional maupun dunia. Dalam agama Islam terdapat
ajaran-ajaran yang dapat mengantarkan manusia menuju kehidupan yang lebih baik.
Karena Islam diturunkan bukan hanya sebagai pelengkap hidup manusia saja tetapi
juga mengemban misi untuk mengantarkan manusia menuju kebahagiaan hidup baik di
dunia maupun di ahirat.
Islam adalah agama samawi (langit) yang
diturunkan Allah swt melalui utusanNya Muhammad saw. Islam merupakan Agama
yang menjadi “rahmat bagi seluruh alam”. Namun di zaman sekarang ini sebahagian
besar orang-orangnya baik muslim maupun non-muslim belum paham atau tidak mengerti akan pengertian, karakteristik,
dan misi Islam itu sendiri. Dengan itu banyak orang-orang yang mengatasnamakan
Islam untuk kepentingan pribadi, kelompok dan partainya. Bahkan yang paling
ekstrim adalah yang mengatas namakan Islam - tidak mengerti Ajaran Islam yang sesungguhnya - kemudian melakukan aksi yang tidak bersumber dari Ajaran Islam yang sebenarnya, seperti melakukan terorisme, sehingga Islam dianggap sebagai agama teroris.
II. PEMBAHASAN
Islam yang perlu diketahui sebagai seorang muslim berangat dari tiga pertanyaan yang jawabannya mesti dipahami benar, yaitu: 1. Apa pengertian Ajaran Islam? 2. Bagaimana Studi terhadap misi Ajaran
Islam secara komprehensif? 3. Apa saja misi Ajaran Islam? Maka tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk menjelaskan, Pengertian Ajaran Islam; Studi Misi Ajaran Islam; Islam Sebagai Rahmatan Lil Alamin
1. PENGERTIAN AJARAN ISLAM
Sebelum kita membahas masalah pengertian “Agama Islam”
alangkah baiknya kita membahas pengertian “agama” dulu. Seorang teologi Islam dan menjabat rektor IAIN Syarif Hidayatullah (1973-1984),
Jakarta, Harun Nasution (1919-1998), “Agama sebagai
ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui para rasulnya”. [1] Prof.
H. Mohammad Daud Ali SH mendefinisikan, “Agama sebagai kepercayaan kepada tuhan
yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara,
penyembahan, permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau
berdasar ajaran agama itu.” Seorang anthropologist sosial - Bapak pendiri anthropology modern, James George Frazer (1854-1941) mengatakan, “Agama
adalah sesuatu ketundukan atau penyerahan diri kepada kekuatan yang lebih
tinggi dari pada manusia.” [2]
“Islam” adalah kata turunan (jadian) yang
berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan (kepada kehendak Allah). Berasal dari
kata “salama” yang artinya patuh atau menerima, berakar dari huruf sin (s), lam
(l), mim (m). Kata dasarnya adalah “salima”
yang berarti sejahtera, tidak tercela, tidak bercatat. Jadi secara singkat
Islam adalah kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan (diri), ketaatan
dan kepatuhan.
Dari pengertian "agama" seperti tersebut diatas maka,“Agama Islam” menurut istilah adalah
agama yang diturunkan Allah kepada para rasul-rasulnya dan disempurnakan pada
Nabi (terakhir, nabi penutup) Muhammad saw, yang berisi hukum (undang-undang)
dan ajaran-ajaran (metode) kehidupan yang mengatur dan mengarahkan begaimana
manusia berhubungan dengan Allah yang menciptanya, manusia dengan manusia, dan
menusia dengan lingkungan hidup (alam semesta), agar kehidupan manusia terbina
dan dapat meraih kesuksesan atau kebahagiaan hidup baik di dunia dan di akhirat. [3]
2. STUDI MISI AJARAN ISLAM
Studi terhadap misi Ajaran Islam secara komprehensif
dan mendalam sangat diperlukan karena beberapa sebab sebagai berikut:
Pertama, untuk menimbulkan kecintaan manusia
terhadap Ajaran Islam yang didasarkan kepada alasan yang sifatnya bukan hanya
normatif, yakni karena diperintah oleh Allah, dan bukan pula karena emosional
semata-mata. Melainkan karena didukung oleh argumentasi yang bersifat rasional,
kultural dan aktual. Yaitu argumentasi yang masuk akal, dapat dihayati dan
dirasakan oleh umat manusia. Dewasa ini banyak orang yang memeluk agama Islam
hanya sekedar ikut-ikutan, tanpa didasarkan pada argumentasi yang kuat.
Keislaman yang demikian tidak menjadi masalah selama ia hidup dalam komunitas
Islam, karena tidak ada yang mengganggu keyakinannya. Namun ketika ia hidup di
Negara yang komunitas masyarakatnya bukan Islam, yakni masyarakat sekular yang
serba rasional, empiris dan objektif, maka orang yang memiliki paham keislaman
yang ikut-ikutan itu akan dengan mudah dirusak atau dimurtadkan agamanya.
Keadaan ini jelas tidak boleh terjadi.
Kedua, untuk membuktikan kepada umat manusia bahwa Islam baik secara
normatif maupun secara rasional, kultural, dan spiritual adalah ajaran yang dapat membawa
manusia kepada kehidupan yang lebih baik, tanpa harus mengganggu keyakinan
agama Islam.
Ketiga, untuk menghilangkan citra negatif dari
sebagian masyarakat terhadap Ajaran Islam. Berdasarkan sumber-sumber yang
didapati dari sebagian dari para orientalis Barat kita menjumpai penilaian dan pernyataan
negatif terhadap Islam. Menurut sebagian mereka bahwa Islam disebarkan dengan
pedang, Islam ajaran yang menurutkan hawa nafsu, ajaran bagi orang-orang yang
miskin, terbelakang, kumuh dan sebagainya. Lebih dari itu citra Islam yang
negatif dewasa ini muncul kembali. Dewasa ini Islam sering dituduh sebagai
sarang teroris - setelah adanya peristiwa 9-11 tahun 2001 di New York City. Berbagai tindakan kejahatan seperti pemboman, sabotase,
pembajakan pesawat, peperangan dan sebagainya sering dituduhkan kepada umat
Islam. Citra negatif yang demikian itu harus dihilangkan dengan menunjukkan bahwa Ajaran Islam tidak seperti itu, karena menyebabkan
timbulnya kebencian masyarakat dunia terhadap Islam. Disamping itu menyebabkan orang
Islam tidak berani menunjukkan identitas keislamannya di tengah publik.
Citra
negatif Islam yang demikian itu harus dihilangkan dengan menunjukkan bahwa citra
Islam yang sebenarnya sebagai rahmatan lil alamin
kepada dunia sebagaimana Ajaran Islam dalam Al-Qur'an menyebutkan yang artinya:
"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi setelah (kamu diciptakan) dengan baik.” (QS Al-A’rāf 7:56).
"Dan Sungguh (Al-Qur'an, Ajaran Islam) itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi oprang-orang yang beriman." (QS An-Naml 27:77)
"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam." (QS Al-Anbiyā' 21:107)
Jürgen Todenhöfer anggota parlemen Jerman dari partai CDU (Kristen Demokrat) yang mengatakan: "Terorisme bukan fenomena Islam tetapi dunia. Jürgen Todenhöfer menyuguhkan data resmi Badan Kepolisian Eropa, Europol, yaitu dari 249 aksi teror di tahun 2010, hanya 3 yang pelakunya berlatar belakang Islam. Data di tahun-tahun sebelumnya, juga tidak kalah mengejutkan, dari 294 aksi teror di tahun 2009, hanya 1 yang berlatar belakang Islam. Hanya 1 dari 515 aksi teror di tahun 2008. Hanya 4 dari 583 di tahun 2007.
3. ISLAM SEBAGAI RAHMATAN LIL ALAMIN
Terdapat sejumlah argumentasi yang dapat digunakan
untuk menyatakan bahwa misi Ajaran Islam - yang universal - sebagai pembawa rahmat bagi seluruh
alam. Argumentasi tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
Pertama, untuk menunjukkan bahwa Islam sebagai
pembawa rahmat dapat dilihat dari pengertian Islam itu sendiri. Kata Islam
makna aslinya masuk dalam perdamaian, dan orang muslim ialah orang yang damai
dengan Allah dan damai dengan manusia. Damai dengan Allah, artinya berserah
diri sepenuhnya kepada kehendakNya, dan damai dengan manusia bukan saja berarti
menyingkiri berbuat jahat dan sewenang-wenang kepada sesamanya, melainkan pula
ia berbuat baik kepada sesamanya dan non-muslim. Dua pernyataan ini dinyatakan dalam Al-Qur’an
Al-Karim sebagai inti agama Islam yang sebenarnya. Al-Qur’an menyatakan sebagai
berikut yang artinya:
"Tidak! Barang siapa yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, maka dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedi hati.” [QS. Al-Baqarah 2:112]
Dengan demikian, dari sejak semula, Islam adalah
agama perdamaian dan dua ajaran pokoknya, yaitu keesaan Allah, dan kesatuan
atau persaudaraan umat manusia, menjadi bukti yang nyata bahwa agama Islam
selaras benar dengan namanya. Islam bukan saja dikatakan sebagai agama sekalian
Nabi Allah, sebagaimana tersebut diatas, melainkan juga sebagai sesuatu yang
secara tak sadar tunduk sepenuhnya kepada hukum atau undang-undang Allah. Yang
kita saksikan pada alam semesta, inipun tersirat dalam kata aslama. Arti Islam yang luas ini tetap
dipertahankan dalam penggunaan kata itu dalam hukum syara’, karena menurut
hukum syara’ Islam mengandung arti dua macam yaitu:
(1) Mengucap kalimah syahadat yaitu mengatakan bahwa tak ada
Tuhan yang pantas disembah selain Allah, dan bahwa Muhammad itu utusan Allah.
(2) Berserah diri sepenuhnya kepada kehendak Allah, yakni
ini hanya dapat dicapai melalui penyempurnaan rohani atau spiritual. Jadi orang yang baru saja
masuk Islam ia disebut muslim, sama halnya seperti orang yang berserah diri
sepenuhnya kepada Allah dan melaksanakan segala perintahnya dengan melakukan
hawa nafsunya sesuai kepada kehendak Allah.
Kedua, misi Ajaran Islam sebagai pembawa rahmat dapat
dilihat dari peran yang diajarkan Islam dalam menangani berbagai problematika agama,
sosial, ekonomi, politik, hukum, pendidikan, kebudayaan, dan sebagainya. Dan
sejak kelahirannya 15 abad yang lalu Islam senantiasa hadir memberikan jawaban
terhadap permasalahan diatas. Islam sebagaimana
dikatakan H.A.R. Gibb bukan semata-mata ajaran tentang keyakinan saja melainkan
sebagai sebuah sistem kehidupan yang multi dimensional.
Berkenaan dengan peran Islam yang demikian itu,
Syaikh Al-Nadwi dalam bukunya Madza
Khasira al-Alam bi Inhithath al-Muslimin (Kerugian Apa Yang Diterita Dunia
Akibat Kemerosotan Dunia) mengatakan, bahwa pada saat Islam datang ke muka bumi
keadaan dunia tak ubahnya seperti baru saja dilanda gempa yang sangat dahsyat.
Disana sini terdapat bangunan yang roboh rata dengan tanah, tiang yang
bergeser, genteng pecah hancur berantakan, harta benda tertimbun tanah dan jiwa
manusia melayang. Demikian pula keadaan masyarakat baik dari segi sosial,
ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan dan sebagainya dalam keadaan
berantakan dan kacau balau. Keadaan dunia yng demikian itu digambarkan dalam
al-Qur’an sebagai berikut:
Dalam keadaan dunia yang demikian itulah Nabi
Muhammad saw membawa ajaran Islam yang didalamnya bukan hanya mengandung ajaran
tentang aqidah atau hubungan dengan Tuhan saja melainkan juga hubungan dengan
sesama manusia dan alam semesta. H.A.R. Gibb (1895-1971) seorang orientalis
terkemuka mengatakan. “Islam bukan hanya berisi ajaran etika melainkan sebagai sistem
kehidupan,” [4] seperti antara lain dalam bidang 1). Sosial Kemasyarakatan; 2). Ekonomi; 3). Politik atau Pemerintahan; 4). Pendidikan sebagai berikut:
1). Sosial Kemasyarakatan
Keadaan
masyarakat terbagi-bagi kedalam kelas sosial atau kasta yang dibedakan
berdasarkan suku bangsa, bahasa, warna kulit, harta benda (kekayaan), jenis
kelamin, dll. Dengan sistem kelas yang demikian maka tidak akan terjadi
mobilitas vertikal yang didasarkan pada prestasinya masing-masing. Seseorang
yang berasal dari kelas sosial yang rendah selama-lamanya berada dalam kelas
sosial yang rendah. Satu dan lainnya tidak boleh (tidak pantas) melakukan
hubungan sosial, pergaulan, perkawinan, dan sebagainya. Keadaan yang demikian
itu mirip dengan keadaan yang mirip dengan keadaan yang ada di Indonesia dalam
sistim kerajaan Hindu yang ada kasta dan dilanjutkan di zaman kolonial Belanda kepada
pribumi, dan pribumi dengan pribumi sebagaimana dijumpai pada sistem kaum
ningrat, menak, dan sebagainya.
Sebaliknya Ajaran Islam mengajarkan sebagaimana yang disebutkan Al-Qur'an yang artinya: "Wahai Manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal (lita'ārafū, 3T1I*). Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (QS Al-Hujurāt 49:13). * 3T1I- (Ta’aruf, saling kenal; Tafahum, memaklumi satu sama lainnya; Ta'awun Ta’awun, tolong menolong; dan Itsar, tidak tidak saling memusuhi, melainkan caring, peduli sesama.
2). Ekonomi
Ditandai
oleh praktik mendapatkan uang dengan menghalalkan segala cara separti dengan
praktik riba, mengurangi timbangan, menipu, memonopoli, dan sebagainya. Keadaan
yang demikian itu pada gilirannya membawa mereka yang kaya semakin kaya dan
yang miskin semakin miskin. Persaingan yang tidak sehat terjadi diantara
mereka. Manusia telah menjadi budak dari harta benda.
3). Politik atau Pemerintahan
Pada
masa itu ditandai oleh pemerintahan yang diktator, otoriter, dan tirani. Segala
sesuatu yang menyangkut kehidupan masyarakat hanya dilakukan oleh pemerintah.
Kehendak pemerintah merupakan keputusan yang harus dilaksanakan tanpa kompromi.
Karena demikian besarnya kekuatan pemerintah maka pemangku jabatan pemerintah dengan
mudah ia menindas dan memeras rakyat dengan pajak dan cukai yang diluar batas
kemampuannya. Segala pendapat dan usul yang disampaikan rakyat dianggap sebagai
gangguan yang harus diperangi. Lebih dari itu rakyat yang penuh penderitaan itu
dibebani pula dengan kewajiban bela Negara dan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan
yang sifatnya pemaksaan. Di antara penguasa yang sedang memerintah pada masa
kedatangan Islam adalah Romawi dan Persia.
4). Pendidikan
Ditandai
oleh keadaan dimana pendidikan atau ilmu pengetahuan hanya milik kaum elit.
Rakyat dibiarkan bodoh sehingga dengan mudah dapat disesatkan aqidahnya, dan
selanjutnya dengan mudah dapat diperbudak. Keadaan ini tak ubahnya dengan
keadaan bangsa Indonesia pada saat penjajahan Belanda.
Pada
masa kedatangan Islam dibidang kebudayaan ditandai oleh keadaan masyarakat yang
semata-mata mengikuti hawa nafsu syahwat dan nafsu duniawi. Mereka gemar
melakukan mabuk-mabukan, foya-foya, berzina, berjudi, dan sebagainya.
Dari sejak kelahirannya Islam sudah memiliki
komitmen dan respon yang tinggi untuk ikut serta terlibat dalam memecahkan
berbagai masalah tersebut diatas.
Islam bukan hanya mengurusi sosial, ibadah,
dan seluk-beluk yang terkait dengannya saja, melainkan juga ikut terlibat
memberikan jalan keluar yang terbaik untuk mengatasi berbagai masalah tersebut
dengan penuh bijaksana, adil, demokratis, manusiawi, dan seterusnya. Hal-hal
yang demikian itu dapat dikemukakan sebagai berikut:
1). Misi Islam Dalam bidang sosial
Dalam
bidang sosial Islam memperkenalkan ajaran yang bersifat egaliter atau kesetaraan
dan kesederajatan antara manusia dengan manusia lain. Satu dan lainnya
sama-sama sebagai makhluk Allahswt. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya
masing-masing. Orang yang memiliki kelebihan dalam bidang tertentu misalnya ia
memiliki kekurangan dalam bidang tertentu lainnya. Orang yang memiliki
kekurangan dalam bidang tertentu tapi memiliki kelebihan dalam bidang lainnya.
Selain
itu, ajaran Islam tentang aspek sosial ini menekankan adanya kesetaraan gender (yang ada
aturan-aturan tertentu) antara laki-laki dan perempuan. Sebagaimana halnya kaum
pria, kaum wanita dalam Islam memiliki kesamaan kesempatan dan peluang untuk
mengaktualisasikan potensi yang ada dalam dirinya (sesuai yang diatur dalam
ajaran Islam). Ajaran Islam dalam bidang sosial inilah yang dibawa oleh Nabi
Muhammad saw. Yaitu ajaran yang bersifat, eligater, toleransi, persaudaraan,
tolong-menolong, nasehat-menasehati, saling menjaga dan mengamankan dan
seterusnya.
2). Misi Islam sebagai pembawa rahmat dalam bidang ekonomi
Misi
Islam sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam dapat dilihat dari ajaran dalam
bidang ekonomi yang bersendikan azas keseimbangan dan pemerataan. Dalam ajaran
Islam seseorang diperbolehkan memiliki kekayaan tanpa batas, namun dalam jumlah
tertentu dalam hartanya itu terdapat milik orang lain yang harus dikeluarkan
dalam bentuk zakat, infak, dan sedekah. Dengan cara demikian, makin banyak
harta kekayaan yang dimiliki seseorang, semakin banyak pula sumbangan yang
harus ia keluarkan. Harta yang dikeluarkan itu dibagi kepada mereka yang kurang
mampu. Dengan cara demikian kecemburuan kesenjangan sosial yang dapat memicu
terjadinya pertentangan dapat dihindari.
Selain
itu misi Islam dalam bidang ekonomi ini dapat dilihat pula dari perintah
berdagang dengan cara yang jujur yaitu pedagang yang jauh dari kecurangan,
penipuan atau tindakan lainnya yang merugikan konsumen, dseperti mengurangi
timbangan, takaran, dan sebagainya. Lebih lanjut ajaran Islam sangat melarang
keras melakukan praktik Riba atau membungakan uang yang menguntungkan secara
berlipat ganda tanpa memeperhitungkan kemampuan orang yang meminjamnya.
3). Misi ajaran islam rahmatal lil alamin dalam bidang politik
Misi
ajaran islam rahmatal lil alamin
dalam bidang politik terlihat dari perintah Al-Qur’an agar seorang pemerintah
bersikap adil, bijaksana terhadap rakyat yang dipimpinnya, memperhatikan
aspirasi dan kepentingan rakyat yang dipimpinnya, mendahulukan
kepentingan-kepentingan rakyat daripada kepentingan dirinya, melindungi dan
mengayomi rakyat, memberikan keamanan dan ketentraman kepada masyarakat.
Kepemimpinan dalam Islam adalah merupakan amanah yang harus
dipertanggungjawabkan dengan cara melaksanakan kegiatan yang berguna bagi
rakyat yang dipimpinnya.
4).. Misi Islam rahmatal lil alamin dalam bidang hukum
Misi rahmatal lil alamin ajaran Islam dalam
bidang hukum-hukum terlihat dari perintah Al-Qur’an yang artinya: "Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil..." (QS An-Nisā' 4:58). Ayat
tersebut memerintahkan seorang hakim agar berlaku adil dan bijaksana dalam
memutuskan perkara dengan tidak memandang perbedaan pada orang yang sedang
berperkara. Penegakan supremasi hukum sangat dianjurkan dalam ajaran Islam.
5). Misi rahmatal lil alamin ajaran Islam dalam bidang pendidikan
Misi
ajaran Islam rahmatal lil alamin
dapat pula dilihat dalam bidang pendidikan . Hal ini terlihat dalam ajaran
Islam yang memberikan kebebasan kepada manusia untuk mendapatkan hak-haknya
dalam bidang pendidikan. Islam menganjurkan belajar sungguhpun dalam keadaan
perang. Dan menuntut ilmu mulai dari buaian
hingga ke liang lahat, serta melakukannya sepanjang hayat. Pendidikan
dalam Islam adalah untuk semua. Pemerataan dalam pendidikan adalah merupakan
misi ajaran Islam.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, terlihat
dengan jelas bahwa misi ajaran Islam adalah membawa rahmat bagi seluruh umat
manusia dengan cara menata aspek kehidupan sosial, ekonomi, politik, hukum,
pendidikan dan sebagainya. Misi ajaran Islam adalah tegaknya nilai-niali
kemanusiaan, menyelamatkan umat manusia dari kehancuran.
Ketiga, misi Islam
dapat pula dilihat dari misi ajaran yang dibawa dan dipraktikkan oleh nabi
Muhammd saw. Di dalam Al-Qur’an dinyatakan dengan tegas yang artinya sebagai
berikut:
“Dan Kami
tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam.” [QS. Al-Anbiyā, 21:107].
Misi kerahmatan Nabi Muhammad saw, bukan hanya
dapat dilihat dari misi ajaran Islam yang dibawanya sebagaimana telah
disebutkan diatas melainkan juga terlihat dalam praktik kehidupan Nabi Muhammad
saw yang dikenal dengan seorang yang sangat sayang kepada umatnya dan kepada
manusia pada umumnya.
Keempat, misi Islam selanjutnya dapat pula dilihat
pada kedudukannya sebagai sumber nilai dan pandangan hidup manusia. Dalam hal
ini Islam telah memainkan empat peran sebagai berikut:
(1) Sebagai faktor kreatif yaitu ajaran
agama yang dapat mendorong manusia melakukan kerja produktif dan kreatif.
(2) Faktor motivatif, yaitu bahwa ajaran
agama dapat melandasi cita-cita dan amal perbuatan manusia dalam aspek
kehidupannya.
(3) Faktor sublimatif, yakni ajaran agama
yang dapat meningkatkan dan mengkhuduskan fenomena kegiatan manusia tidak hanya
hal keagamaan saja, tetapi juga bersifat keduniaan.
(4) Faktor integrative, yaitu ajaran agama
yang dapat dipersatukan sikap dan pandangan manusia serta aktivitasnya baik
secara individual maupun kolektif dalam menghadapi berbagai tantangan.
Kelima, misi
ajaran Islam sebagai pembawa rahmat dapat pula dilihat dari peran yang
dimainkannya dalam sejarah. Islam diabad klasik atau zaman emasnya (abad 7-14
M) atau selama lebih kurang 7 abad telah tampil sebagai pengawal sejarah umat
manusia menuju kehidupan yang tertib, aman, damai, sejahtera, maju dalam bidang
ilmu pengetahuan, kebudayaan dan peradaban. Seperti di zaman Rasul, Khulafa
Ar-Rasyidun, Bani Umayyah, Bani Abbasiyyah, Baghdad dan Spanyol Islam
(Al-Andalus).
Keenam, misi
ajaran Islam lebih lanjut dapat pula dilihat dari praktik hubungan Islam dengan
penganut agama lain sebagaimana dilakukan Nabi Muhammad saw di Madinah.
III. KESIMPULAN
Agama Islam menurut istilah adalah agama yang
diturunkan Allah kepada para rasul- rasulnya dan disempurnakan pada masa Nabi
Muhammad saw, yang berisi hukum dan ajaran
serdta metode kehidupan yang mengatur dan mengarahkan begaimana manusia berhubungan
dengan Allah Pencita (manusia dan alam semesta), manusia dengan manusia, dan
menusia dengan lingkungan hidupnya (alam semesta), agar kehidupan manusia
terbina dan dapat meraih kesuksesan atau kebahagiaan hidup di dunia dan ahirat.
Terdapat sejumlah argumentasi yang dapat
digunakan untuk menyatakan bahwa misi ajaran Islam sebagai pembawa rahmat bagi
seluruh alam:
1. Untuk
menunjukkan bahwa Islam sebagai pembawa rahmat dapat dilihat dari pengertian Islam
itu sendiri.
2. Misi
Ajaran Islam sebagai pembawa rahmat dapat dilihat dari peran yang dimainkan
Islam menangani berbagai problematika agama, sosial, ekonomi, politik, hukum,
pendidikan, kebudayaan, dan sebagainya.
3. Misi Islam dapat pula dilihat
dari misi ajaran yang dibawa dan dipraktikkan oleh nabi Muhammd saw.
4. Misi
Islam selanjutnya dapat pula dilihat pada kedudukannya sebagai sumber nilai dan
pandangan hidup manusia.
5. Misi Ajaran Islam sebagai
pembawa rahmat dapat pula dilihat dari peran yang dimainkannya dalam sejarah, sebagaimana Carli Fiorina, CEO dari Hewlett Packard,
Perusahaan perancang computer dan kemudian memproduksinya dengan merek HP,
seorang yang visioner dan berbakat tinggi, memaparkan: “Para arsitek yang
merancang bangunan-bangunan yang mampu melawan gravitasi adalah mereka para
matematikawan yang menciptakan aljabar dan algoritma yang dengan itu komputer
dan enkripsi data dapat tercipta. Mereka para dokter yang memeriksa tubuh
manusia, dan menemukan obat baru untuk menyembuhkan penyakit. Mereka para
astronom yang melihat ke langit, memberi nama bintang-bintang, dan membuka
jalan bagi perjalanan dan eksplorasi antariksa” - mereka itu adalah para ilmuan dan penemu Muslim pada zaman
kejayaan Islam di abad tengah. [5]
6. Misi Ajaran Islam lebih lanjut
dapat pula dilihat dari praktik hubungan Islam dengan penganut agama lain
sebagaimana dilakukan Nabi Muhammad saw di Madinah sebagai tercantum dan
dilaksankannya “Piagam Madinah” [6]
IV PENUTUP
Berdasarkan fakta dan analisis sebagaimana di atas,
kita dapat mengatakan bahwa misi ajaran Islam adalah untuk melindungi hak-hak
asasi manusia baik jiwa, akal, agama, harta, keturunan dan lainnya yang
terkait. Untuk itu maka Islam sangat menekankan perlunya menegakkan keadaan
dunia yang aman, damai, sejahtera, tenteram, saling tolong-menolong, toleransi,
adil, bijaksana, terbuka, kederajatan, dan kemanusiaan. Dengan ajaran yang
demikian, maka Islam bukanlah agama yang harus ditakuti, apalagi dituduh
sebagai sarang teroris, pembuat kekacauan dan sebagainya.
Islam adalah agama
perdamaian dan dua ajaran pokoknya, yaitu Keesaan Allah, dan kesatuan atau
persaudaraan umat manusia, menjadi bukti yang nyata bahwa agama Islam selaras
benar dengan mananya. Islam bukan saja dikatakan sebagai agama sekalian Nabi
Allah, sebagaimana tersebut di atas, melainkan juga sesuatu yang secara tak
sadar tunduk sepenuhnya kepada undang-undang Allah, yang kita saksikan pada
alam semesta. Subhanallah, betapa indahnya Islam.
Suatu misi
tidak akan tercapai jika tidak dijalankan. Jadi, tugas kita sebagai muslim
adalah menjalankan misi Islam dengan baik agar Islam benar-benar
diakui oleh semua makhluk sebagai agama pembawa rahmat bagi seluruh alam
semesta ini. Billaahit Taufiq wal-Hidayaah □ AFM
CATATAN KAKI
[1] Harun
Nasution, 1979, Islam Ditinjau Dari
Berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI press, cet. III, hlm. 10
Joesoep Souyb, Orientalisme Dan Islam,
Jakarta. Bulan Bintang, 1985, hal. 115.
[2] H.M.
Arifin, 1992, Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama Besar, Jakarta: Golden Trayon
Press cet. VI, hlm. 5
[3] Ajat Sudrajat,
dkk, 2008, Din Al-Islam Pendidikan
Agama Islam Diperguruan Tinggi Umum, Yogyakarta: UNY press, hlm. 34
[4]
Abuddin Nata, 2011, Metodologi Studi
Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Hal: 99
[5] http://afaisalmarzuki.blogspot.com/2016/12/shalat-membangun-peradaban.html;
https://afaisalmarzuki.blogspot.com/2016/08/islam-dan-peradaban-dunia.html
[6]https://afaisalmarzuki.blogspot.com/2015/07/masa-millennium-ketiga-adalah-masa-nya.html □□
DAFTAR PUSTAKA
Media Cetak:
1. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011
2. Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI press,
1979
3. H.M. Arifin, Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama Besar, Jakarta: Golden Trayon
Press, 1992
4. Ajat Sudrajat, dkk, Din Al-Islam Pendidikan Agama
Islam Diperguruan Tinggi Umum, Yogyakarta: UNY press, 2008
5. Draf Buku (sedang dalam proses penerbitan) "Shalat Membangun Peradaban Dunia", Ahmad Faisal Marzuki.
[6] ALFATIH, Al-Qur'an Tafsir Per Kata Di Sarikan Dari Tafsir Ibnu Katsir.
Media Elektronik:
1. http://afaisalmarzuki.blogspot.com/2016/12/shalat-membangun-peradaban.html
2. https://afaisalmarzuki.blogspot.com/2016/08/islam-dan-peradaban-dunia.html
3. https://afaisalmarzuki.blogspot.com/2015/07/masa-millennium-ketiga-adalah-masa-nya.html□□□
SUMBER
●http://adisyukri93.blogspot.com/2015/01/makalah-misi-ajaran-islam-metodologihtml;
●wikipedia.org/wiki
●http://afaisalmarzuki.blogspot.com/2016/12/shalat-membangun-peradaban.html
●https://afaisalmarzuki.blogspot.com/2016/08/islam-dan-peradaban-dunia.html
●https://afaisalmarzuki.blogspot.com/2015/07/masa-millennium-ketiga-adalah-masa-nya.html
●dan
sumber-sumber lainnya. □□□□