Saturday, December 2, 2017

Misi Ajaran Islam






MISI AJARAN ISLAM
Oleh: Ahmad Faisal Marzuki


“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” [QS. Al-Anbiyā, 21:107].

"Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebail-baiknya, kemudian Kami kembalikan ketempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka mereka akan mendapat pahala yang tidak tidak ada putus-putusnya." [QS At-Tīn 95:4-6]


I. PENDAHULUAN

I
Islam adalah agama yang sempurna dan universal, ia berlaku sepanjang masa, kapanpun dan di manapun - al-Islām shālih li kul zamān wa al-makān, Islam berlaku untuk semua orang - baik setempat, regional maupun dunia. Dalam agama Islam terdapat ajaran-ajaran yang dapat mengantarkan manusia menuju kehidupan yang lebih baik. Karena Islam diturunkan bukan hanya sebagai pelengkap hidup manusia saja tetapi juga mengemban misi untuk mengantarkan manusia menuju kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di ahirat.

   Islam adalah agama samawi (langit) yang diturunkan Allah swt melalui utusanNya Muhammad saw. Islam merupakan Agama yang menjadi “rahmat bagi seluruh alam”. Namun di zaman sekarang ini sebahagian besar orang-orangnya baik muslim maupun non-muslim belum paham atau tidak mengerti akan pengertian, karakteristik, dan misi Islam itu sendiri. Dengan itu banyak orang-orang yang mengatasnamakan Islam untuk kepentingan pribadi, kelompok dan partainya. Bahkan yang paling ekstrim adalah yang mengatas namakan Islam -  tidak mengerti Ajaran Islam yang sesungguhnya - kemudian melakukan aksi yang tidak bersumber dari Ajaran Islam yang sebenarnya, seperti melakukan terorisme, sehingga Islam dianggap sebagai agama teroris.


II. PEMBAHASAN

Islam yang perlu diketahui sebagai seorang muslim berangat dari tiga pertanyaan yang jawabannya mesti dipahami benar, yaitu: 1. Apa pengertian Ajaran Islam? 2.  Bagaimana Studi terhadap misi Ajaran Islam secara komprehensif? 3. Apa saja misi Ajaran Islam? Maka tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk menjelaskan, Pengertian Ajaran Islam;  Studi Misi Ajaran Islam; Islam Sebagai Rahmatan Lil Alamin

1. PENGERTIAN AJARAN ISLAM

  Sebelum kita membahas masalah pengertian “Agama Islam” alangkah baiknya kita membahas pengertian “agama” dulu. Seorang teologi Islam dan menjabat rektor IAIN Syarif Hidayatullah (1973-1984), Jakarta,  Harun Nasution (1919-1998), “Agama sebagai ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui para rasulnya”. [1] Prof. H. Mohammad Daud Ali SH mendefinisikan, “Agama sebagai kepercayaan kepada tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara, penyembahan, permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasar ajaran agama itu.” Seorang anthropologist sosial - Bapak pendiri anthropology modern, James George Frazer (1854-1941) mengatakan, “Agama adalah sesuatu ketundukan atau penyerahan diri kepada kekuatan yang lebih tinggi dari pada manusia.” [2]

   “Islam” adalah kata turunan (jadian) yang berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan (kepada kehendak Allah). Berasal dari kata salama” yang artinya patuh atau menerima, berakar dari huruf sin (s), lam (l), mim (m). Kata dasarnya adalah salima” yang berarti sejahtera, tidak tercela, tidak bercatat. Jadi secara singkat Islam adalah kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan (diri), ketaatan dan kepatuhan.

   Dari pengertian "agama" seperti tersebut diatas maka,“Agama Islam” menurut istilah adalah agama yang diturunkan Allah kepada para rasul-rasulnya dan disempurnakan pada Nabi (terakhir, nabi penutup) Muhammad saw, yang berisi hukum (undang-undang) dan ajaran-ajaran (metode) kehidupan yang mengatur dan mengarahkan begaimana manusia berhubungan dengan Allah yang menciptanya, manusia dengan manusia, dan menusia dengan lingkungan hidup (alam semesta), agar kehidupan manusia terbina dan dapat meraih kesuksesan atau kebahagiaan hidup baik di dunia dan di akhirat. [3]


2. STUDI MISI AJARAN ISLAM

   Studi terhadap misi Ajaran Islam secara komprehensif dan mendalam sangat diperlukan karena beberapa sebab sebagai berikut:

Pertama, untuk menimbulkan kecintaan manusia terhadap Ajaran Islam yang didasarkan kepada alasan yang sifatnya bukan hanya normatif, yakni karena diperintah oleh Allah, dan bukan pula karena emosional semata-mata. Melainkan karena didukung oleh argumentasi yang bersifat rasional, kultural dan aktual. Yaitu argumentasi yang masuk akal, dapat dihayati dan dirasakan oleh umat manusia. Dewasa ini banyak orang yang memeluk agama Islam hanya sekedar ikut-ikutan, tanpa didasarkan pada argumentasi yang kuat. Keislaman yang demikian tidak menjadi masalah selama ia hidup dalam komunitas Islam, karena tidak ada yang mengganggu keyakinannya. Namun ketika ia hidup di Negara yang komunitas masyarakatnya bukan Islam, yakni masyarakat sekular yang serba rasional, empiris dan objektif, maka orang yang memiliki paham keislaman yang ikut-ikutan itu akan dengan mudah dirusak atau dimurtadkan agamanya. Keadaan ini jelas tidak boleh terjadi.

Kedua, untuk membuktikan kepada umat manusia bahwa Islam baik secara normatif maupun secara rasional, kultural, dan spiritual adalah ajaran yang dapat membawa manusia kepada kehidupan yang lebih baik, tanpa harus mengganggu keyakinan agama Islam.

Ketiga, untuk menghilangkan citra negatif dari sebagian masyarakat terhadap Ajaran Islam. Berdasarkan sumber-sumber yang didapati dari sebagian dari para orientalis Barat kita menjumpai penilaian dan pernyataan negatif terhadap Islam. Menurut sebagian mereka bahwa Islam disebarkan dengan pedang, Islam ajaran yang menurutkan hawa nafsu, ajaran bagi orang-orang yang miskin, terbelakang, kumuh dan sebagainya. Lebih dari itu citra Islam yang negatif dewasa ini muncul kembali. Dewasa ini Islam sering dituduh sebagai sarang teroris - setelah adanya peristiwa 9-11 tahun 2001 di New York City. Berbagai tindakan kejahatan seperti pemboman, sabotase, pembajakan pesawat, peperangan dan sebagainya sering dituduhkan kepada umat Islam. Citra negatif yang demikian itu harus dihilangkan dengan menunjukkan bahwa Ajaran Islam tidak seperti itu, karena menyebabkan timbulnya kebencian masyarakat dunia terhadap Islam. Disamping itu menyebabkan orang Islam tidak berani menunjukkan identitas keislamannya di tengah publik.

   Citra negatif Islam yang demikian itu harus dihilangkan dengan menunjukkan bahwa citra Islam yang sebenarnya sebagai rahmatan lil alamin kepada dunia sebagaimana Ajaran Islam dalam Al-Qur'an menyebutkan yang artinya:

"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi setelah (kamu diciptakan) dengan baik.(QS Al-A’rāf 7:56).

"Dan Sungguh (Al-Qur'an, Ajaran Islam) itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi oprang-orang yang beriman." (QS An-Naml 27:77)

"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam." (QS Al-Anbiyā' 21:107)

   Jürgen Todenhöfer anggota parlemen Jerman dari partai CDU (Kristen Demokrat) yang mengatakan: "Terorisme bukan fenomena Islam tetapi dunia. Jürgen Todenhöfer menyuguhkan data resmi Badan Kepolisian Eropa, Europol, yaitu dari 249 aksi teror di tahun 2010, hanya 3 yang pelakunya berlatar belakang Islam. Data di tahun-tahun sebelumnya, juga tidak kalah mengejutkan, dari 294 aksi teror di tahun 2009, hanya 1 yang berlatar belakang Islam. Hanya 1 dari 515 aksi teror di tahun 2008. Hanya 4 dari 583 di tahun 2007.


3. ISLAM SEBAGAI RAHMATAN LIL ALAMIN

   Terdapat sejumlah argumentasi yang dapat digunakan untuk menyatakan bahwa misi Ajaran Islam - yang universal - sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam. Argumentasi tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

Pertama, untuk menunjukkan bahwa Islam sebagai pembawa rahmat dapat dilihat dari pengertian Islam itu sendiri. Kata Islam makna aslinya masuk dalam perdamaian, dan orang muslim ialah orang yang damai dengan Allah dan damai dengan manusia. Damai dengan Allah, artinya berserah diri sepenuhnya kepada kehendakNya, dan damai dengan manusia bukan saja berarti menyingkiri berbuat jahat dan sewenang-wenang kepada sesamanya, melainkan pula ia berbuat baik kepada sesamanya dan non-muslim. Dua pernyataan ini dinyatakan dalam Al-Qur’an Al-Karim sebagai inti agama Islam yang sebenarnya. Al-Qur’an menyatakan sebagai berikut yang artinya:

"Tidak! Barang siapa yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, maka dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedi hati.” [QS. Al-Baqarah 2:112]

   Dengan demikian, dari sejak semula, Islam adalah agama perdamaian dan dua ajaran pokoknya, yaitu keesaan Allah, dan kesatuan atau persaudaraan umat manusia, menjadi bukti yang nyata bahwa agama Islam selaras benar dengan namanya. Islam bukan saja dikatakan sebagai agama sekalian Nabi Allah, sebagaimana tersebut diatas, melainkan juga sebagai sesuatu yang secara tak sadar tunduk sepenuhnya kepada hukum atau undang-undang Allah. Yang kita saksikan pada alam semesta, inipun tersirat dalam kata aslama. Arti Islam yang luas ini tetap dipertahankan dalam penggunaan kata itu dalam hukum syara’, karena menurut hukum syara’ Islam mengandung arti dua macam yaitu:

(1) Mengucap kalimah syahadat yaitu mengatakan bahwa tak ada Tuhan yang pantas disembah selain Allah, dan bahwa Muhammad itu utusan Allah.

(2) Berserah diri sepenuhnya kepada kehendak Allah, yakni ini hanya dapat dicapai melalui penyempurnaan rohani atau spiritual. Jadi orang yang baru saja masuk Islam ia disebut muslim, sama halnya seperti orang yang berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan melaksanakan segala perintahnya dengan melakukan hawa nafsunya sesuai kepada kehendak Allah.

Kedua, misi Ajaran Islam sebagai pembawa rahmat dapat dilihat dari peran yang diajarkan Islam dalam menangani berbagai problematika agama, sosial, ekonomi, politik, hukum, pendidikan, kebudayaan, dan sebagainya. Dan sejak kelahirannya 15 abad yang lalu Islam senantiasa hadir memberikan jawaban terhadap permasalahan diatas. Islam sebagaimana dikatakan H.A.R. Gibb bukan semata-mata ajaran tentang keyakinan saja melainkan sebagai sebuah sistem kehidupan yang multi dimensional.

   Berkenaan dengan peran Islam yang demikian itu, Syaikh Al-Nadwi dalam bukunya Madza Khasira al-Alam bi Inhithath al-Muslimin (Kerugian Apa Yang Diterita Dunia Akibat Kemerosotan Dunia) mengatakan, bahwa pada saat Islam datang ke muka bumi keadaan dunia tak ubahnya seperti baru saja dilanda gempa yang sangat dahsyat. Disana sini terdapat bangunan yang roboh rata dengan tanah, tiang yang bergeser, genteng pecah hancur berantakan, harta benda tertimbun tanah dan jiwa manusia melayang. Demikian pula keadaan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan dan sebagainya dalam keadaan berantakan dan kacau balau. Keadaan dunia yng demikian itu digambarkan dalam al-Qur’an sebagai berikut:

   Dalam keadaan dunia yang demikian itulah Nabi Muhammad saw membawa ajaran Islam yang didalamnya bukan hanya mengandung ajaran tentang aqidah atau hubungan dengan Tuhan saja melainkan juga hubungan dengan sesama manusia dan alam semesta. H.A.R. Gibb (1895-1971) seorang orientalis terkemuka mengatakan. “Islam bukan hanya berisi ajaran etika melainkan sebagai sistem kehidupan,” [4] seperti antara lain dalam bidang 1). Sosial Kemasyarakatan; 2). Ekonomi; 3). Politik atau Pemerintahan; 4). Pendidikan sebagai berikut:

1). Sosial Kemasyarakatan

   Keadaan masyarakat terbagi-bagi kedalam kelas sosial atau kasta yang dibedakan berdasarkan suku bangsa, bahasa, warna kulit, harta benda (kekayaan), jenis kelamin, dll. Dengan sistem kelas yang demikian maka tidak akan terjadi mobilitas vertikal yang didasarkan pada prestasinya masing-masing. Seseorang yang berasal dari kelas sosial yang rendah selama-lamanya berada dalam kelas sosial yang rendah. Satu dan lainnya tidak boleh (tidak pantas) melakukan hubungan sosial, pergaulan, perkawinan, dan sebagainya. Keadaan yang demikian itu mirip dengan keadaan yang mirip dengan keadaan yang ada di Indonesia dalam sistim kerajaan Hindu yang ada kasta dan dilanjutkan di zaman kolonial Belanda kepada pribumi, dan pribumi dengan pribumi sebagaimana dijumpai pada sistem kaum ningrat, menak, dan sebagainya.

   Sebaliknya Ajaran Islam mengajarkan sebagaimana yang disebutkan Al-Qur'an yang artinya: "Wahai Manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal (lita'ārafū, 3T1I*). Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. (QS Al-Hujurāt 49:13). 3T1I- (Ta’aruf, saling kenal; Tafahum, memaklumi satu sama lainnya; Ta'awun Ta’awun, tolong menolong; dan Itsar, tidak tidak saling memusuhi, melainkan caring, peduli sesama

2). Ekonomi

   Ditandai oleh praktik mendapatkan uang dengan menghalalkan segala cara separti dengan praktik riba, mengurangi timbangan, menipu, memonopoli, dan sebagainya. Keadaan yang demikian itu pada gilirannya membawa mereka yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Persaingan yang tidak sehat terjadi diantara mereka. Manusia telah menjadi budak dari harta benda.

3). Politik atau Pemerintahan

   Pada masa itu ditandai oleh pemerintahan yang diktator, otoriter, dan tirani. Segala sesuatu yang menyangkut kehidupan masyarakat hanya dilakukan oleh pemerintah. Kehendak pemerintah merupakan keputusan yang harus dilaksanakan tanpa kompromi. Karena demikian besarnya kekuatan pemerintah maka pemangku jabatan pemerintah dengan mudah ia menindas dan memeras rakyat dengan pajak dan cukai yang diluar batas kemampuannya. Segala pendapat dan usul yang disampaikan rakyat dianggap sebagai gangguan yang harus diperangi. Lebih dari itu rakyat yang penuh penderitaan itu dibebani pula dengan kewajiban bela Negara dan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya pemaksaan. Di antara penguasa yang sedang memerintah pada masa kedatangan Islam adalah Romawi dan Persia.

4). Pendidikan

   Ditandai oleh keadaan dimana pendidikan atau ilmu pengetahuan hanya milik kaum elit. Rakyat dibiarkan bodoh sehingga dengan mudah dapat disesatkan aqidahnya, dan selanjutnya dengan mudah dapat diperbudak. Keadaan ini tak ubahnya dengan keadaan bangsa Indonesia pada saat penjajahan Belanda.

   Pada masa kedatangan Islam dibidang kebudayaan ditandai oleh keadaan masyarakat yang semata-mata mengikuti hawa nafsu syahwat dan nafsu duniawi. Mereka gemar melakukan mabuk-mabukan, foya-foya, berzina, berjudi, dan sebagainya.

   Dari sejak kelahirannya Islam sudah memiliki komitmen dan respon yang tinggi untuk ikut serta terlibat dalam memecahkan berbagai masalah tersebut diatas.

   Islam bukan hanya mengurusi sosial, ibadah, dan seluk-beluk yang terkait dengannya saja, melainkan juga ikut terlibat memberikan jalan keluar yang terbaik untuk mengatasi berbagai masalah tersebut dengan penuh bijaksana, adil, demokratis, manusiawi, dan seterusnya. Hal-hal yang demikian itu dapat dikemukakan sebagai berikut:

1). Misi Islam Dalam bidang sosial

   Dalam bidang sosial Islam memperkenalkan ajaran yang bersifat egaliter atau kesetaraan dan kesederajatan antara manusia dengan manusia lain. Satu dan lainnya sama-sama sebagai makhluk Allahswt. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Orang yang memiliki kelebihan dalam bidang tertentu misalnya ia memiliki kekurangan dalam bidang tertentu lainnya. Orang yang memiliki kekurangan dalam bidang tertentu tapi memiliki kelebihan dalam bidang lainnya.

   Selain itu, ajaran Islam tentang aspek sosial ini menekankan  adanya kesetaraan gender (yang ada aturan-aturan tertentu) antara laki-laki dan perempuan. Sebagaimana halnya kaum pria, kaum wanita dalam Islam memiliki kesamaan kesempatan dan peluang untuk mengaktualisasikan potensi yang ada dalam dirinya (sesuai yang diatur dalam ajaran Islam). Ajaran Islam dalam bidang sosial inilah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Yaitu ajaran yang bersifat, eligater, toleransi, persaudaraan, tolong-menolong, nasehat-menasehati, saling menjaga dan mengamankan dan seterusnya.

2). Misi Islam sebagai pembawa rahmat dalam bidang ekonomi

   Misi Islam sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam dapat dilihat dari ajaran dalam bidang ekonomi yang bersendikan azas keseimbangan dan pemerataan. Dalam ajaran Islam seseorang diperbolehkan memiliki kekayaan tanpa batas, namun dalam jumlah tertentu dalam hartanya itu terdapat milik orang lain yang harus dikeluarkan dalam bentuk zakat, infak, dan sedekah. Dengan cara demikian, makin banyak harta kekayaan yang dimiliki seseorang, semakin banyak pula sumbangan yang harus ia keluarkan. Harta yang dikeluarkan itu dibagi kepada mereka yang kurang mampu. Dengan cara demikian kecemburuan kesenjangan sosial yang dapat memicu terjadinya pertentangan dapat dihindari.

   Selain itu misi Islam dalam bidang ekonomi ini dapat dilihat pula dari perintah berdagang dengan cara yang jujur yaitu pedagang yang jauh dari kecurangan, penipuan atau tindakan lainnya yang merugikan konsumen, dseperti mengurangi timbangan, takaran, dan sebagainya. Lebih lanjut ajaran Islam sangat melarang keras melakukan praktik Riba atau membungakan uang yang menguntungkan secara berlipat ganda tanpa memeperhitungkan kemampuan orang yang meminjamnya.

3). Misi ajaran islam rahmatal lil alamin dalam bidang politik

   Misi ajaran islam rahmatal lil alamin dalam bidang politik terlihat dari perintah Al-Qur’an agar seorang pemerintah bersikap adil, bijaksana terhadap rakyat yang dipimpinnya, memperhatikan aspirasi dan kepentingan rakyat yang dipimpinnya, mendahulukan kepentingan-kepentingan rakyat daripada kepentingan dirinya, melindungi dan mengayomi rakyat, memberikan keamanan dan ketentraman kepada masyarakat. Kepemimpinan dalam Islam adalah merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan dengan cara melaksanakan kegiatan yang berguna bagi rakyat yang dipimpinnya.

4).. Misi Islam rahmatal lil alamin  dalam bidang hukum

   Misi rahmatal lil alamin ajaran Islam dalam bidang hukum-hukum terlihat dari perintah Al-Qur’an yang artinya: "Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil..."  (QS An-Nisā' 4:58). Ayat tersebut memerintahkan seorang hakim agar berlaku adil dan bijaksana dalam memutuskan perkara dengan tidak memandang perbedaan pada orang yang sedang berperkara. Penegakan supremasi hukum sangat dianjurkan dalam ajaran Islam.

5). Misi rahmatal lil alamin ajaran Islam dalam bidang pendidikan

   Misi ajaran Islam rahmatal lil alamin dapat pula dilihat dalam bidang pendidikan . Hal ini terlihat dalam ajaran Islam yang memberikan kebebasan kepada manusia untuk mendapatkan hak-haknya dalam bidang pendidikan. Islam menganjurkan belajar sungguhpun dalam keadaan perang. Dan menuntut ilmu mulai dari buaian  hingga ke liang lahat, serta melakukannya sepanjang hayat. Pendidikan dalam Islam adalah untuk semua. Pemerataan dalam pendidikan adalah merupakan misi ajaran Islam.

   Berdasarkan uraian tersebut diatas, terlihat dengan jelas bahwa misi ajaran Islam adalah membawa rahmat bagi seluruh umat manusia dengan cara menata aspek kehidupan sosial, ekonomi, politik, hukum, pendidikan dan sebagainya. Misi ajaran Islam adalah tegaknya nilai-niali kemanusiaan, menyelamatkan umat manusia dari kehancuran.

Ketiga, misi Islam dapat pula dilihat dari misi ajaran yang dibawa dan dipraktikkan oleh nabi Muhammd saw. Di dalam Al-Qur’an dinyatakan dengan tegas yang artinya sebagai berikut:

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” [QS. Al-Anbiyā, 21:107].

   Misi kerahmatan Nabi Muhammad saw, bukan hanya dapat dilihat dari misi ajaran Islam yang dibawanya sebagaimana telah disebutkan diatas melainkan juga terlihat dalam praktik kehidupan Nabi Muhammad saw yang dikenal dengan seorang yang sangat sayang kepada umatnya dan kepada manusia pada umumnya.

Keempat, misi Islam selanjutnya dapat pula dilihat pada kedudukannya sebagai sumber nilai dan pandangan hidup manusia. Dalam hal ini Islam telah memainkan empat peran sebagai berikut:

(1) Sebagai faktor kreatif yaitu ajaran agama yang dapat mendorong manusia melakukan kerja produktif dan kreatif.

(2) Faktor motivatif, yaitu bahwa ajaran agama dapat melandasi cita-cita dan amal perbuatan manusia dalam aspek kehidupannya.

(3) Faktor sublimatif, yakni ajaran agama yang dapat meningkatkan dan mengkhuduskan fenomena kegiatan manusia tidak hanya hal keagamaan saja, tetapi juga bersifat keduniaan.

(4) Faktor integrative, yaitu ajaran agama yang dapat dipersatukan sikap dan pandangan manusia serta aktivitasnya baik secara individual maupun kolektif dalam menghadapi berbagai tantangan.

Kelima, misi ajaran Islam sebagai pembawa rahmat dapat pula dilihat dari peran yang dimainkannya dalam sejarah. Islam diabad klasik atau zaman emasnya (abad 7-14 M) atau selama lebih kurang 7 abad telah tampil sebagai pengawal sejarah umat manusia menuju kehidupan yang tertib, aman, damai, sejahtera, maju dalam bidang ilmu pengetahuan, kebudayaan dan peradaban. Seperti di zaman Rasul, Khulafa Ar-Rasyidun, Bani Umayyah, Bani Abbasiyyah, Baghdad dan Spanyol Islam (Al-Andalus).

Keenam, misi ajaran Islam lebih lanjut dapat pula dilihat dari praktik hubungan Islam dengan penganut agama lain sebagaimana dilakukan Nabi Muhammad saw di Madinah.


III. KESIMPULAN

Agama Islam menurut istilah adalah agama yang diturunkan Allah kepada para rasul- rasulnya dan disempurnakan pada masa Nabi Muhammad saw, yang berisi hukum  dan ajaran serdta metode kehidupan yang mengatur dan mengarahkan begaimana manusia berhubungan dengan Allah Pencita (manusia dan alam semesta), manusia dengan manusia, dan menusia dengan lingkungan hidupnya (alam semesta), agar kehidupan manusia terbina dan dapat meraih kesuksesan atau kebahagiaan hidup di dunia dan ahirat.

   Terdapat sejumlah argumentasi yang dapat digunakan untuk menyatakan bahwa misi ajaran Islam sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam:

1. Untuk menunjukkan bahwa Islam sebagai pembawa rahmat dapat dilihat dari pengertian Islam itu sendiri.

2. Misi Ajaran Islam sebagai pembawa rahmat dapat dilihat dari peran yang dimainkan Islam menangani berbagai problematika agama, sosial, ekonomi, politik, hukum, pendidikan, kebudayaan, dan sebagainya.

3. Misi Islam dapat pula dilihat dari misi ajaran yang dibawa dan dipraktikkan oleh nabi Muhammd saw.

4. Misi Islam selanjutnya dapat pula dilihat pada kedudukannya sebagai sumber nilai dan pandangan hidup manusia.

5. Misi Ajaran Islam sebagai pembawa rahmat dapat pula dilihat dari peran yang dimainkannya dalam sejarah, sebagaimana Carli Fiorina, CEO dari Hewlett Packard, Perusahaan perancang computer dan kemudian memproduksinya dengan merek HP, seorang yang visioner dan berbakat tinggi, memaparkan: “Para arsitek yang merancang bangunan-bangunan yang mampu melawan gravitasi adalah mereka para matematikawan yang menciptakan aljabar dan algoritma yang dengan itu komputer dan enkripsi data dapat tercipta. Mereka para dokter yang memeriksa tubuh manusia, dan menemukan obat baru untuk menyembuhkan penyakit. Mereka para astronom yang melihat ke langit, memberi nama bintang-bintang, dan membuka jalan bagi perjalanan dan eksplorasi antariksa” - mereka itu adalah para ilmuan dan penemu Muslim pada zaman kejayaan Islam di abad tengah.  [5]

6. Misi Ajaran Islam lebih lanjut dapat pula dilihat dari praktik hubungan Islam dengan penganut agama lain sebagaimana dilakukan Nabi Muhammad saw di Madinah sebagai tercantum dan dilaksankannya “Piagam Madinah” [6]


IV PENUTUP

Berdasarkan fakta dan analisis sebagaimana di atas, kita dapat mengatakan bahwa misi ajaran Islam adalah untuk melindungi hak-hak asasi manusia baik jiwa, akal, agama, harta, keturunan dan lainnya yang terkait. Untuk itu maka Islam sangat menekankan perlunya menegakkan keadaan dunia yang aman, damai, sejahtera, tenteram, saling tolong-menolong, toleransi, adil, bijaksana, terbuka, kederajatan, dan kemanusiaan. Dengan ajaran yang demikian, maka Islam bukanlah agama yang harus ditakuti, apalagi dituduh sebagai sarang teroris, pembuat kekacauan dan sebagainya.

   Islam adalah agama perdamaian dan dua ajaran pokoknya, yaitu Keesaan Allah, dan kesatuan atau persaudaraan umat manusia, menjadi bukti yang nyata bahwa agama Islam selaras benar dengan mananya. Islam bukan saja dikatakan sebagai agama sekalian Nabi Allah, sebagaimana tersebut di atas, melainkan juga sesuatu yang secara tak sadar tunduk sepenuhnya kepada undang-undang Allah, yang kita saksikan pada alam semesta. Subhanallah, betapa indahnya Islam.

   Suatu misi tidak akan tercapai jika tidak dijalankan. Jadi, tugas kita sebagai muslim adalah menjalankan misi Islam dengan baik agar Islam benar-benar diakui oleh semua makhluk sebagai agama pembawa rahmat bagi seluruh alam semesta ini. Billaahit Taufiq wal-Hidayaah AFM


CATATAN KAKI
[1] Harun Nasution, 1979, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI press, cet. III, hlm. 10
Joesoep Souyb, Orientalisme Dan Islam, Jakarta. Bulan Bintang, 1985, hal. 115.
[2] H.M. Arifin, 1992, Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama Besar, Jakarta: Golden Trayon Press cet. VI, hlm. 5
[3] Ajat Sudrajat, dkk, 2008, Din Al-Islam Pendidikan Agama Islam Diperguruan Tinggi Umum, Yogyakarta: UNY press, hlm. 34
[4] Abuddin Nata, 2011, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Hal: 99
[5] http://afaisalmarzuki.blogspot.com/2016/12/shalat-membangun-peradaban.html;
 https://afaisalmarzuki.blogspot.com/2016/08/islam-dan-peradaban-dunia.html
[6]https://afaisalmarzuki.blogspot.com/2015/07/masa-millennium-ketiga-adalah-masa-nya.html  □□


DAFTAR PUSTAKA
Media Cetak:
1. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011
2. Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI press, 1979
3. H.M. Arifin, Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama Besar, Jakarta: Golden Trayon Press, 1992
4. Ajat Sudrajat, dkk,  Din Al-Islam Pendidikan Agama Islam Diperguruan Tinggi Umum, Yogyakarta: UNY press, 2008
5. Draf Buku (sedang dalam proses penerbitan) "Shalat Membangun Peradaban Dunia", Ahmad Faisal Marzuki.
[6] ALFATIH, Al-Qur'an Tafsir Per Kata Di Sarikan Dari Tafsir Ibnu Katsir.

Media Elektronik:
1. http://afaisalmarzuki.blogspot.com/2016/12/shalat-membangun-peradaban.html
2. https://afaisalmarzuki.blogspot.com/2016/08/islam-dan-peradaban-dunia.html
3. https://afaisalmarzuki.blogspot.com/2015/07/masa-millennium-ketiga-adalah-masa-nya.html□□□


SUMBER
http://adisyukri93.blogspot.com/2015/01/makalah-misi-ajaran-islam-metodologihtml; wikipedia.org/wiki
http://afaisalmarzuki.blogspot.com/2016/12/shalat-membangun-peradaban.html
https://afaisalmarzuki.blogspot.com/2016/08/islam-dan-peradaban-dunia.html
●https://afaisalmarzuki.blogspot.com/2015/07/masa-millennium-ketiga-adalah-masa-nya.html
dan sumber-sumber lainnya. □□□□

Blog Archive